AS Bakal Reformasi Pajak, Bursa Saham Asia Melemah

Bursa saham Asia melemah ikuti pergerakan wall street yang tertekan usai Dewan Perwakilan Rakyat AS setuju reformasi pajak AS.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Des 2017, 09:09 WIB
Diterbitkan 21 Des 2017, 09:09 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia melemah ikuti perdagangan bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street usai Dewan Perwakilan Rakyat (AS) setuju reformasi pajak dengan kurangi pajak.

Pada perdagangan Kamis di bursa saham Asia, (21/12/2017), indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,1 persen. Sementara itu, indeks saham Australia tergelincir 0,3 persen. Indeks saham Jepang Nikkei tergelincr 0,3 persen.

Sentimen reformasi pajak AS membayangi bursa saham Asia. Presiden AS Donald Trump alami kemenangan pertama usai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) setuju mengeluarkan undang-undang yang memangkas pajak bagi korporasi dan orang kaya.

Proses realisasi reformasi pajak AS yang habiskan waktu selama lebih dari satu tahun mendorong antiklimaks di wall street. Indeks saham Dow Jones turun 0,11 persen, indeks saham S&P 500 melemah 0,08 persen dan indeks saham Nasdaq tergelincir 0,04 persen.

Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik menjadi 2,5 persen. Investor obligasi khawatir kalau menambahkan stimulus fiskal ketika ekonomi mulai membaik akan memperkuat tekad bank sentral AS atau the Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga. Ini mendorong imbal hasil dalam jangka pendek.

Di sisi lain, banyak pihak menganggap pemotongan pajak yang tidak didanai dari pinjaman pemerintah akan dongkrak pasokan obligasi sehingga menekan harga. Dampak lebih besar ketika the Federal Reserve juga mulai melepas kepemilikan obligasinya yang besar seperti bank sentral lain.

Salah satu bank sentral Swedia yang akan akhiri pembelian obligasi. "Bank sentral akan membeli lebih sedikit obligasi tahun depan pada saat banyak pemerintah akan menjual lebih banyak ditambah aksi ambil untung," ujar Kepala Riset NAB Ray Attrill, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (21/12/2017).

Di pasar uang, euro mencapai level tertinggi terhadap yen sejak akhir 2015 di 134,76. Dolar AS menguat di kisaran 113,38 terhadap yen. Indeks dolar AS mendatar di kisaran 93,30.

Di pasar komoditas, harga emas berada di kisaran US$ 1.265,10 per ounce. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun empat sen di kisaran US$ 58,05 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Wall Street Tertekan

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat atau wall street di tengah sentimen senat dan kongres Amerika Serikat menyetujui reformasi pajak yang sudah lama dinantikan.

Pada penutupan perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 28,1 poin atau 0,11 persen menjadi 24.726,65. Indeks saham S&P 500 tergelincir 2,22 poin atau 0,08 persen menjadi 2.679,25. Indeks saham Nasdaq susut 2,89 poin atau 0,04 persen menjadi 6.960.

Sentimen reformasi pajak mempengaruhi gerak wall street. Dewan Perwakilan Rakyat (AS) AS yang dikuasai Partai Republik beri persetujuan rencana reformasi pajak. Ini akan menjadi perombakan pajak terbesar di AS dalam 30 tahun. Selain itu, senat juga setuju rancangan undang-undang (RUU) reformasi pajak tersebut.

Sentimen reformasi pajak sudah mengangkat indeks saham S&P 500 naik 4,5 persen sejak pertengahan November 2017. Kenaikan indeks saham itu didorong sektor saham transportasi, bank dan lainnya yang diperkirakan dapat keuntungan paling banyak dari pajak yang lebih rendah. Sejumlah analis menilai, penguatan indeks saham berhenti sejenak mengingat sentimen reformasi pajak sudah diantisipasi pasar.

"Tidak banyak pergerakan ke atas (pasar) seperti minggu lalu. Seiring pelaku pasar mempertajam posisinya dan mencari tahu mana perusahaan mana saja yang akan dapatkan keuntungan dari tagihan pajak. Perusahaan pun sudah mulai membicarakannya sendiri, saya pikir kita akan lihat pergerakan harga saham yang lebih besar," ujar John Carey, Manajer Portofolio Amundi Pioneer Asset Management, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (21/12/2017).

Empat dari 11 sektor saham S&P 500 pun mencatatkan penguatan lebih besar dipimpin sektor saham energi 1,4 persen. Kenaikan sektor saham energi didorong harga minyak naik 1 persen.

Indeks saham Dow Jones sektor transportasi melonjak 0,9 persen didorong saham FedEx. Saham FedEx naik 3,5 persen. Sementara itu, sektor saham teknologi tergelincir 0,1 persen. Volume perdagangan tercatat 6,17 miliar saham di wall street. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata 6,84 miliar saham.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya