Meneropong Peluang Investasi Reksa Dana pada 2023

Sejumlah sentimen bayangi reksa dana pada 2023, salah satunya suku bunga the Fed.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 29 Des 2022, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Des 2022, 06:00 WIB
7 Keuntungan Investasi Reksa Dana yang Belum Banyak Diketahui Orang
Bagi Anda yang seorang pemula dalam dunia investasi, Reksa Dana bisa menjadi salah satu pilihan investasi terbaik

Liputan6.com, Jakarta - Memasuki 2023, terdapat sejumlah instrumen investasi yang dinilai menarik bagi investor, salah satunya reksa dana. Sejumlah manajer investasi pun memberikan pandangan terkait reksa dana yang prospektif pada tahun depan.

Head of Research STAR Asset Management, David Arie Hartono menuturkan, berdasarkan konsensus pasar di mana suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) masih akan mengalami kenaikan hingga semester I 2023 dari level saat ini di 3,75 persen - 4 persen di mana konsensus pasar mengestimasi kenaikan akan sampai di level 5 persen - 5,25 persen.

"Pada kuartal III bisa melihat inflasi yang lebih rendah dan stabil, sehingga ada harapan untuk the Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga, dan lebih baik lagi adanya potensi penurunan suku bunga," kata David kepada Liputan6.com, ditulis Kamis (29/12/2022).

David menyebutkan, terdapat sejumlah reksa dana yang masih menarik dicermati pada 2023, yakni reksadana saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran.

Tak hanya itu, ia juga menilai prospek investasi reksa dana masih baik pada tahun depan dan investor disarankan untuk melihat kondisi global untuk menerapkannya di dalam investasi reksa dana.

Pada kuartal I dan II 2023, David melihat reksa dana pasar saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran cukup menarik.

"Pada kuartal III 2023, di mana konsensus berekspekatasi ada nya penurunan suku bunga, kita bisa melihat ada nya investasi yang menarik di reksadana fixed income dan juga reksa dana saham," ujarnya.

Sentimen

Pembukaan Awal Tahun 2022 IHSG Menguat
Pekerja melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Senin (3/1/2022). Pada pembukan perdagagangan bursa saham 2022 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung menguat 7,0 poin atau 0,11% di level Rp6.588,57. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ia mengatakan, terdapat beberapa sentimen yang pengaruhi investasi reksa dana pada 2023, salah satunya potensi perlambatan ekonomi global.

"Pada 2023 investor perlu memperhatikan dua hal, yakni potensi perlambatan ekonomi global dan potensi berakhirnya pengetatan kebijakan moneter. Kenaikan tingkat suku di negara maju seperti AS dan Eropa diproyeksikan mendorong perlambatan ekonomi," kata dia.

Di sisi lain, jika inflasi melandai dan kebijakan suku bunga mulai melonggar akan jadi sentimen positif untuk aset yang lebih berisiko.

"Indonesia yang masih banyak mengandalkan konsumsi domestik dan juga komoditas menjadi salah satu pembeda dengan negara yang berada di AS maupun Eropa di mana mereka mengalami inflasi yang sangat tinggi, dan kenaikan suku bunga," jelasnya.

Dia menambahkan, Indonesia diproyeksi lebih aman dari ancaman resesi, di mana saat ini Indonesia masih diuntungkan dengan tingginya harga komoditas.

Sementara itu, Direktur PT Panin Asset Manajemen, Rudiyanto mengatakan, prospek reksa dana pada tahun depan masih baik.

Untuk strateginya, Rudiyanto menyarankan investor untuk melakukan investasi secara berkala dan diversifikasi.

"Beli saham yang fundamental bagus, valuasi murah, dan atau diuntungkan di tengah situasi penurunan bunga yang mungkin terjadi tahun depan," kata Rudiyanto. 

 

Investor Reksa Dana

IHSG Menguat 11 Poin di Awal Tahun 2018
Layar indeks harga saham gabungan menunjukkan data di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/1). Perdagangan bursa saham 2018 dibuka pada level 6.366 poin, angka tersebut naik 11 poin. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat pertumbuhan investor reksa dana hingga September 2022. Sedangkan dari sisi produk, reksa dana pasar uang paling diminati investor.

Berdasarkan data KSEI pada akhir September 2022, jumlah investor reksa dana telah mencapai 9.090.977. Jumlah investor reksa dana yang dihitung berdasarkan jumlah single investor identification (SID) yang tercatat di KSEI telah naik 32,9 persen pada 2022 dibandingkan jumlah pada akhir 2021 sebesar 6.840.234.

Peningkatan tersebut secara konsisten terus berlangsung sejak 5 tahun terakhir. Dari total jumlah tersebut, 78,02 persen investor memiliki rekening pada agen penjual reksa dana financial technology (selling agent fintech). Pertumbuhan Asset Under Management (AUM) reksa dana selling agent fintech terus mengalami pertumbuhan sejak 2018 sampai dengan saat ini.

Selama setahun terakhir, jumlah AUM reksa dana selling agent fintech telah meningkat 58 persen menjadi sebesar Rp 24.767,61 milliar.

Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo menuturkan, kenaikan jumlah investor reksa dana yang cukup baik membuktikan makin banyak masyarakat yang tertarik dengan produk pasar modal.

"Reksa dana dapat dijadikan sebagai alternatif investasi awal bagi masyarakat yang memiliki uang dan ingin berinvestasi di pasar modal,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa (25/10/2022).

Antusiasme masyarakat Indonesia dalam berinvestasi di reksa dana tercermin dari jumlah kepemilikan reksa dana oleh investor lokal yang menguasai 97,36 persen total aset reksa dana.

Berdasarkan data kepemilikan jenis produk reksa dana pada September 2022, terdapat tiga jenis reksa dana dengan jumlah investor terbanyak.

 

Investor Terbanyak di Reksa Dana Pasar Uang

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Reksa dana pasar uang atau money market fund merupakan jenis produk reksa dana dengan jumlah investor terbanyak yakni sebesar 2.448.265, yang meningkat 28,8 persen dari 2021.

Disusul oleh reksa dana pendapatan tetap atau fixed income fund dengan jumlah investor sebanyak 938.039, yang meningkat 13,6 persen dari 2021. Selanjutnya, reksa dana saham atau equity fund dengan jumlah investor sebanyak 788.282 atau meningkat sebanyak 23,5 persen dari 2021.

Dari sisi Asset Under Management, reksa dana pendapatan tetap memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar Rp148,71 triliun pada September 2022.

Sementara itu, Kepala Divisi Penyelesaian Transaksi dan Administrasi Layanan KSEI Dharma Setyadi menyampaikan, berdasarkan data akhir 2018 sampai dengan September 2022, subscription reksa dana rata-rata selalu meningkat yaitu 93 persen setiap tahunnya.

“Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin tertarik untuk berinvestasi pada produk reksa dana dilihat dari data jumlah frekuensi transaksi reksa dana selama 5 tahun terakhir," tutur dia.

Dharma menuturkan, sejak 2016, KSEI sebagai salah satu Self-Regulatory Organization (SRO) telah diberikan mandat terkait dengan administrasi data investor reksa dana. KSEI telah menerapkan Sistem Pengelolaan Investasi Terpadu (S-INVEST) yang sejalan dengan pengembangan pasar modal. Sistem tersebut membantu regulator pasar modal untuk melakukan pengawasan serta pengelolaan investasi yang lebih efisien dan efektif.

Dengan ada S-INVEST, data investor pasar modal dapat terkonsolidasi di KSEI karena investor reksa dana juga diberikan nomor SID serta dapat memantau produk reksa dana yang dimilikinya melalui fasilitas Acuan Kepemilikan Sekuritas (AKSES) yang disediakan KSEI.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya