Berburu Saham Emiten BUMN Karya di Tengah Proyek IKN

Analis menilai, prospek emiten BUMN karya masih menarik, salah satunya disokong sentimen Ibu Kota Negara (IKN Nusantara).

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 16 Nov 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2022, 06:00 WIB
IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya kompak catatkan pertumbuhan pendapatan pada periode sembilan bulan 2022.  Analis menilai, prospek emiten BUMN karya masih menarik, salah satunya disokong sentimen Ibu Kota Negara (IKN Nusantara).

"Secara umum memang kinerja emiten BUMN karya akan mendapat sentimen positif dari pembangunan infrastruktur IKN, di mana emiten-emiten tersebut mendapat proyek," kata Equity Research Analyst PT Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei kepada Liputan6.com, ditulis Rabu (16/11/2022).

Selain itu, melihat anggaran infrastruktur 2023 yang lebih tinggi dari 2022, Jono menilai pemerintah cukup optimistis untuk menggenjot proyek-proyek infrastruktur meskipun tengah diselimuti ancaman resesi dan kenaikan suku bunga.

"Dengan dipercepatnya proyek-proyek infrastruktur, tentu kinerja emiten BUMN karya dapat membaik karena pendapatan yang berasal dari pembayaran proyek konstruksi yang dikerjakan juga akan lebih cepat diterima,” imbuh dia.

Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono mencermati saham BUMN karya menarik untuk jangka panjang. Meski sempat terkoreksi, tetapi kini sudah terlihat tren rebound sehingga menarik untuk dikoleksi. Untuk sektor ini, Wahyu jagokan PTPP dan WIKA. Meski kinerja WIKA terkoreksi dari sisi laba, tetapi secara harga dinilai masih menarik.

"WIKA walaupun kinerjanya agak  kurang bagus, Namun, secara harga menarik. Kalau WIKA menarik, ,bagaimana yang lain? Pasti lebih baik. Jadi ketiga emiten (PTPP, WSKT, ADHI) buy hold, WIKA buy on weakness,” ujar Wahyu.

 

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.


Didukung Pemulihan Ekonomi

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Layar komputer menunjukkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Senada, Investment Analyst dari Infovesta Kapital Advisori, Fajar Dwi Alfian mengatakan, kinerja keuangan BUMN Karya yang positif hingga September 2022 seiring dengan semakin pulihnya perekonomian dalam negeri. Sehingga banyak proyek-proyek yang dikerjakan oleh emiten tersbeut. Namun demikian, untuk WIKA, memang mengalami penurunan kinerja, yang disebabkan oleh naiknya beban pendapatan.

"Prospek ke depan, tentunya masih positif, hal ini karena nilai kontrak-kontrak baru yang diterima oleh para emiten tersebut naik cukup signifikan, sehingga berpotensi mengerek pendapatan ke depan. Untuk sentimennya ke depan yang menarik dicermati yakni terkait pembangunan IKN.

"Untuk rekomendasi saham, PTPP menarik. strateginya hold untuk jangka pendek, dengan potensi naik  ke level 980, sementara support terdekat di level 910. Bagi yang belum memiliki bisa wait and see terlebih dahulu,” ujar Fajar.


Kinerja Emiten BUMN Karya hingga Kuartal III 2022

Pergerakan IHSG Turun Tajam
Pengunjung melintas di papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta, Rabu (15/4/2020). Pergerakan IHSG berakhir turun tajam 1,71% atau 80,59 poin ke level 4.625,9 pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, emiten BUMN karya mencatatkan kinerja beragam pada periode sembilan bulan tahun ini. Mayoritas mencatatkan kenaikan baik dari sisi pendapatan maupun laba. Sayangnya, ada pula yang labanya tergerus meski pendapatan naik.

Dari sisi laba bersih, pertumbuhan tertinggi dicatatkan oleh PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT). Pada periode sembilan bulan tahun ini, berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 578,17 miliar. Melonjak 766,60 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 66,71 miliar.

Capaian itu sejalan dengan pendapatan usaha perseroan pada periode Januari hingga September 2022 sebesar Rp 10,30 triliun. Tumbuh 44,61 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,12 triliun.

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) membukukan nilai kontrak baru (NKB) sebesar Rp 11,58 triliun hingga akhir September 2022. Perolehan NKB tersebut bersumber dari pemerintah sebesar 65,36 persen, proyek swasta sebesar 11,81 persen, BUMN dan BUMD sebesar 10,98 persen serta pengembangan bisnis anak usaha Waskita Karya sebesar 11,86 persen.

Berdasarkan segmentasi tipe proyek, NKB tersebut terdiri dari segmen konektivitas Infrastruktur sebesar 67,02 persen, gedung sebesar 8,01 persen, EPC sebesar 3,80 persen, Sumber Daya Air (SDA) sebesar 7,96 persen, anak usaha 11,86 persen dan proyek sipil lainnya sebesar 1,35 persen.

 

 


PT Adhi Karya Tbk

PT Adhi Karya Tbk (ADHI) (Foto: Adhi Karya)
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) (Foto: Adhi Karya)

- PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)

Selanjutnya, ada Adhi Karya yang berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 21 miliar atau naik 24 persen dari laba bersih September 2021. Raihan itu sejalan dengan pendapatan yang tercatat sebesar Rp 9,1 triliun, meningkat 24 persen dibandingkan pendapatan September 2021 sebesar Rp 7,4 triliun.

Adhi Karya meraih kontrak baru Rp 18,1 triliun hingga September 2022. Kontrak baru itu naik 57,3 persen dibandingkan kontrak baru pada September 2021.

Pembangunan Ibu Kota Negara Baru (IKN) telah berkontribusi dalam perolehan kontrak hingga September 2022 dengan total nilai kontrak Rp 1,4 triliun. Perolehan kontrak tersebut didominasi oleh proyek pembangunan Jalan Tol IKN Seksi 3A Segmen Karangjoang – Kariangau dengan nilai kontrak Rp 1,1 triliun. Selain itu, Adhi Karya juga telah memperoleh kontrak pekerjaan proyek pembangunan hunian pekerja dan fender jembatan Pulau Balang.

Profil kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru sampai dengan bulan September 2022, meliputi lini bisnis Konstruksi sebesar 90 persen, Properti sebesar 6 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.


PT PP Tbk

PT PP Tbk
(Foto: Istimewa)

- PT PP (Persero) Tbk (PTPP)

Emiten karya pelat merah lain yang masih mencatatkan pertumbuhan baik dari sisi pendapatan maupun laba yakni PT PP Tbk (PTPP). Hingga September 2022, perseroan berhasil mengukuhkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 141,02 miliar. Naik 8,97 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 129,42 miliar.

Raihan itu sejalan dengan pendapatan usaha sampai dengan September 2022 yang tumbuh 20,07 persen menjadi Rp 13,46 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 11,21 triliun.

Hingga September 2022, perseroan berhasil mengantongi kontrak baru sebesar Rp 16,58 triliun dari total Rancangan Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar Rp 31 triliun.

Pemberi kerja dari sektor pemerintah sebesar 35 persen dan swasta 5 persen. Untuk swasta, karena ini menjelang pemilihan presiden pada 2024, mereka masih melakukan wait and see, jadi persentase dari swasta kecil. Sedangkan berdasarkan segmen, kontribusi terbesar kontrak baru disumbang dari konstruksi 85 persen, properti 8 persen, EPC 5 persen, dan yang lainnya sebesar 2 persen.

 


Wijaya Karya

Logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).
Logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA).

- PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA)

Berbeda dnegan lainnya, PT Wijaya Karya Tbk membukukan kenaikan pendapatan, tetapi laba bersih turun tajam hingga kuartal III 2022.

Wijaya Karya mencatat laba bersih anjlok 97,02 persen menjadi Rp 5,53 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 185,9 miliar.  Hingga September 2022, perseroan mencatat rugi yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 27,96 miliar hingga kuartal III 2022.

Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya untung Rp 104,9 miliar. Padahal perseroan mencatat pendapatan bersih Rp 12,79 triliun hingga kuartal III 2022. Pendapatan naik 9,8 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 11,64 triliun.

Perseroan meraih kontrak baru senilai Rp 19 triliun hingga September 2022. Sebagian besar kontrak baru adalah proyek-proyek infrastruktur, diikuti proyek Engineering, Procurement, Construction (EPCC) dan gedung, sisanya dari industri precast dan struktur baja.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya