Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) membukukan kinerja keuangan positif hingga akhir kuartal III 2022. PT Surya Semesta Internusa Tbk membukukan kenaikan pendapatan dan cetak laba bersih hingga September 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (29/11/2022), PT Surya Semesta Internusa Tbk meraup pendapatan Rp 2,46 triliun hingga September 2022. Pendapatan itu tumbuh 77,3 persen.
Baca Juga
Manajemen perseroan menyebutkan, pemulihan yang kuat dalam pendapatan kostruksi dan perhotelan masing-masing naik 72,7 persen atau Rp 743 miliar dan 249,2 persen atau Rp 269,1 miliar. Pendapatan segmen bisnis properti bertambah 33,9 persen atau Rp 92,6 miliar.
Advertisement
Kontribusi pendapatan properti sebesar Rp 366,2 miliar, konstruksi sebesar Rp 1,76 triliun, perhotelan sebesar Rp 377 miliar dan lain-lain sebesar Rp 8,8 miliar hingga kuartal III 2022.
Laba kotor naik 124 persen menjadi Rp 553,1 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 246,9 miliar. Kontribusi laba kotor itu dari peningkatan laba kotor perhotelan sebesar 801,4 persen.
EBITDA perseroan tercatat Rp 223,7 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya minus Rp 7,2 miliar. Hal ini seiring peningkatan EBITDA konstruksi dan perhotelan masing-masing 143,1 persen atau Rp 74,1 miliar dan 159,2 persen atau Rp 144 miliar.
PT Surya Semesta Internusa Tbk meraup laba bersih konsolidasi Rp 70,8 miliar hingga September 2022. Kondisi ini berbeda dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 269 miliar.
“Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh divestasi bisnis sewa gudang senilai Rp 562,3 miliar pada Juni 2022,” tulis perseroan dalam keterbukaan informasi BEI.
Perseroan mencatat laba per saham dasar Rp 15,56 hingga akhir kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya rugi Rp 59,14.
Aset
Perseroan mencatat ekuitas Rp 4,13 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 4,05 triliun. Total liabilitas tercatat Rp 4,16 triliun hingga akhir kuartal III 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 3,7 triliun.
Perseroan membukukan aset Rp 8,29 triliun hingga September 2022 dari posisi Desember 2021 sebesar Rp 7,75 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 1,12 triliun hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 782,18 miliar.
Pada penutupan perdagangan Senin, 28 November 2022, saham SSIA melemah 1,34 persen ke posisi Rp 294 per saham. Saham SSIA dibuka stagnan di posisi Rp 298. Saham SSIA berada di level tertinggi Rp 300 dan terendah Rp 294 per saham. Total frekuensi perdagangan 949 kali dengan volume perdagangan 72.970 saham. Nilai transaksi Rp 2,2 miliar.
Advertisement
Surya Semesta Internusa Kantongi Rp 562 Miliar dari Divestasi Saham Dua Perusahaan
Sebelumnya, PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) melepas kepemilikan sahamnya di PT SLP Surya Ticon Internusa (SLPSTI) dan PT Surya Internusa Timur (SIT) kepada Frasers Property Thailand Pte Ltd pada Senin, 6 Juni 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), fRASEditulis Selasa (7/6/2022), PT Surya Internusa Semesta Tbk melepas 23.200.000 saham perseroan di PT SLP Surya Token Internusa dengan nilai nominal Rp 301,60 miliar. Selain itu, perseroan juga melepas 1.200.000.000 saham SIT dengan nilai nominal Rp 120 miliar.
Adapun nilai transaksi penjualan saham dalam SLPSTI sebesar Rp 430,58 miliar dan penjualan saham dalam SIT Rp 131,59 miliar. Dengan demikian, perseroan meraup dana Rp 562,09 miliar dari penjualan saham dalam SLPSTI dan SIT.
“Dengan divestasi ini, perseroan tidak memiliki penyertaan saham lagi di kedua perusahaan tersebut (SLPSTI dan SIT), dan sebagai gantinya mendapatkan tambahan dana dari hasil penjualan saham,” tulis manajemen perseroan dalam keterbukaan informasi BEI.
Manajemen PT Surya Internusa Semesta Tbk menyatakan transaksi penjualan saham tersebut bukan merupakan transaksi material sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK Nomor 17/POJK.04/2020 tentang transaksi material dan perubahan kegiatan usaha dan bukan merupakan suatu transaksi afiliasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan OJK Nomor 42/POJK.04/2020 tentang transaksi afiliasi dan transaksi benturan kepentingan.
"Tidak terdapat hubungan afiliasi antara perseroan dengan Frasers Property Thailand (Indonesia) Pte Ltd,” tulis perseroan.
Penutupan IHSG pada 28 November 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona merah pada perdagangan saham Senin, (28/11/2022). Mayoritas sektor saham tertekan pada awal pekan ini.
Mengutip data RTI, IHSG terpangkas 0,51 persen ke posisi 7.017,35. Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.083,37 dan terendah 7.011,45. Indeks LQ45 susut 0,50 persen ke posisi 996,75. Sebagian besar indeks acuan tertekan.
Pada awal pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 7.083,37 dan terendah 7.011,45. Sebanyak 196 saham menguat dan 327 saham melemah. 183 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.294.204 kali dengan volume perdagangan 21,7 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 12,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.752.
Mayoritas indeks sektor saham tertekan. Sektor saham teknologi merosot 3,83 persen, dan catat koreksi terbesar. Diikuti sektor saham infrastruktur tergelincir 1,29 persen, indeks sektor saham transportasi melemah 1,01 persen. Selanjutnya sektor saham industri dasar turun 0,95 persen, sektor saham keuangan terpangkas 0,62 persen. Lalu sektor saham energi melemah 0,38 persen dan sektor saham siklikal susut 0,01 persen.
Sementara itu, sektor saham industri mendaki 0,13 persen, sektor saham nonsiklikal menanjak 0,60 persen, sektor saham kesehatan bertambah 0,88 persen dan sektor saham properti menanjak 0,19 persen.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, ada sejumlah hal yang menekan IHSG pada Senin, 28 November 2022. Salah satunya merebaknya kembali kasus COVID-19 di China menyebabkan pemerintah kembali menerapkan zero COVID-19 policy dan melakukan pembatasan.
"Sehingga hal tersebut berpeluang memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi di China atau bahkan secara global,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, dari sektor saham teknologi juga menjadi beban IHSG. Hal ini diperkirakan karena ada dampak negatif oleh kenaikan suku bunga.
Advertisement