Liputan6.com, Jakarta - Investasi pasar modal seperti saham makin populer. Ini ditunjukkan dari jumlah investor di pasar modal.
Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal mencapai 5,82 juta hingga Juli 2021. Jumlah investor pasar modal ini naik 50,04 persen dari posisi 2020 sebesar 3,88 juta investor.
Baca Juga
Sementara itu, jumlah investor C-Best tercatat 2,58 juta investor hingga Juli 2021 dari posisi 2020 sebesar 1,65 juta. Jumlah tersebut mengalami kenaikan 52,77 persen.
Advertisement
Saat berinvestasi pun memiliki sejumlah strategi termasuk di saham. Ketika investasi saham, ada pelaku pasar yang trading secara harian hingga bulanan, dan ada juga investor yang simpan saham untuk jangka panjang. Lalu bagaimana memilih strategi investasi saham bagi Anda yang ingin terjun investasi saham? Yuk simak ulasan ini.
Investment Consultant of Indonesia Investment Education, Rita Effendy menuturkan, saat investasi sebaiknya memakai dana dingin. Dana dingin ini artinya dana yang memang khusus disediakan untuk investasi sehingga tidak memakai pinjaman dan dana untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian tidak perlu khawatir dengan dana yang dipakai.
Rita mengatakan, dana investasi tersebut dapat dibagi dua untuk trading dan long term saat terjun memilih saham. Ia menilai, investor juga perlu memakai gaya trading untuk investasi saham. Hal ini agar melatih investor untuk tahu pergerakan harga.
"Kenapa trading? Melatih punya feeling. Setiap saham punya sifat kayak manusia, ada lincah dan liar. Itu akan melatih feeling,” ujar dia dalam diskusi virtual, Jumat (13/8/2021).
Rita menambahkan, seseorang bisa beli dan simpan saham dalam jangka panjang. Namun, Ia menilai, untuk menjadi investor andal juga perlu trading. "Jadi simpan punya seni, kalau trading excitement,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Gaya Trading
Ia menuturkan, gaya trading ini pun berbeda-beda, ada swing trading dan scalper. Kalau swing trader masih memiliki waktu lebih lama dibandingkan scalper saat memiliki saham.
"Scalper jangka pendek bisa harian besok jual. Swing lebih panjang mungkin sebulan. Kalau saya lebih sarankan swing trading agak simpan, profit lebih bagus," ujar dia.
Terkait risiko, Rita mengatakan, setiap investas memiliki risiko terutama saham memiliki risiko tinggi. Oleh karena itu, ia mengatakan, investasi juga perlu keberanian siap rugi. Untuk meminimalkannya, ia mengimbau agar calon investor untuk rajin membaca, belajar dan tetap konsisten investasi.
"Kalau tidak siap rugi, deposito saja. Return terbatas sesuai dengan risiko. Risiko rendah return rendah. Saham ada return cukup bagus, di sisi lain ada risiko juga,” kata dia.
Advertisement