Direktur Keuangan Mengundurkan Diri, Blue Bird Gelar RUPSLB November 2022

Blue Bird (BIRD) telah menerima surat permohonan pengunduran diri dari Eko Yuliantoro.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 28 Sep 2022, 20:40 WIB
Diterbitkan 28 Sep 2022, 20:40 WIB
RUPST PT Blue Bird Tbk pada Jumat, 27 Agustus 2021 (Dok: PT Blue Bird Tbk)
RUPST PT Blue Bird Tbk pada Jumat, 27 Agustus 2021 (Dok: PT Blue Bird Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird Tbk (BIRD) menyampaikan terkait pengunduran diri Direktur Keuangan BIRD Eko Yuliantoro pada Senin, 26 September 2022. 

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Rabu (28/9/2022), Blue Bird telah menerima surat permohonan pengunduran diri dari Eko Yuliantoro. Akan tetapi, manajemen Perseroan tidak menyebutkan alasan terkait pengunduran diri tersebut. 

Dalam kesempatan yang berbeda, Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menuturkan, Eko Yuliantoro mengundurkan diri karena faktor keperluan pribadi.

“Faktornya ada keperluan pribadi, saya pikir itu pasti merupakan hak dari masing-masing individu, jadi beliau memikirkan untuk karier dan memang memikirkan untuk keperluan pribadinya. Saya pikir itu faktor utama yang menjadi keputusan beliau,” kata Sigit kepada awak media, Rabu (28/9/2022).

Dengan demikian, Blue Bird akan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada November 2022. 

“Untuk itu, kita akan ada RUPSLB tanggal 10 November,” kata dia. 

Mengutip laman resmi perseroan, Eko Yuliantoro bergabung di PT Blue Bird Tbk pada 2020 sebagai Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer. 

Eko merupakan lulusan Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung 1988 dan Magister Management dari Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Manajemen 2005 dengan cum laude dengan pengalaman kerja selama 30 tahun.

Sebelum bergabung di Perseroan, Eko telah menduduki posisi-posisi senior di berbagai perusahaan, termasuk mengemban jabatan sebagai Direktur Keuangan di Perusahaan Umum (Perum) Perumahan Nasional dari 2017 sampai 2020.

Ia juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Bahana Sekuritas dari  2009 sampai dengan 2013, sebelum menjabat sebagai Komisaris Utama di PT Bahana Sekuritas pada 2013 sampai dengan 2017. 

Selain itu, Eko juga pernah mengemban tanggung jawab sebagai Direktur Keuangan PT Bahana Pembinaan usaha Indonesia (Persero) dari 2013 sampai 2015, sebelum menjabat sebagai Direktur Operasi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) dari 2015-2017.

 

 

Kurangi Emisi, Blue Bird Genjot Penggunaan Sumber EBT

Blue Bird Siap Tambah 50 Armada Kendaraan Listrik (Arief A/Liputan6.com)
Blue Bird Siap Tambah 50 Armada Kendaraan Listrik

Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) juga akan menggunakan sumber energi baru terbarukan (EBT) untuk kendaraan di pool untuk kurangi emisi.

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menuturkan, pada waktu mendatang selain kendaraan listrik (electric vehicle/EV), pihaknya akan menggunakan sumber EBT untuk mengurangi emisi. 

“Dalam waktu mendatang tentunya selain EV, kita juga akan gunakan sumber energi baru terbarukan di pool-pool kami. Kita akan siapkan program untuk bisa mengurangi emisi selain dari kegiatan kendaraan kita yang bergerak di pool akan kita siapkan itu di 2023 kita akan siapkan lebih banyak,” kata Sigit kepada awak media, Rabu (28/9/2022).

Meskipun demikian, Sigit belum menjelaskan berapa persen komposisi kendaraan tersebut.

“Kita belum hitung karena kendaraan EV kita masih harus itung berapa jumlahnya yang bisa masuk lalu. Selain itu, kita bisa kurangi dari sisi sumber listrik yang berada di pool kami dengan solar panel di lingkungan elektrifikasi,” kata dia.

Kemudian, terkait potensi konversi kendaraan, dari sisi investasi dan keuntungan Bluebird sedang melakukan perhitungan lebih jauh.

“Konversi hal yang menarik dari sisi investasi dan benefit perlu perhitungan lebih jauh, saya yakin ada banyak market yang bisa melakukan konversi dari sisi bisnis used, kita perlu lihat fungsi dan biayanya seperti apa, kita masih pelajari. Kami masih dalam tahap pembelajaran tapi kami perlu juga melihat biaya dan efektivitasnya,” ujar dia.

 

Tambah Kendaraan Listrik

Blue Bird Siap Operasikan Taksi Listrik Pertama di Indonesia
Pengemudi mobil Blue Bird BYD e6 A/T tengah mengisi daya listrik di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Terdapat dua jenis mobil listrik yang digunakan Blue Bird yakni BYD e6 A/T untuk taksi reguler atau Blue Bird dan Tesla Model X 75D A/T untuk taksi eksekutif atau Silverbird. (Liputan6.com/Ang

Sebelumnya, PT Blue Bird Tbk (BIRD) berencana menambah kendaraan listrik (electric vehicle/EV), sekurang-kurangnya menjadi 100 unit hingga akhir tahun.

Wakil Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Adrianto Djokosoetono mengatakan, jumlah tersebut kemungkinan masih akan bertambah, menyesuaikan perkembangan terkini di tanah air.

"Saat ini kita punya sekitar 60 kendaraan listrik sampai dengan akhir tahun kita targetkan mungkin mungkin 100-125 total armadanya. Kita akan tambah sekitar 50 mobil, mungkin bisa lebih, tergantung situasi nantinya,” kata Adrianto dalam wawancara eksklusif bersama Liputan6.com, ditulis Selasa (5/7/2022).

Adapun kendaraan listrik tidak hanya digunakan untuk armada taksi, melainkan juga untuk persewaan atau rental. Hal itu merujuk pada minat masyarakat yang tinggi terhadap kendaraan listrik, sehingga perseroan menginisiasi rental kendaraan listrik.

 

Selanjutnya

Blue Bird Siap Operasikan Taksi Listrik Pertama di Indonesia
Sejumlah taksi mobil listrik parkir terlihat di pool Blue Bird, Jakarta, Selasa (23/4). Jumlah taksi mobil listrik Blue Bird akan terus meningkat hingga menjadi 200 unit pada 2020, dan mencapai 2 ribu unit pada 2025. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara garis besar, perseroan menyiapkan belanja modal sekitar Rp 1,2 triliun untuk penambahan dan peremajaan armada, termasuk untuk kendaraan listrik.

Namun, Adrian belum bisa merinci porsi untuk belanja kendaraan listrik. Menurunnya, belanja modal untuk pengadaan kendaraan listrik saat ini masih relatif kecil.

"Belanja modal untuk kendaraan listrik masih sebagian kecil dari capex yang kita akan lakukan di semester II,” kata dia.

Perseroan mengakui, implementasi kendaran listrik ini masih belum bisa dilakukan secara masif. Alasannya, pertama dari sisi harga yang lebih mahal dibanding mobil konvensional. Di sisi lain, ketersediaan unit yang secara fungsional bisa digunakan untuk taksi masih minim.

"Jadi limitasi dari jenis kendaraan membuat kita masih menunggu kapan untuk implementasi kendaraan listrik secara masif ke depannya,” tutur Adrianto.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya