Bursa Saham Asia Kompak Rontok, Ada Apa?

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada Selasa, 25 Januari 2022, dengan indeks saham Jepang susut 1,6 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jan 2022, 21:08 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2022, 21:08 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Jepang dan Hong Kong merosot sehingga berkontribusi terhadap tekanan bursa saham Asia-Pasifik yang jatuh pada Selasa, (25/1/2022)  usai gejolak di wall street.

Di negeri Sakura itu, indeks Jepang Nikkei 225 melemah 1,6 persen. Selain itu, mayoritas sektor saham otomotif juga anjlok. Indeks Topix turun 1,72 persen.

Sebelumnya indeks Hang Seng Hong Kong tergelincir 2,6 persen dan berhasil pulih dengan penyusutan lebih sedikit yakni 1,67 persen pada Selasa, 25 Januari 2022. Indeks Hang Seng di posisi 24.243.61.

Indeks ASX 200 memangkas beberapa kerugian sehingga ditutup susut 2,49 persen. Performa kurang apik ini dipengaruhi karena saham bank, penambang dan minyak.

Saham ANZ kehilangan hampir 4 persen, Commonwealth Bank of Australia dan National Australia Bank masing-masing turun 2 persen dan 2,9 persen. Saham minyak ikut merosot karena saham Santos tergelincir 4,82 persen, saham Beach Energy turun 7,77 persen dan Woodwide Petroleum ikut susut 3,98 persen.

Inflasi di Australia naik 1,3 persen pada kuartal IV sementara jika diakumulasi mencapai 3,5 persen untuk tahun ini, menurut kata Biro Statistik Australia. Reuters melaporkan harga naik pada laju tercepat sejak 2014.

Di Korea Selatan,  indeks Kospi turun 2,56 persen. Saham Hyundai Motors 1,27 persen lebih rendah setelah melaporkan pendapatan kuartal IV. Laba bersih perusahaan untuk kuartal yang berakhir pada Desember sebanyak 547 miliar won Korea setara Rp 456 juta. Angka ini lebih kecil  hampir 50 persen dari pendapatan tahun sebelumnya sebesar 1,1 triliun won.

Kendati demikian, ekonomi Korea Selatan tumbuh 1,1 persen  pada kuartal IV-2021 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal ini diutarakan oleh Bank of Korea saat siaran pers pada Selasa (25/1/2022).  PDB negera gingseng itu pun meningkat 4 persen pada 2021 sekaligus lonjakan tercepat dalam 11 tahun, menurut Reuters.

Saham China ikut bergerak ke zona merah. Indeks Shanghai Composite jatuh 2,58 persen ke posisi 3.433,06.  Indeks Shenzhen Component pun anjlok 2,83 persen menjadi 13.683,90.

Pada Selasa, 25 Januari 2022 Bank sentral Singapura memperketat kebijakan moneter sebagai tanggapan terhadap kenaikan harga karena permintaan global pulih dan gangguan sisi penawaran terus berlanjut.

Otoritas Moneter Singapura menggunakan nilai tukar untuk mengelola kebijakan. Regulator Singapura itu mengatakan akan menaikkan tingkat apresiasi dari pita kebijakannya sedikit.

Dolar Singapura menguat terhadap dolar AS diperdagangkan pada 1,3434 Ssedangkan Indeks Straits Times susut 1,38 persen.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Wall Street dan Harga Minyak

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Orang-orang berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Bursa saham Asia turun setelah Korea Utara (Korut) melepaskan rudalnya ke Samudera Pasifik. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Pasar AS bergejolak pada Senin, 24 Januari 2022 dimana saham dijual pada awal sesi. Kemudian melakukan comeback dramatis karena investor masuk untuk membeli saham teknologi yang terpukul.

Dow Jones menguat setelah turun 1.115 poin pada satu titik dan akhirnya ditutup naik 99,13 poin, atau 0,3 persen lebih tingggi di level  34.364,50. Ini menjadi kenaikan pertama setelah tujuh hari terus jatuh.

S&P 500 ditutup di zona hijau setelah sempat mencapai wilayah koreksi di awal sesi. Dimana jatuh lebih dari 10 persen dari rekor penutupan 3 Januari. Saham menutup perdagangan Selasa (25/1/2022) dengan kemajuan 0,3 persen di posisi Itu 4.410,13.

Indeks Nasdaq Composite berbalik positif setelah turun sebanyak 4,9 persen di awal sesi. Pergerakan tersebut sebesar 0,6 persen dan bertengger  di 13.855,13.

“Baru-baru ini penjualan saham mencerminkan kekhawatiran tentang pengetatan The Fed saat momentum ekonomi melambat. Setelah delapan hari berturut-turut penjualan dan penurunan 10 persen tahun ini, valuasi yang lebih menarik terutama di saham teknologi menarik untuk memburu saham-saham murah,” tulis Kathy Lien dari 60 Second Investor dalam catatan Selasa, demikian mengutip laman CNBC.

Harga minyak juga merosot sekitar 2 persen imbas ekspektasi pelaku pasar terhadap pengetatan Fed. Federal Open Market Committee dijadwalkan melaukan prapat pada Selasa dan Rabu pekan ini guna memutuskan langkah selanjutnya untuk kebijakan moneter AS.

Minyak mentah AS naik tipis sebesar 0,59 persen menjadi USD 83,80 per barel. Tren positif dialami harga minyak acuan berjangka Brent dengan kenaikan 0,74 persen menjadi USD 86,91 per barel.

 

Reporter: Ayesha Puri

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya