Kantongi Peluang Bisnis Angkutan Laut, Begini Rencana Ekspansi GTS Internasional

Direktur Utama GTS Internasional, Tammy Meidharma mengatakan, gas alam diperkirakan diperdagangkan pada USD 6,79 per MMBtu pada akhir kuartal ini.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Des 2022, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2022, 19:00 WIB
Paparan publik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) pada Kamis, (22/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)
Paparan publik PT GTS Internasional Tbk (GTSI) pada Kamis, (22/12/2022) (Foto: tangkapan layar/Pipit I.R)

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan jasa sewa kapal untuk angkutan dan distribusi LNG, PT GTS Internasional Tbk (GTSI) optimistis menatap 2023 dengan prospek bisnis yang cerah.

Direktur Utama GTS Internasional, Tammy Meidharma mengatakan, gas alam diperkirakan diperdagangkan pada USD 6,79 per MMBtu pada akhir kuartal ini. Diperkirakan, gas alam akan diperdagangkan pada harga yang lebih tinggi hingga satu tahun ke depan. Sehingga bisa menjadi sentimen positif untuk kinerja perseroan

"Ke depan, kami perkirakan akan diperdagangkan pada 8,20 USD dalam waktu 12 bulan ke depan. Untuk akhir 2022, perseroan memperkirakan pendapatan bisa ditutup sekitar USD 41,65 juta dan laba bersih di estimasikan ada di angka USD 5,48 juta,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis (22/12/2022).

GTSI setelah merebut peluang dari bisnis angkutan laut, perseroan tercatat sudah meraih laba tahun berjalan senilai USD 4,56 juta hingga periode September 2022. Perolehan laba ini di topang oleh pendapatan yang melonjak 69,30 persen persen menjadi USD 31,10 juta dari sebelumnya USD 18,37 juta.

Direktur GTS Internasional, Dudun Widodo mengatakan, bisnis model yang akan terus digalakkan ke depan sebagai keunggulan perseroan adalah pengangkutan untuk penggunaan gas bumi. Terutama didorong oleh penggunaan pembangkit listrik, penggunaan pemanas perumahan atau komersial, dan penggunaan industri (produksi bahan kimia, pupuk, hidrogen, dan lainya)

 

Rencana Perseroan

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Tujuan dari pengangkutan itu mencakup kepada ladang gas, pabrik pencairan, FSLNG, LNG Carrier atau Break bulking, Bunkering LNG, FSRU, pengguna akhir dan pembangkit listrik terapung.

“Bisnis plan yang matang membuat GTSI menatap 2023 akan mencapai standar pembelian LNG carrier ukuran kecil dan proyek konversi dari LNG carrier ke FSRU. Selanjutnya pada 2025 ditargetkan mengembangkan FSRU, dan pada 2026 perseroan akan membeli pengangkut LNG ukuran kecil,” beber dia.

Tahun depan, perseroan berencana menambah satu kapal Floating Storage Regasification Unit (FSRU). Untuk itu, GTSI menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar USD 25 juta atau sekitar Rp 389,4 miliar (kurs Rp 15.575,40 per USD). Kapal itu diperkirakan rampung dan dapat dioperasikan paling cepat pada kuartal III 2022.

“Capex tahun depan, kita akan membeli satu kapal small size LNG carrier nilainya sekitar USD 10–15 juta. Kapal itu akan kita konversi menjadi FSRU dengan biaya sekitar USD 8-10 juta. Sehingga totalnya sekitar USD 25 juta,” ujar Dandun.

Target Laba 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector
Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT GTS Internasional Tbk (GTSI) mengincar laba USD 5,5 juta atau sekitar Rp 85,67 miliar (kurs Rp 15.576,45 per USD) hingga akhir tahun. 

Pada 2021, perseroan mencatatkan rugi USD 11,55 juta. Namun pada semester I tahun ini, perseroan berhasil memperbaiki kinerja dan mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 3,01 juta.

Target laba itu sejalan dengan pendapatan akhir tahun yang diperkirakan mencapai USD 41 juta, lebih tinggi dari pendapatan perseroan pada 2021 sebesar USD 30,76 juta.

“Proyeksi pendapatan tahun ini sekitar 41 juta USD kalau profit 5,5 juta USD. Pendorongnya, seluruh kapal yang dimiliki GTSI tahun ini full utilisasinya,” kata Direktur PT GTS Internasional Tbk, Dandun Widodo dalam paparan publik perseroan, Kamis (22/12/2022).

Perseroan memperkirakan capaian kinerja tahun depan tak jauh berbeda dari tahun ini. Maski ada rencana penambahan satu kapal FSRU, tetapi realisasinya kemungkinan terjadi pada kuartal III 2022.

Sementara ada dua kapal eksisting perseroan, yakni kapal Ekaputra dan kapal Triputra akan melakukan perbaikan atau docking.

"Tahun depan memang dua kapal andalan kita akan lakukan docking dan itu sedikit banyak mempengaruhi kinerja kita di 2023 meski mungkin tidak signifikan penurunannya,” imbuh Dandun.

Kinerja Semester I 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan
Ilustrasi Laporan Keuangan.Unsplash/Isaac Smith

Sebelumnya, perusahaan pelayaran terintegrasi PT GTS Internasional Tbk (GTSI) membukukan laba USD 4,18 juta atau setara Rp 62,05 miliar (kurs 14.848 per dolar AS) pada semester I 2022. Hal ini berbanding terbalik dengan kinerja perseroan pada periode sama tahun lalu yang mencatat rugi USD 724.390.

Direktur GTSI Dandun Widodo mengatakan, perolehan laba tersebut ditopang pendapatan yang mencapai USD 21,14 juta atau setara Rp 313,91 miliar pada semester I 2022, melonjak 117,9 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 9,76 juta atau setara Rp 144,97 miliar.

"Hingga akhir 2022, perseroan memproyeksikan kinerja keuangan yang tumbuh positif dengan memperoleh total pendapatan mencapai USD 42,19 juta atau setara Rp 626,44 miliar. Target tersebut melonjak 37 persen dibandingkan dengan pendapatan tahunan GTSI pada 2021," ujar Dandun dikutip dari Antara, Kamis (28/7/2022).

Sementara itu, perseroan turut membidik keuntungan USD 8,11 juta atau setara Rp 120,49 miliar sepanjang 2022, atau membalikkan kinerja perseroan yang tercatat rugi USD 16,21 juta pada 2021.

Dandun optimistis target tersebut dapat tercapai sejalan dengan peningkatan kinerja di seluruh lini bisnis perseroan. Dandun memaparkan prospek cerah bisnis perseroan pada segmen transportasi gas alam cair atau Liquified Natural Gas (LNG) khususnya di wilayah Indonesia Tengah dan Timur.

"Gasifikasi 33 pembangkit listrik di wilayah Indonesia Tengah dan Timur jadi target pangsa pasar GTSI selanjutnya. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah terhadap upaya peningkatan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025," kata Dandun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya