Bank Danamon dan Nusantara Parahyangan Bakal Merger

Manajemen PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) menyatakan rencana merger masih dalam proses penelaahan.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2019, 14:30 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2019, 14:30 WIB
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN).

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) menyatakan rencana penggabungan usaha atau merger dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) masih dalam proses penelaahan.

Hal itu disampaikan manajemen Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Senin (21/1/2019).

Adapun penggabungan usaha atau merger PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk terkait memiliki pemegang saham pengendali yang sama yaitu secara langsung dan tidak langsung MUFG Bank Ltd. Sebelumnya MUFG Bank Ltd dikenal sebagai Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ (BTMU).

Saat dikonfirmasi lebih lanjut mengenai rencana penggabungan usaha tersebut, manajemen PT Bank Danamon belum dapat jelaskan lebih detil proses tersebut.

"Rencana penggabungan usaha saat ini masih dalam proses penelaahan antara PT Bank Danamon Indonesia Tbk dan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk. Informasi selanjutnya akan dikomunikasikan pada waktunya," ujar Direktur PT Bank Danamon Tbk, Rita Mirasari dalam keterangan tertulis.

Selain itu, perseroan juga meminta untuk berhati-hati dalam melakukan perdagangan saham.

Berdasarkan data RTI, komposisi kepemilikan saham Bank Nusantara Parahyangan per 31 Desember 2018 antara lain Acom Co Ltd sebesar 67,59 persen, PT Hermawan Sentral Investama sebesar 11,54 persen, MUFG Bank Ltd sebesar 7,91 persen dan publik kurang dari lima persen sebesar 12,96 persen.

Sedangkan kepemilikan saham Bank Danamon per 30 November 2018 antara lain Asia Financial (Indonesia) Pte Ltd sebesar 33,83 persen, MUFG Bank Ltd sebesar 40 persen, dan publik kurang dari lima persen sebesar 26,13 persen. Sisanya Sng Seow Wah sebesar 0,02 persen, Michellina Laksmi Triwardhany sebesar 0,01 persen.

Sebelumnya MUFG resmi meningkatkan kepemilikan saham di PT Bank Danamon Indonesia Tbk menjadi 40 persen pada 3 Agustus 2018. Sebelumnya MUFG akuisisi 19,9 persen saham Bank Danamon.

MUFG merampungkan pembelian saham Bank Danamon dengan rogoh kocek sekitar Rp 16,3 triliun. MUFG masuk ke Bank Danamon Indonesia dengan akuisisi saham milik pemegang saham pengendali yaitu Asia Financial (Indonesia) Pte Ltd (AFI).

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 56/POJK.03/2016 tentang kepemilikan saham bank umum, pada pasal 2 disebutkan batas maksimum kepemilikan saham pada bank bagi setiap kategori pemegang saham ditetapkan 40 persen dari modal bank untuk kategori pemegang saham berupa badan hukum lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.

Update:

Rencana merger antara dua emiten bank tersebut juga terkait Peraturan OJK Nomor 39/POJK.03/2017 mengenai kepemilikan tunggal pada perbankan Indonesia.

 

Bank Danamon Cetak Untung Rp 3 Triliun

Bank Danamon
Ilustrasi Bank Danamon (Foto: Istimewa)

Sebelumnya, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) mencatatkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 3,038 triliun pada kuartal III 2018, atau naik tipis dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 3,034 triliun.

"Laba bersih setelah pajak, Bank Danamon di sembilan pertama tahun 2018 berada pada posisi stabil dibandingkan dengan setahun sebelumnya," kata Direktur Bank Danamon, Satinder Ahluwalia di kantornya, Rabu 24 Oktober 2018.

Laba bersih tersebut ditopang oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 2 persen dari Rp 10,581 triliun menjadi Rp 10,825 triliun. Namun sayangnya, pendapatan non bunga atau Non Interest Income (NII) turun 7 persen dari Rp 2,607 triliun menjadi Rp 2,435 triliun.

Sementara itu, pertumbuhan Giro dan tabungan (keduanya disingkat CASA) naik 3 persen menjadi Rp 49,1 triliun. Sedangkan rasio CASA membaik menjadi 49,1 persen dari 47,5 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya karena peningkatan rekening tabungan yang bersifat granular.

"Deposito tercatat turun 3 persen menjadi Rp 60,9 triliun dimana Bank Danamon melakukan pelepasan dana mahal. Struktur pendanaan yang lebih baik ini menghasilkan biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah serta membangun fondasi yang baik untuk pertumbuhan ke depannya," ujarnya.

Rasio kecukupan modal Bank Danamon (capital adequacy ratio atau CAR) tetap menjadi salah satu yang terbaik di antara bank-bank dikelompoknya.

"CAR konsolidasian berada pada posisi 22,3 persen sementara CAR bank only tercatat sebesar 23,1 persen," ujarnya.

Pendapatan biaya atau fee income (tidak termasuk credit related fee) Bank Danamon tercatat pada Rp 935 miliar atau tumbuh sebesar 13 persen secara setahunan. Pertumbuhan ini didukung oleh kontribusi net underwriting profit Adira insurance yang tumbuh 25 persen menjadi Rp 447 miliar. Sementara fee Income Bancassurance tumbuh 11 persen menjadi Rp 266 miliar.

Direktur Keuangan Bank Danamon, Satinder Ahluwalia memaparkan sampai dengan kuartal ketiga tahun 2018, total portofolio kredit dan Trade Finance Bank Danamon tumbuh 6 persen dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 126,9 triliun menjadi Rp 134,3 triliun.

"Dalam hal pembiayaan kendaraan bermotor, Adira Finance membukukan pertumbuhan pembiayaan sebesar 12 persen secara setahunan menjadi Rp 49,7 triliun pada akhir bulan September 2018," kata dia.

Dia mengungkapkan, pertumbuhan double digit ini didorong oleh pembiayaan baru yang tumbuh 14,8 persen untuk roda dua dan 22 persen untuk roda empat dari tahun sebelumnya. Hal ini kontras dengan kondisi pada periode yang sama tahun 2017 dimana pembiayaan baru untuk kendaraan roda dua turun 16 persen dan roda empat stagnan.

Dalam kesempatan serupa, Direktur Utama Adira Finance, Hafid Hadeli mengungkapkan kredit kendaraan bermotor tahun ini tumbuh pesat.

"Secara industri ada peningkatan dari tahun lalu dimana kendaraan roda dua meningkat 9 persen dan kendaraan roda 4 meningkat 7 persen relatif lebih baik dari tahun lalu," ujar Hafid.

Selain peningkatan industri, terjadi juga peningkatan di pemasaran. "Namun Adira pun selain dari kenaikan industrinya sendiri kita pun mengalami kenaikan di market share. Itu yang menyebabkan kenaikan di pembiayaan kami," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya