Wall Street Anjlok Tersengat Imbal Hasil Obligasi AS yang Melonjak

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones tergelincir 543,34 poin atau 1,5 persen menjadi 35.368,47.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Jan 2022, 05:08 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2022, 05:08 WIB
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)
Ilustrasi wall street (Photo by Robb Miller on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah tajam pada perdagangan Selasa, 18 Januari 2022. Hal ini seiring imbal hasil obligasi pemerintah AS mencapai level tertinggi pada era COVID-19 dan Goldman Sachs melaporkan laba yang mengecewakan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones tergelincir 543,34 poin atau 1,5 persen menjadi 35.368,47. Indeks S&P 500 susut 1,8 persen menjadi 4.577,11. Indeks Nasdaq merosot 2,6 persen menjadi 14.506,90, dan menyentuh level terendah dalam tiga bulan.

Indeks Nasdaq ditutup di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kali sejak April 2020. Indeks acuan kapitalisasi saham kecil Russell 2000 merosot hampir 3,1 persen.

Di sisi lain, saham Goldman Sachs turun hampir tujuh persen pada perdagangan Selasa pekan ini setelah bank tersebut meleset melaporkan pendapatan kuartal IV dari harapan analis. Biaya operasional Goldman Sachs melonjak 23 persen seiring kenaikan gaji untuk karyawan Wall Street.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Imbal Hasil Obligasi Meningkat

(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)
(Foto: Ilustrasi wall street. Dok Unsplash/lo lo)

Sementara itu, imbal hasil treasury membukukan kenaikan yang kuat. Imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun menembus di atas 1 persen untuk pertama kalinya sejak Februari 2020. Imbal hasil obligasi bertenor 2 tahun dipandang sebagai ukuran the Federal Reserve untuk meetapkan suku bunga pinjaman dalam jangka pendek.

Suku bunga naik sepanjang kurva imbal hasil dengan obligasi bertenor 10 tahun mencapai 1,87 persen, tertinggi sejak Januari 2020. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun mulai 2022 sekitar 1,5 persen.

“Pasar obligasi terus memperhitungkan pengetatan kebijakan lebig agresif oleh the Federal Reserve berdasarkan inflasi yang masih tinggi dan panduan the Fed yang lebih hawkish,” ujar Ekonom Oxford Economics, Kathy Bosthancic dilansir dari CNBC, Rabu (19/1/2022).

Ia menambahkan, pengetatatn kebijakan the Fed yang cukup agresif akan menyebabkan valuasi lebih rendah karena pertumbuhan ekonomi akan melambat. The Fed mencoba melunakkan laju permintaan.

Gerak Saham di Wall Street

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sementara itu, saham Microsoft merosot 2,4 persen setelah umumkan akan membeli perusahaan video game Activision Blizzard dalam transaksi tunai USD 68,7 miliar. Saham Activision Blizzard melonjak 25,9 persen. Saham Gap turun 6,7 persen setelah Morgan Stanley menurunkan peringkat pengecer.

Saham teknologi turun melanjutkan tren penurunan mereka pada 2022 karena kenaikan suku bunga. Suku bunga lebih tinggi biasanya menekan kas yang andalkan suku bunga rendah untuk dipinjam dalam berinvestasi. Pendapatan pun terlihat kurang menarik karena bunga melonjak.

Saham Tesla turun 1,8 persen. Saham Meta dan Amazon masing-masing tergelincir 4,1 persen dan 2 persen.

Adapun laporan kinerja keuangan perusahaan yang akan rilis yaitu Bank of America, United Health dan Netflix.

Secara keseluruhan 33 perusahaan S&P 500 melaporkan pendapatan kuartal IV, menurut FacSet. Dari perusahaan itu, hampir 70 persen membukukan laba yang mengalahkan harapan analis.

"Data ekonomi terbaruk semakin konfirmasi ekonomi memang melambat karena omicron. Penjualan ritel, kepercayaan konsumen, produksi industri dan manufaktur semuanya menceritakan kisah sama, ekonomi kita melambat, dan kekhawatiran meningkat,” uajr Ryan Detrick dari LPL Financial.

Penyebaran varian Omicron COVID-19 menimbulkan pertanyaan tentang keadaan pemulihan ekonomi global. Beberapa negara dan wilayah memberlakukan kembali penguncian dan langkah sosial lainnya untuk mencegah penyebaran. Namun, data terbaru menunjukkan penyebaran mungkin mereda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya