Liputan6.com, Jakarta - Anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dengan lepas 10,3 miliar saham ke publik. Pada IPO tersebut, Pertamina Geothermal Energy (PGE) menawarkan harga di kisaran Rp 820-Rp 945 per saham.
Dengan demikian, perusahaan ini berpeluang meraup dana Rp 9,78 triliun dari IPO. Lantas, bagaimana prospek IPO Pertamina Geothermal Energy?
Baca Juga
Analis Henan Putihrai Sekuritas Ezaridho Ibunatama menuturkan, Pertamina Geothermal Energy memiliki prospek bisnis yang menjanjikan karena bergerak di bidang energi baru terbarukan (EBT) yang trennya akan tumbuh pada masa depan.
Advertisement
Ditambah lagi, PGE didukung Credit Suisse Indonesia sebagai underwriter. Sebagai institusi asing, kehadiran Credit Suisse akan mendorong minat investor luar negeri untuk berpartisipasi dalam IPO PGE.
"Ada potensi investor asing akan membeli saham PGE karena punya rating ESG yang tinggi," kata Ezaridho saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (5/2/2023).
PGE dinilai memiliki daya tarik tersendiri bila dibandingkan dengan emiten di sektor serupa seperti PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Kedua emiten tersebut memang memiliki bisnis pembangkit panas bumi, tetapi hanya sebagai bagian dari diversifikasi bisnis. Baik MEDC dan BRPT pada dasarnya masih terafiliasi dengan bisnis fosil.
"PGE memang anak perusahaan Pertamina yang bisnis intinya adalah energi fosil. Tapi, sebagai entitas sendiri, PGE tidak bergerak di bidang energi fosil," kata dia.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Prospek IPO PGE
Dengan demikian, Ezaridho menilai IPO PGE memiliki prospek positif. Alasannya, bisnis dari PGE berpotensi memiliki masa depan yang cerah.
Sejalan dengan Ezaridho, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori, Arjun Ajwani mengatakan, IPO PGE ini memiliki prospek yang positif. Hal itu tercermin dari sisi fundamental perusahaan yang tampak solid serta bergerak di bidang energi hijau.
"Geothermal energi adalah bidang prospektif serta potensi untuk meningkat pasarnya dalam masa depan. Jadi menurut saya dari dua faktor ini saja PEGO menarik tapi soal harga nya wajar atau tergantung," ujar Arjun.
Bagi para investor, Arjun menyarankan agar membandingkan PER dan PBV PGE dengan emiten energi yang lain setelah data tersebut telah tersedia.
Advertisement
IPO Pertamina Geothermal Energy: Perusahaan Bawa Cerita Unik Terkait Isu Lingkungan
Sebelumnya, PT CLSA Sekuritas Indonesia mengungkapkan, PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) tengah melakukan diskusi dengan sejumlah investor dari berbagai negara, mulai dari Inggris hingga Timur Tengah.
Direktur CLSA Sekuritas Indonesia, Rick Fischer mengatakan, Pertamina Geothermal Energy telah berbincang dengan sejumlah investor berkualitas tinggi dan mayoritas berminat dengan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy.
"Kami berdiskusi dengan investor dari seluruh dunia, seperti Indonesia, Asia, Singapura, Hong Kong, Jepang, Inggris, AS, dan Timur Tengah. Jadi kami berbicara dengan sejumlah investor berkualitas tinggi dan banyak dari mereka yang menyatakan minatnya pada IPO," kata Rick saat ditemui di sela acara Public Expose PGE, Rabu, 1 Februari 2023.
Rick mengaku, pihaknya optimistis terhadap Pertamina Geothermal Energy yang berfokus pada isu lingkungan, sumber energi penting untuk membantu Indonesia menuju ke netral karbon.
"Saya pikir tenang optimis, ini adalah perusahaan yang unik, mereka membawa cerita yang unik, terutama dengan isu-isu lingkungan, sumber energi penting untuk membantu Indonesia bergerak ke netral karbon," kata dia.
Selain itu, Pertamina Geothermal Energy juga dinilai memiliki kualitas manajemen yang sangat baik dan memiliki dukungan yang kuat dari PT Pertamina (Persero).
"Saya pikir Anda mendengar dari manajemen, manajemen kualitas yang sangat tinggi, tim manajemen yang sangat baik, dukungan yang sangat kuat dari Pertamina juga kuat sekali, mereka memiliki dukungan yang sangat baik dan trennya memiliki rekam jejak operasi yang panjang," ujar dia.
Bahkan, Pertamina Geothermal Energy juga memiliki sejumlah proyek baru dan memiliki prospek yang bagu
IPO Pertamina Geothermal Energy
Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO). Perseroan akan melepas 10,35 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 500 dalam rangka IPO.
Mengutip prospektus di laman e-ipo, ditulis Rabu (1/2/2023), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk melepas saham IPO itu setara 25 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Pada pelaksanaan IPO, perseroan menawarkan harga di kisaran Rp 820-Rp 945 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 9,78 triliun dari IPO.
Selain itu, perseroan juga akan alokasikan maksimal 1,5 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO untuk program opsi pembelian saham kepada manajemen dan karyawan perseroan (MESOP). Jumlah maksimal untuk program MESOP setara 630,39 juta saham untuk program MESOP.
Dalam rangka IPO, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek antara lain PT CLSA Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia dan PT Mandiri Sekuritas (terafialisi). Sedangkan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian.
Pertamina Gheotermal Energy akan memakai dana IPO sekitar 85 persen untuk pengembangan usaha perseroan hingga 2025.
Dana pengembangan usaha itu antara lain sekitar 55 persen untuk investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional perseroan yang saat ini dilakukan melalui pengembangan konvesional dan utilisasi co-generation technology untuk memenuhi permintaan tambahan dari pelanggan existing persen.
Lalu sekitar 33 persen untuk belanja modal atau investasi pengembangan kapasitas tambahan dari WKP operasional perseroan yang dilakukan melalui pengembangan konvensial dan utilisasi co-generation. Selanjutnya sekitar 12 persen akan dipakai perseroan untuk capital expenditure (capex) pengembangan kemampuan digital, analitik dan manajemen reservoir untuk dukung produksi, operasi dan perawatan.
Advertisement