Jurus Pemerintah China Atasi Gejolak Evergrande

Berdasarkan riset Ashmore, pemerintah China telah intervensi tiga kali dalam sebulan terakhir terkait Evergrande.

oleh Agustina Melani diperbarui 26 Sep 2021, 09:30 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2021, 09:30 WIB
Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Evergrande, raksasa properti China menyita perhatian pada pekan ini seiring potensi gagal bayar utang perseroan. Namun, dampak Evergrande akan terbatas.

Mengutip laporan mingguan Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (26/9/2021), Ukuran dan utang Evergrande dikhawatirkan memicu efek domino yang dapat mengguncang sistem keuangan China dan mungkin global. Saat tenggat waktu berlalu pembayaran bunga pada Kamis pekan ini, Ashmore melihat dampaknya selama ini masih terbatas.

Apa yang telah dilakukan Pemerintah China? Ashmore menyebutkan, banyak spekulasi apakah akan ada bailout serupa oleh pemerintah untuk menjamin mitigasi risiko sistemik

.

Berdasarkan riset Ashmore, pemerintah China telah intervensi tiga kali dalam sebulan terakhir. Pertama, pemerintah China konsolidasi semua tantangan legal dengan pemasok dan kontraktor Evergrande di pengadilan khusus di Guangzhou untuk mengontrol proses dan menghindari perusahaan diserang di pengadilan berbeda seiring perusahaan pemiliki hampir 1.000 proyek lebih dari 200 kota.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Proses Restrukturisasi

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Kedua, pemerintah mengizinkan perusahaan untuk kembali menegosiasikan kembali syarat pinjaman bank. Bank akan direkapitalisasi oleh pemerintah untuk hindari kerugian berputar-putar. Evergrande memiliki lebih dari USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.425 triliun (asumsi kurs Rp 14.258 per dolar AS) untuk kewajiban bank. Angka ini lebih dari sepertiga dari semua kewajiban mereka.

Ketiga, pemerintah intervensi dengan menambahkan likuiditas jangka pendek ke sistem perbankan untuk mengurangi kepanikan di pasar.

“Namun, kami kemungkinan tidak akan melihat bailout dari pemerintah (seperti kasus di AS misalnya), tetapi proses restrukturisasi teratur,” tulis Ashmore Asset Management Indonesia.

Hal ini harus dilihat dari perspektif yang luas terutama rencana strategis ekonomi China dalam jangka panjang. China berencana mendongkrak produk domestik bruto (PDB) bergantung pada kemampuannya untuk menciptakan pekerjaan dan meningkatkan urbanisasi sehingga mencapai kemakmuran untuk semua. Salah satu sektor kuncinya melalui properti.

“Kepentingan strategis perumahan, sektor properti di China tidak bisa diremehkan dan itu adalah alasan utama mengapa kami optimis pada sektor ini. Ashmore percaya meski sektor ini lebih mudah bergejolak, pemerintah akan terus berperan aktif dalam mengurangi risiko keuangan pada sektor tersebut,” tulis Ashmore

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya