Liputan6.com, Jakarta - PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) telah mengumumkan kinerja perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, emiten pengelola jaringan minimarket Alfamidi itu membukukan kinerja positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir laporan keuangan perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (3/8/2023), perseroan membukukan pendapatan Rp 8,65 triliun pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan itu naik 12,92 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 7,66 triliun.
Baca Juga
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan pada semester I 2023 naik menjadi Rp 6,4 triliun dari Rp 5,73 triliun yang dicatatkan pada semester I 2022. Meski begitu, laba kotor perseroan masih tercatat naik 16,45 persen atau tercatat sebesar Rp 2,23 triliun dibandingkan semester I tahun lalu sebesar Rp 1,93 triliun.
Advertisement
Pada periode ini, perseroan membukukan laba usaha Rp 391,92 miliar, naik 25,06 persen dibandingkan semester I 2022 sebesar Rp 313,4 miliar. Perseroan juga mencatatkan pendapatan keuangan Rp 1,62 miliar dan biaya keuangan Rp 66,42 miliar pada paruh pertama 2023.
Setelah dikurangi beban pajak final dan pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 259,26 miliar pada semester I 2023. Laba itu naik 33,95 persen dibandingkan raihan semester I 2022 yang tercatat sebesar RP 193,54 miliar. Sehingga laba per saham ikut naik menjadi Rp 8,99 dari sebelumnya Rp 6,71.
Aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi Rp 7,2 triliun dibandingkan akhir tahun lalu sebesar Rp 6,9 triliun. Liabilitas turun menjadi Rp 4,87 triliun dari sebelumnya Rp 4,92 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi 2,33 triliun dibandingkan posisi akhir Desember 2022 sebesar Rp 1,99 triliun.
Alfaria Trijaya Absen, Siapa Pembeli Siaga Rights Issue Midi Utama Indonesia?
Sebelumnya, PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) akan menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue. Pada aksi tersebut, perseroan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.611.764.800 lembar saham baru atau setara 13,79 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah rights issue, dengan nilai nominal Rp 10 per saham.
Harga pelaksanaan dipatok sebesar Rp 270 per saham. Sehingga dana yang akan diterima dari aksi ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 1,25 triliun.
Melansir prospektus perseroan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Sabtu (24/6/2023), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) atau SAT selaku Pemegang Saham Utama Perseroan dengan porsi 89,43 persen, menyatakan tidak akan melaksanakan seluruh HMETD yang menjadi haknya. SAT akan mengalihkan HMETD yang dimilikinya kepada PT BCA Sekuritas selaku Agen Penjual untuk kemudian ditawarkan kepada investor.
Jika saham baru yang ditawarkan dalam rights issue ini tidak seluruhnya diambil atau dibeli oleh pemegang saham, maka sisanya akan dialokasikan kepada pemegang HMETD lainnya yang melakukan pemesanan lebih besar dari haknya secara proporsional.
Advertisement
Pembeli Siaga
Apabila setelah alokasi tersebut masih terdapat sisa saham yang ditawarkan, maka PT BCA Sekuritas selaku pembeli siaga, sepakat untuk mengambil bagian sisa saham yang tidak diambil oleh para pemegang saham sebanyak-banyaknya sebesar 1.614.117.680 dari sisa saham, atau dengan nilai keseluruhan sebesar-besarnya Rp 435,81 miliar.
Catatan saja, pemegang saham perseroan yang tidak melaksanakan HMETD miliknya dan tidak mengambil porsinya atas Saham Baru dapat terdilusi sebesar maksimum 13,79 persen.
Sekitar 70 persen dari dana yang diperoleh dari rights issue akan digunakan untuk modal kerja perseroan guna mendukung kegiatan usaha Perseroan yang termasuk namun tidak terbatas pada pembayaran ke pemasok atas persediaan barang dagangan, pembayaran kegiatan promosi, pengangkutan barang dagangan, biaya perbaikan, pemeliharaan dan biaya operasional lainnya.
Sisanya sekitar 30 persen adakan digunakan untuk belanja modal. Rinciannya, 65 persen dari dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan gerai perseroan di seluruh cabang, dan sebesar 35 persen akan dipergunakan untuk pengembangan gudang Perseroan di Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utara.