Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan emiten baru pada perdagangan Senin, (22/11/2021). PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel mencatatkan saham perdana di papan utama BEI dengan memakai kode MTEL.
Jumlah saham yang dicatatkan di BEI 83.515.452.844. Saham yang dicatatkan itu terdiri dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) 23.493.524.800 dan saham pendiri 60.021.928.044.
Perseroan menawarkan harga saham perdana Rp 800 dengan nilai nominal Rp 228. Dengan demikian total dana yang diraup dari IPO Rp 18,79 triliun. Dengan demikian kapitalisasi pasar saham yang terbentuk Rp 66,81 triliun.
Advertisement
Baca Juga
Adapun perolehan dana IPO yang diraup Mitratel termasuk terbesar kedua pada 2021. Sebelumnya PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) meraup dana IPO Rp 21,90 triliun. Perolehan dana IPO yang diraup dari Bukalapak tersebut terbesar sepanjang sejarah BEI.
Sebelumnya, dana IPO terbesar lainnya yang diraup sejumlah emiten antara lain PT Adaro Energy Tbk (ADRO) pada 2008 sebesar Rp 12,25 triliun.
Selain itu, ada PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang meraih dana IPO sebesar Rp 6,29 triliun pada 2010, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar Rp 5,55 triliun pada 2008.
Lalu ada PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) sebesar Rp 5,17 triliun pada 2010, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) sebesar Rp 5,16 triliun pada 2016.
Kemudian ada PT Mitra Keluarga Tbk (MIKA) yang peroleh dana IPO sebesar Rp 4,45 triliun pada 2015, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 4,17 triliun pada 2003.
Selain itu, PT Telkom Indonesia Tbk raih dana IPO sebesar Rp 3,83 triliun pada 1995, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) yang peroleh dana IPO sebesar Rp 3,48 triliun pada 2011, dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) yang raih dana IPO sebesar Rp 3,46 triliun pada 2007.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dana Hasil IPO
Sebelumnya, dana hasil IPO antara lain digunakan 90 persen untuk belanja modal dan 10 persen untuk modal kerja. Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO, ESA dan MESOP antara lain PT Telkom Indonesia Tbk sebesar 71,77 persen, public 28,06 persen, ESA sebesar 0,03 persen dan MESOP sebesar 0,13 persen.
Saat pelaksanaan IPO ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas. Sedangkan yang bertindak sebagai penjamin emisi efek antara lain PT HSBC Sekuritas Indonesia, PT JP Morgan Sekuritas Indonesia, dan PT Morgan Stanley Sekuritas Indonesia.
Dalam prospektus Mitratel, dana hasil IPO sekitar 90 persen akan digunakan untuk belanja modal Perseroan.
Rinciannya, sekitar 56 persen dari angka tersebut akan digunakan untuk belanja modal anorganik. Seperti akuisisi strategis portofolio menara berkualitas di Indonesia, terutama menara yang dimiliki oleh operator telekomunikasi terkemuka di Indonesia.
Serta akuisisi strategis produk, teknologi, dan layanan baru yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara Perseroan di Indonesia.
Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama menjelaskan, konsolidasi memang dirasa perlu dilakukan oleh pemain di industri tower sebagai langkah efisiensi. Mitratel sendiri tidak membatasi pihak mana yang akan disasar untuk konsolidasi atau akuisisi ke depannya.
"Konsolidasi diharapkan memang terjadi di sektor tower. Dengan konsolidasi diharapkan industri tower akan lebih efisien akan lebih baik buat pemainnya di dalam industri tower,” kata dia dalam paparan publik, Selasa (26/10/2021).
"Untuk akuisisi itu sendiri, memang setengah dari penggunaan dana IPO untuk anorganik. Kita tidak terbatas bahwa ini harus dari Telkomsel atau Telkom, tapi bisa untuk akuisisi dari pihak manapun,” ia menambahkan.
Selain untuk belanja modal anorganik, Perseroan juga akan menggunakan dana IPO untuk belanja modal organik.
Seperti mengembangkan dan memperluas hubungan dengan pelanggan melalui penambahan penyewa kolokasi, yang mencakup berbagai pengeluaran terkait dengan penguatan (strengthening) dan penambahan menara yang dimiliki Perseroan saat ini.
Advertisement
Penambahan Site Baru
Kemudian pembangunan menara baru dan penambahan site baru, termasuk biaya sewa lahan baru yang dibangun untuk pesanan build-to-suit berbagai operator telekomunikasi besar di Indonesia.
Serta ekspansi ke teknologi dan layanan yang dapat bersinergi dengan bisnis penyewaan menara Perseroan, seperti layanan digital dan fiber.
"Kita memang lima tahun ke depan akan fokus untuk meningkatkan tendensi rasio kita. Selain itu kita juga akan meng-grab opportunity, terutama untuk sektor yang berkaitan dengan 5G, yaitu bisa fiber optic ataupun IoT, ataupun infrastruktur lainnya yang support 5G,” bebernya.