Ajaib Sekuritas Ramal IHSG Sentuh 7.200 pada 2023

Sejumlah faktor akan mempengaruhi laju IHSG pada 2023. Ajaib Sekuritas perkirakan, salah satunya dibayangi pemilihan umum (pemilu).

oleh Elga Nurmutia diperbarui 13 Jan 2023, 19:36 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2023, 19:36 WIB
IHSG Ditutup Menguat
Karyawan melintasi layar pergerakan IHSG, Jakarta, Rabu (3/8/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Rabu (3/08/2022), ditutup di level 7046,63. IHSG menguat 58,47 poin atau 0,0084 persen dari penutupan perdagangan sehari sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal Indonesia diprediksi menguat pada 2023. Ajaib Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di atas level 7.000-7.200 pada 2023.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani dan Ratih Mustikoningsih mengatakan, kinerja IHSG pada 2023 akan diwarnai oleh pesta demokrasi yang akan digelar pada 2024. 

Secara historis, kinerja IHSG 12 bulan sebelum diselenggarakan pemilihan umum (pemilu) presiden dalam tiga periode terakhir sebagian besar ditutup menguat, misalnya pada pemilu periode 2009, 2014 dan 2019 IHSG menguat masing masing 13,2 persen, 10,9 persen, dan 7,7 persen.

Di sisi lain, Chisty dan Ratih menyebutkan, pertumbuhan ekonomi 2023 diproyeksikan akan ditopang oleh meningkatnya mobilitas masyarakat seiring penghapusan PPKM secara nasional, sehingga daya beli masih dapat terjaga.

Iklim investasi juga diprediksi membaik sejalan dengan diterbitkannya Perppu No.2 tahun 2022 tentang Cipta Kerja. Peraturan ini disinyalir memberikan percepatan investasi baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).

Aktivitas ekonomi China yang kembali dibuka juga menjadi booster bagi peningkatan ekonomi domestik. Lantaran kinerja ekspor akan lebih tangguh, sehingga surplus neraca perdagangan dan surplus transaksi berjalan dapat berlanjut. 

Namun. hal ini dapat menjadi pisau bermata dua bagi Indonesia karena memicu capital outflow di pasar keuangan, mengingat ekonomi China yang berangsur pulih menjadi daya tarik bagi investor asing. Pada akhirnya Indonesia berpotensi kembali mengalami defisit transaksi modal seperti pada kuartal III 2022.

 

Pelaku Pasar Khawatirkan Potensi Resesi

Pasar saham Indonesia naik 23,09 poin
Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, pelaku pasar mengkhawatirkan potensi resesi yang terjadi di negara maju khususnya Amerika Serikat, meskipun terjadi pengurangan kenaikan suku bunga pada Desember 2022. 

Namun, bank sentral AS atau the Fed diproyeksikan masih terus menaikkan suku bunga hingga semester I 2023 akibat inflasi yang masih jauh dari target sebesar 2 persen. 

Kebijakan tersebut menjadi tantangan karena memicu capital outflow bagi pasar ekuitas domestik. Di tengah isu pelemahan ekonomi negara maju yang diproyeksikan mencapai puncaknya pada semester I 2023, pelaku pasar telah beralih pada obligasi yang memiliki resiko lebih rendah dibanding saham.

Berdasarkan pertimbangan kondisi makro ekonomi di atas, seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih kokoh, IHSG berpotensi bergerak di atas level 7.000-7.200 pada 2023.

"Kami melihat IHSG berpotensi bergerak di atas level 7.000-7.200 pada 2023. Adapun beberapa sektor pilihan yang berpeluang untuk mengalami akselerasi di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global saat ini hingga beberapa periode ke depan," kata Chisty dan Ratih dalam keterangan resminya, ditulis Jumat (13/1/2023).

Bagi investor, Ajaib Sekuritas memilih sektor keuangan, metal mining, konsumer, dan telekomunikasi untuk dipertimbangkan.

"Kami melihat sektor keuangan, metal mining, konsumer, dan telekomunikasi cukup memiliki prospek dan ketahanan yang baik," tutup dia.

 

Penutupan IHSG pada 13 Januari 2023

20151102-IHSG-Masih-Berkutat-di-Zona-Merah-Jakarta
Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (2/11/2015). Pelemahan indeks BEI ini seiring dengan melemahnya laju bursa saham di kawasan Asia serta laporan kinerja emiten triwulan III yang melambat. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan saham, Jumat (13/1/2023). IHSG menguat tersebut juga didukung sektor saham teknologi dan energi.

Mengutip data RTI, IHSG naik tipis 0,18 persen ke posisi 6.641,83. Indeks LQ45 melemah 0,02 persen ke posisi 905,49. Sebagian besar indeks acuan bervariasi.

Menjelang akhir pekan ini, IHSG berada di level tertinggi 6.658,47 dan terendah 6.600,59. Sebanyak 250 saham menguat dan 268 saham melemah. 196 saham diam di tempat. Total frekuensi perdagangan 1.060.051 kali dengan volume perdagangan 20,8 miliar saham. Nilai transaksi Rp 10,6 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.272.

Secara sektoral, indeks sektor saham dominan menguat. Sektor saham energi mendaki 1,69 persen, sektor saham basic menguat 0,65 persen, sektor saham nonsiklikal bertambah 0,04 persen, dan sektor saham kesehatan menanjak 0,44 persen. Selain itu, sektor saham properti bertambah 0,05 persen, sektor saham teknologi melonjak 1,83 persen, dan sektor saham transportasi mendaki 0,45 persen.

Sementara itu, sektor saham industri melemah 0,42 persen, sektor saham siklikal tergelincir 0,43 persen, sektor saham keuangan susut 0,28 persen, dan sektor saham infrastruktur merosot 0,57 persen.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, penguatan IHSG pada Jumat, 13 Januari 2023 sejalan dengan bursa saham global terutama bursa saham Amerika Serikat. Hal ini seiring katalis inflasi yang sudah mulai turun ke 6,5 persen. “Bursa regional Asia yang mayoritas menguat. Penguatan IHSG ini juga kami perkirakan didukung oleh komoditas minyak dan batu bara yang menguat sehingga berpengaruh positif terhadap emiten di sektor energi,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com.

Bursa Saham Asia Pasifik Menghijau pada 13 Januari 2023

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar menguat pada perdagangan Jumat, 13 Januari 2023 setelah indeks harga konsumen Amerika Serikat (AS) dingin. Hal itu meningkatkan harapan investor kalau bank sentral AS atau the Federal Reserve dapat kembali melambatkan menaikkan suku bunga.

Indeks Hang Seng Hong Kong bertambah 0,93 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai naik 1,01 persen ke posisi 3.195,31. Indeks Shenzhen mendaki 1,19 persen ke posisi 11.602,30 setelah rilis ekspor China pada Desember 2022 dan impor.

Indeks ASX 200 menguat 0,66 persen ke posisi 7.328,1. Indeks Kospi bertambah 0,89 persen menjadi 2.386,09. Indeks Kosdaq naik 0,14 persen ke posisi 711,82. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang bertambah 1,09 persen.

Indeks Nikkei 225 merosot 1,25 persen ke posisi 26.119,52. Indeks Topix tergelincir 0,27 persen menjadi 1.903,08.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya