Intel Bangun Pabrik Baru di Malaysia, Kucurkan Investasi Rp 100,41 Triliun

Pada 1972, Intel membuka pabrik produksi pertama di Malaysia sekaligus ekspansi perdana di luas AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Des 2021, 06:15 WIB
Diterbitkan 17 Des 2021, 06:15 WIB
Ilustrasi prosesor, chip, chipset Intel
Ilustrasi prosesor, chip, chipset Intel. Kredit: Bruno/Germany via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Intel Corp investasi lebih dari USD 7,1 miliar, setara Rp 100,41 triliun (asumsi kurs Rp 14.345 per dolar AS) untuk membangun pabrik pengemasan dan pengujian chip baru di Malaysia. Ini sebagai upaya perluasan produksi imbas kekurangan semikonduktor global.

Pernyataan tersebut dituturkan oleh Chief Executive Intel Pat Gelsinger pada Kamis, 16 Desember 2021. Pabrik akan dilengkapi fasilitas pengemasan tercanggih dan terbaru. Gelsinger menuturkan, fasilitas pengemasan canggih itu sudah mulai produksi pada 2024.

Investasi itu bernilai 30 miliar ringgit sebanding USD 7.1 miliar (atau Rp 100,4 triliun) Pemerintah Malayasia berharap pabrik baru Intel  mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi setidaknya 4.000 pekerja intel dan 5.000 pekerja konstruksi di negeri Jiran.

"Langkah ini (pembangunan pabrik chip) adalah momentum yang tepat mengingat permintaan chip global yang bullish karena minimnya persediaan sehingga menjadi potensi sekaligus tantangan tersendiri sebagai pemulihan pasca pandemi,” ujar Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia Mohamed Azmin Ali dikutip dari laman Yahoo Finance, ditulis Jumat (17/12/2021).

Kekurangan chip semikonduktor global karena permintaan yang meningkat beriring pertumbuhan elektronik dan ada gangguan rantai pasokan selama pandemi COVID-19. Alhasil produsen mobil memangkas produksi dan penundaan pengiriman telepon pintar (smartphone) di berbagai perusahaan termasuk Apple Inc.

Industri perakitan chip Malayasia menyumbang setidaknya sepersepuluh dari total ketersediaan di pasar global. Jumlah ini senilai lebih dari USD 20 miliar atau Rp 286,4 triliun. Berdasarkan peringatan, kelangkaan chip global akan berlangsung selama dua tahun.

Sejalan dengan peringatan tersebut, Gelsinger pun memperkirakan kekurangan chip akan bertahan hingga 2023.

"Secara keseluruhan, industri semikonduktor tahun ini tumbuh lebih besar daripada dua atau tiga dekade terakhir. Namun, kesenjangannya masih besar dan saya memproyeksikan keterbatasan akan berlanjut sampai 2023,” tambahnya.

Agenda selanjutnya dari perusahaan raksasa teknologi AS ini yaitu mengumumkan lokasi pabrik lainnya. Pernyataan resmi terkait pabrik baru di Amerika Serikat dan Eropa akan dirilis pada awal tahun.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Jalani Hubungan Baik

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pada 1972, Intel membuka pabrik produksi pertama di Malaysia sekaligus ekspansi perdana di luas AS.  Lokasi perakitan berada di area seluas 5 hektar di wilayah Penang, Malaysia.

Tiga tahun berselang tepatnya pada 1975, Intel mulai mempekerjakan sekitar seribu orang dan menjadi bagian penting dari pabrikan di Penang menjadi rantai manufaktur perusahaan.

Bulan lalu, AS dan Malaysia sepakat berencana menandatangani kerja sama dalam upaya meningkatkan transportasi, ketahanan dan kemanan  rantai pasokan semikonduktor serta manufaktur.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya