Liputan6.com, Lombok - PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mencatat mayoritas distribusi penyaluran dana pinjaman hingga September 2021 di kawasan Indonesia Barat. Tercatat penyaluran pinjaman di wilayah Indonesia Barat mencapai 84,34 persen.
Selain itu, Indonesia Tengah 14,96 persen dan Indonesia Timur 0,70 persen. Adapun akumulasi distribusi penyaluran dana hingga September 2021 untuk 1.186 ribu debitur. Terdiri dari 61,05 persen pinjaman, 18,38 persen KPR FLPP, 20,45 persen sekuritisasi dan 0,13 persen pembelian KPR.
Baca Juga
SMF pun berupaya untuk genjot distribusi penyaluran dana ke Indonesia Timur. Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF Heliantopo menuturkan, pihaknya sudah mendekati bank pembangunan daerah (BPS) untuk menyalurkan dana di wilayah Indonesia Timur.
Advertisement
"SMF itu sebetulnya sudah dekati BPD, terus termasuk yang Indonesia timur sampai Papua, Kalimantan. Tapi memang tantangannya likuiditas,” ujar dia saat media gathering 2021, Lombok, NTB, ditulis Minggu (28/11/2021).
Selain itu, sisi lain Heliantopo menuturkan, KPR di wilayah tersebut masih sangat rendah. Namun, saat ini tidak mudah menyalurkan pembiayaan di tengah kondisi pandemi COVID-19 mengingat menunggu kondisi. “Sehingga penyaluran KPR terbatas. Relatif memang Indonesia Timur Penyaluran KPR lebih sedikit,” kata dia.
Meski demikian, Heliantopo menuturkan, SMF berupaya melakukan pendekatan dan mendukung peningkatan penyaluran pembiayaan di Indonesia Timur dan Tengah. "Jadi concern bagaimana di Indonesia Timur kita meningkat. Kalau di Kalimantan Tengah beda satu persen,” kata dia.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kinerja Perseroan
Sebelumnya, PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mencatat kinerja beragam hingga September 2021. SMF mencetak laba bersih tetapi pendapatan turun hingga kuartal III 2021. Hal ini seiring dampak pandemi COVID-19.
PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF mencatat laba bersih Rp 400 miliar hingga kuartal III 2021. Realisasi laba bersih ini naik 8,56 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 369 miliar.
Pendapatan tercatat Rp 1,69 triliun hingga kuartal III 2021. Realisasi pendapatan ini turun tipis dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 1,73 triliun. SMF mencatat beban, pajak dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mencapai Rp 1,28 triliun hingga September 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,36 triliun.
"Secara outstanding penyaluran pinjaman sumber pendapatan masih di bawah berdampak terhadap pendapatan kita. Tapi kita tidak boleh lupa penerbitan surat utang kita juga menyesuaikan, sama juga turun dibandingkan tahun lalu tentu berdampak terhadap selisih cost,” tutur Direktur SMF Trisnadi Yulrisman dalam konferensi pers kinerja kuartal III, Lombok, NTB, ditulis Sabtu, 27 November 2021.
Ia menambahkan, dengan demikian biaya bunga turun. SMF pun menjalankan kegiatan operasinal secara efisien dengan sesuaikan biaya operasional sesuai pandemic COVID-19 sehingga berdampak terhadap laba perseroan.
Hingga kuartal III 2021, SMF telah menyalurkan pinjaman Rp 4,9 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,03 triliun. Penyaluran pinjaman tersebut untuk 106.687 unit.
Advertisement
Selanjutnya
Sebelumnya, pendanaan penerbitan surat utang dan pinjaman lainnya Rp 4,60 triliun hingga September 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 8,33 triliun.
Total ekuitas tercatat Rp 13,96 triliun hingga September 2021. Realisasi ekuitas tumbuh 23,14 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,33 triliun.
Total liabilitas dan dana syirkah temporer sebesar Rp 16,76 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 21,35 triliun.
Total aset SMF tercatat Rp 30,72 triliun hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 32,69 triliun.
Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo menuturkan, perseroan terus bergiat optimalkan peran dan fungsinya sebagai fiscal tools pemerintah untuk mendorong bangkitnya industri perumahan baik dari sisi supply dan demand sesuai perluasan mandat yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini melalui pembiayaan perumahan yang berkesinambungan.
Adapun total akumulasi dana yang disalurkan dari pasar modal ke sektor pembiayaan perumahan dari 2006 hingga September 2021 mencapai Rp 74,04 triliun. Hal ini terdiri dari pembiayaan Rp 61,10 triliun, sekuritisasi KPR RP 12,79 triliun dan pembelian KPR Rp 156 miliar.
Dana yang telah dialirkan itu telah membiayai 1,19 juta debitur KPR yang terdiri dari 61,05 persen pembiayaan, 18,38 persen KPR FLPP, 20,45 persen sekuritisasi dan 0,13 persen pembelian KPR.