Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak delapan emiten asal Indonesia masuk dalam The Global 2000, daftar perusahaan terbesar dunia versi Forbes. Peringkat itu diberikan berdasarkan penjualan, laba, aset dan nilai pasar. Selain itu, Forbes juga menggunakan data keuangan 12 bulan terakhir yang tersedia hingga 5 Mei 2023 untuk menghitung faktor yang digunakan dalam peringkatnya.
Delapan emiten yang masuk pada daftar The Global 2000 antara lain:
Baca Juga
1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
Advertisement
2. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
4. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM)
5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
6. PT Bayan Resources Tbk (BYAN)
7. PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
8. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA)
Secara garis besar, daftar tersebut didominasi oleh sektor perbankan. Analis menilai, sentimen utama yang pengaruhi kinerja emiten-emiten tersebut adalah dari sisi fundamental. Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, Andhika Cipta Labora menjelaskan, kinerja fundamental emiten-emiten tersebut sejalan dengan tren pertumbuhan ekonomi Indonesia seiring pemulihan pasca pandemi covid-19.
"Daftar itu sebagian besar didominasi oleh perbankan. Hal ini menunjukan bahwa perusahaan Indonesia memiliki kinerja baik dan dipandang bagus oleh dunia internasional dan menunjukkan ekonomi Indonesia masih baik," kata Andhika kepada Liputan6.com, Kamis (14/6/2023).
Melihat proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang optimis, Andhika menilai saham-saham tersebut berpeluang tumbuh ke depannya. Dari daftar The Global 2000 tersebut, Andhika menyukai saham TLKM, BBCA, dan BMRI.
Pertimbangannya, kinerja TLKM pada kuartal I 2023, ditopang oleh naiknya pendapatan yang tumbuh 2,5 persen. Kemudian, kinerja BBCA ditopang oleh naiknya total kredit sebesar 12 persen secara tahunan. Sementara kinerja BMRI ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bersih naik 19,4 persen QoQ.
Prospek Perbankan
Senada, Praktisi Trading dan Investasi, Desmond Wira memiliki pandangan positif terhadap prospek perbankan. Meski begitu, dia mengatakan valuasi emiten yang masuk daftar perusahaan terbesar di dunia itu saat ini sudah terlalu mahal.
Sebagai gambaran, berdasarkan data RTI PER BBRI tercatat sebesar 13,57x, BMRI 9,38x, BBCA 24,26x, TLKM 15,42x, BBNI 8,02x, BYAN 20,74x, ADRO 2,62x, dan GIAA -0,9x.
"Saran saya menunggu momen yang tepat yaitu saat terjadi koreksi untuk mengakumulasi saham-saham tersebut untuk jangka panjang," kata Desmond.
Sementara saham perbankan jadi primadona, saham GIAA menjadi salah satu yang disebut kurang menarik untuk dicermati. Lantaran, hingga kuartal I 2023 perusahaan masih mencatatkan rugi. Meski rugi itu jauh susut jauh dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
"Saran saya hindari saja. Perusahaan GIAA rugi di kuartal 1 2023," kata Desmond.
Di sisi lain, Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata menyebutkan saham GIAA dapat dipertimbangkan untuk dikoleksi, tetapi sebaiknya dalam porsi yang tidak banyak. Sebab bagaimanapun, perusahaan belum sepenuhnya mencatatkan fundamental solid yang konsisten.
"Untuk saham GIAA. Very speculative buy. Itupun hanya disarankan beli sedikit saja, atau average up bertahap demi amannya," ujar Liza.
Secara teknikal, Liza menjelaskan saham GIAA masih dalam trend turun yang kuat. Tapi saat ini Seperti mulai terdeteksi usaha trend reversal saat harga sudah di bottom 50. Dalam catatannya, harga sudah naik ke MA10 weekly, menandakan recovery yang tak pernah terjadi sejak Maret 2021.
"Namun jangan dulu berharap GIAA bisa naik banyak karena basically ia masih terperangkap dalam pola parallel channel (downtrend). Resistance bertahap pada 71-75, 85, atau 100. Jika mampu tembus ke atas level psikologis 100 maka terbuka jalan penguatan menuju target 200. Sementara support pada 63, 58, atau 50," beber Liza.
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement
Rekomendasi Teknikal
Lebih lanjut, berikut analisa teknikal untuk saham perbankan BBRI menunjukkan uptrend jangka panjang, dengan support pada level 5.400-5.300, 5.150-5.100, 4.850-4.750. untuk resistance pada 5.625 atau 6.000. Â
"Advise, Hold atau buy on weakness sekitar support," BMRI, uptrend jangka panjang dalam pattern PARALLEL CHANNEL. Namun Sideways untuk jangka menengah di dalam pattern FLAG dengan rentang support - resistance : 5000-4900 dan 5300-5400.
"Berhubung harga sudah  di area all time high 5.500 dan lagi ada warning dari RSI negative divergence yang menandakan buying momentum mulai melemah, maka sepatutnya agak waspada jika terjadi konsolidasi pada BMRI," ujar Liza. Â
Untuk support BMRI, jika jebol pada level 5.000-5.900, maka BMRI akan turun lebih jauh ke level 4500-4600. Sedangkan jika mampu break pada 5.200, maka BMRI berpeluang melaju Lebih tinggi menuju target 5.400-5.500 atau 6.000.
"Advise hold, or average up accordingly," BBNI, uptrend jangka panjang dalam pattern parallel channel. Namun, sideways untuk jangka menengah di dalam pattern flag dengan range support 8.600-8.500, dan sekitar 9.500-9.600 untuk resistance.
BBNI akan diuji kekuatannya menjebol resistance psikologis di angka bulat 10.000, up to 10.175-10.250 yang merupakan level all time high tahun 2018-2019.
"Advise, hold. Let your profit run. Or buy on weakness di area support," TLKM relatively uptrend untuk jangka panjang.
Posisi TLKM saat ini tengah uji Support jangka menengah di sekitar 4.000, atau support jangka panjang di sekitar 3.800-3.900. Resistance di 4.060, 4.140, 4.400-4.500, 4.850, dan atau 5.000. "Advise, buy on weakness,"
Â
Â