Investor Terus Pantau Kondisi Ekonomi Terimbas Corona Bawa Bursa Asia Jatuh

Pasar saham telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Mar 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 30 Mar 2020, 09:00 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham di Asia berguguran pada awal pekan, karena investor yang terus memantau kondisi perekonomian global dari dampak pandemi Virus Corona atau Covid-19 yang menyebar dengan cepat.

Melansir laman CNBC, Senin (30/3/2020), di Jepang, Nikkei 225 turun 2,98 persen sementara indeks Topix turun 3,2 persen. Di Korea Selatan, Kospi merosot 2,59 persen.

Sementara itu, pasar saham di Australia naik lebih tinggi, di mana indeks S&P/ASX 200 menguat 0,8 persen. Usai pasar saham turun lebih dari 5 persen pada hari Jumat. Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia ex-Jepang diperdagangkan 0,14 persen lebih rendah.

Investor terus memantau perkembangan wabah Virus Corona, yang telah menginfeksi lebih dari 691.000 di seluruh dunia dan merenggut setidaknya 32.000 nyawa, menurut data terbaru yang dikumpulkan Universitas John Hopkins.

Pasar saham telah bergejolak dalam beberapa pekan terakhir, melihat gerakan tajam di kedua arah karena otoritas di seluruh dunia mengumumkan sejumlah besar stimulus untuk membendung dampak ekonomi dari virus.

"Pertanyaan besar bagi pasar adalah apakah stimulus besar yang diperkenalkan sejauh ini di seluruh dunia akan cukup untuk membantu ekonomi global menahan goncangan ekonomi dari langkah-langkah penahanan Covid-19," tulis Rodrigo Catril, Ahli Strategi Mata Uang di National Australia Bank, dalam sebuah catatan.

"Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui besarnya tindakan penahanan dan untuk berapa lama ini akan dilaksanakan," lanjut Catril.

Sementara harga minyak anjlok, dengan patokan internasional minyak mentah Brent berjangka turun 5,74 persen menjadi USD 23,50 per barel. Sementara minyak mentah AS turun 4,97 persen menjadi USD 20,44 per barel.

 

Menunggu Stimulus G20, Potensi Kenaikan Harga Emas Masih Terbuka Lebar

Pasar Saham Global Bergejolak, Harga Emas Ikut Turun
Harga emas.

Sebagian besar responden dalam survei yang dilakukan oleh Kitco yakin bahwa harga emas akan melambung tinggi pada pekan ini. Kenaikan harga emas masih terdampak stimulis moneter dan fiskal AS pada minggu lalu.

Dikutip dari Kitco, Senin (30/3/2020), harga emas berjangka untuk pengiriman April berada di angka USD 1.618,10 per ounce pada perdagangan Jumat lalu. Angka ini naik 9 persen selama sepekan, yang merupakan kenaikan terbaik sejak 2008.

kenaikan harga emas ini terjadi usai Bank Sentral Amerika Serikat (AS) mengumumkan kebijakan quantitative easing. Langkah ini untuk menopang pertumbuhan ekonomi di tengah wabah Corona. Selain itu, Senat AS juga menyetujui paket stimulus fiskal yang diajukan oleh pemerintahan Donald Trump.

Sebanyak 14 analis Wall Street mengambil bagian dalam survei Kitco. Terdapat 10 suara, atau 71 persen yang yakin bahwa harga emas akan naik pada pekan ini. Satu responden atau 7 persen menyebutkan bahwa harga emas bakal bearish. Sementara tiga analis atau 21 persen netral atau menyerukan harga emas bakal sideways.

Sementara itu, 1.595 suara pelaku pasar diberikan dalam jajak pendapat Kitco. Sebanyak 1.138 pemilih atau 71 persen menyatakan harga emas akan naik di minggu ini. Sebanyak 244 lainnya atau 15 persen mengatakan harga emas lebih rendah. Sementara 213 pelaku pasar atau 13 persen menyatakan netral.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya