Liputan6.com, Beijing - Chine Evergrande Group, raksasa properti China ini yakin akan keluar dari momen tergelapnya. Hal itu disampaikan Chairman Evergrande Xu Jiayin atau Hui Ka Yuan melalui surat kepada staf pada Selasa, 21 September 2021.
Pesan itu disampaikan di tengah investor global yang gelisah dan khawatir tentang risiko gagal bayar. Dalam surat yang bertepatan Mid-Autumn Festival itu, Hui Ka Yuan menyatakan, penghargaan atas kerja keras karyawan. Ia mengatakan, Evergrande akan memberikan properti seperti yang dijanjikan dan memenuhi tanggung jawab kepada pembeli properti, investor, partners dan institusi keuangan.
Baca Juga
China Evergrande Group terbebani dengan kewajibannya lebih dari USD 300 miliar atau sekitar Rp 4.272 triliun (estimasi kurs rupiah 14.242 per dolar AS). Jumlah ini setara dengan 2 persen Produk Domestik Bruto (PDB) China. Antara pengembang terbesar kedua di China dan Pemerintah China saling berebut mengumpulkan dana.
Advertisement
Mulai dari membayar banyaknya pemberi pinjaman hingga pembayaran utang kepada pemasokk saat membendung krisis likuiditas.
“Saya sangat yakin dengan upaya bersama dan kerja keras, Evergrande akan keluar dari 'momen tergelapnya’. Kemudian melanjutkan konstruksi secara keseluruhan sesegera mungkin dan mencapai target. Sehingga bisa membayar proyek properti seperti janjinya,” tegas Hui, mengutip laman ChannelNewsAsia, Selasa (21/9/2021).
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Evergrande Tak Jelaskan Strategi Atasi Masalah Utangnya
Sayangnya, Hui tidak menjelaskan bagaiamana strategi Evergrande dapat mencapai tujuan itu. Saham China Evergrande Group (HKG) yang terdaftar di Hongkong turun 3 persen ke angka 2,21 dolar Hong Kong, terpantau pada pukul 11.18 waktu Singapura. Saham Evergrande jatuh 84 persen sepanjang 2021.
Utang yang menyengsarakan Evergrande menyebarkan gejolak di pasar keuangan global. Tentu saja dikhawatirkan para pelaku pasar. Penularan dapat terjadi dan bisa mendatangkan gejolak pada ekonomi dunia.
Reporter: Ayesha Puri
Advertisement