Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah di zona merah pada sesi pertama perdagangan Kamis (12/5/2022). Investor asing pun melakukan aksi jual saham.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG merosot 2,12 persen ke posisi 6.671,51. Indeks LQ45 turun 1,79 persen ke posisi 1.007,09. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada Kamis siang, IHSG berada di level tertinggi 6.802,32 dan terendah 6.664,32.
Baca Juga
Sebanyak 389 saham melemah sehingga menekan IHSG. 149 saham menguat dan 134 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 883.512 kali dengan volume perdagangan 14,7 miliar saham. Nilai transaksi Rp 9,6 triliun.
Advertisement
Investor asing lepas saham Rp 316,81 miliar di seluruhh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.479.
Sebagian besar sektor saham tertekan kecuali indeks sektor saham IDXhealth naik 0,07 persen. Sementara itu, indeks sektor saham IDXtechno merosot 4,39 persen dan alami koreksi terbesar. Diikuti indeks sektor saham IDXnonsiklikal turun 2,39 persen dan indeks sektor saham IDXtransportasi tergelincir 2,33 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG masih sejalan dengan teknikal yang diberikan pada Kamis pagi ini. Pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh pergerakan bursa saham Amerika Serikat dan Asia yang terkoreksi. Ia prediksi, IHSG masih koreksi pada sesi kedua Kamis pekan ini.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tanggapan Analis
"Bursa Amerika Serikat dipengaruhi oleh rilis data inflasi yang masih tinggi sebesar 8,4 persen dan hingga penutupan sesi pertama masih ada outflow Rp 316 miliar,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Herdiiya menuturkan, dengan inflasi yang tinggi di negara maju dikhawatirkan terjadi perlambatan ekonomi yang mengancam pertumbuhan ekonomi global. Di sisi lain saat ini terjadi pemulihan ekonomi setelah pandemi COVID-19.
Namun, investasi saham dinilai masih menarik di tengah pelaku pasar cenderung aset berisiko seperti saham karena inflasi dan pengetatan kebijakan moneter. Hal itu mendorong yield obligasi Amerika Serikat 10 tahun naik. “Apakah saham masih menarik masih dapat dikatakan investasi yang menarik karena diperkirakan koreksi yang terjadi normal adanya karena dari awal tahun IHSG sudah naik signifikan,” kata dia.
Advertisement
Top Gainers-Losers dan Aksi Investor Asing
Saham-saham yang masuk top gainers antara lain:
-Saham SULI naik 32,69 persen
-Saham MITI naik 22,93 persen
-Saham SDMU naik 21,05 persen
-Saham GLOB naik 16,90 persen
-Saham KKGI naik 16,47 persen
Saham-saham yang mencatat top losers antara lain:
-Saham FLMC melemah 7,32 persen
-Saham TNCA melemah 6,94 persen
-Saham ASSA melemah 6,94 persen
-Saham ADMR melemah 6,94 persen
-Saham BOLT melemah 6,93 persen
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain:
-Saham ADRO senilai Rp 110,4 miliar
-Saham ITMG senilai Rp 55,3 miliar
-Saham ASII senilai Rp 51 miliar
-Saham INCO senilai Rp 38,1 miliar
-Saham TLKM senilai Rp 28,9 miliar
Saham-saham yang dijual investor asing antara lain:
-Saham BBCA senilai Rp 387,5 miliar
-Saham BBRI senilai Rp 81 miliar
-Saham MDKA senilai Rp 63,9 miliar
-Saham BBNI senilai Rp 34,5 miliar
-Saham TBIG senilai Rp 19,9 miliar
Bursa saham Asia kompak tertekan. Indeks Hang Seng turun 2,05 persen, indeks Korea Selatan Kospi melemah 1,38 persen, indeks Jepang Nikkei tergelincir 1,64 persen, dan indeks Thailand susut 1,51 persen. Kemudian indeks saham Shanghai melemah 0,57 persen, indeks Singapura merosot 0,96 persen dan indeks Taiwan merosot 2,16 persen.