Liputan6.com, Jakarta - PT Transcoal Pacific Tbk perusahaan jasa pelayaran resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pagi (6/7/2018). Perusahaan dengan kode saham TCPI tersebut merupakan emiten ke-23 yang menawarkan saham perdana atau Innitial Public Offering (IPO).Â
Perseroan yang menggelar penawaran saham perdana pada 29 Juni-2 Juli 2018 meraih dana sebanyak Rp 138 miliar dengan melepas 1.000.000.000 saham kepada masyarakat dengan harga penawaran Rp 138 per saham.Â
"Pencatatan saham ini merupakan realisasi dari komitmen rnanajemen perseroan untuk Go Public melalui mekanisme perdagangan di BEI," tutur Direktur Utama Perseroan Dirc Richard Talumewo di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat pekan ini.
Advertisement
Baca Juga
Pada pencatatan perdana, saham TCPI naik Rp 96 atau 69,57 persen ke level ke Rp 234 dari harga perdana Rp 138. Saham TCPI ditransaksikan sebanyak 1 kali dengan volume sebanyak 100 lot dan menghasilkan nilai transaksi Rp 2,34 juta.
Richard menuturkan jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO yakni 1 miliar saham merupakan 20 persen dari modal ditempatkan disetor Perseroan.
Adapun dana hasil IPO ini, setelah dikurangi biaya-biaya emisi, akan digunakan sebagai tambahan modal kerja untuk kegiatan operasional Perseroan.
Perseroan menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yakni PT Investindo Nusantara Sekuritas dan PT Jasa Utama Capital Sekuritas, serta 4 perusahaan penjamin emisi yakni PT Panca Global Sekuritas, PT Dhanawibawa Sekuritas Indonesia, PT Pacific Sekuritas Indonesia, dan PT Binaartha Sekuritas.Â
IHSG Bergejolak, Tiga Perusahaan Tunda IPO
Sebelumnya, sejumlah perusahaan memutuskan untuk menunda pelaksanaan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Penundaan tersebut disinyalir lantaran kondisi pasar saham saat ini.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Samsul Hidayat mengatakan, sejauh ini sudah ada tiga perusahaan yang menunda untuk mencatatkan saham di bursa saham. Perusahaan tersebut antara lain PT Harvest Time, PT Artajasa Pembayaran Elektronics dan PT Wahana Vinyl Nusantara.
"Ada (yang tunda IPO). Itu (tiga perusahaan). Yang lain belum ada (yang memutuskan menunda)," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Rabu 16 Mei 2018.
Dia mengungkapkan, masing-masing perseroan memiliki alasan sendiri untuk menunda pelaksaan IPO. Salah satu soal kondisi pasar saham saat ini.
Â
"Artajasa itu lebih pada peraturan BI (Bank Indonesia). Kemudian yang Harvest itu enggak tahu kenapa. Wahana Vinyl mungkin ke masalah market," kata dia.
Namun demikian, Samsul masih yakin jika kondisi saat ini tidak akan separah pada 2014-2015. Pada 2014 sebanyak 10 perusahaan memutuskan untuk menunda IPO. Menurut dia, kondisi pasar saham saat ini masih lebih baik.
"Saya kira belum sejauh itu. Bayangan saya enggak sejauh itu, karena kalau lihat kekuatan di marketsekarang, penurunan diimbangi dengan masuknya investor yang masuk untuk mengambil saham-saham yang turun. Jadi kalau kita lihat saham pengerek harga merah semua, cuma sore hari reboundlagi," kata dia.
Samsul juga berharap di sisa waktu tahun ini tidak ada lagi perusahaan yang menunda untuk melakukan IPO. Sebab, proses untuk bisa IPO juga terhitung tidak mudah.
"Mudah-mudahan enggak ada (lagi). Karena mereka prosesnya sudah panjang, enggak tahun ini nyiapinnya. mungkin setahun dua tahun lalu. Mereka sudah cari investor qualified. Jadi anchor investornya, tahu industri, tahu perkembangan perusahaan. Mereka sudah yakin bakal masuk," tutur dia.
Â
Â
Advertisement