Bursa Saham Asia Bervariasi Jelang Keputusan The Fed

Investor yang masih menanti keputusan bank sentral termasuk bank sentral Amerika Serikat atau the Fed bayangi bursa saham Asia Pasifik.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Sep 2023, 07:54 WIB
Diterbitkan 20 Sep 2023, 07:52 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu (20/9/2023) pada awal sesi perdagangan. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Rabu (20/9/2023) pada awal sesi perdagangan. Investor menanti keputusan suku bunga pinjaman China bertenor satu dan lima tahun.

Selain itu, investor juga menunggu keputusan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).  Selain keputusan bank sentral, pasar juga menanti data perdagangan Agustus dari Jepang. Di sisi lain, inflasi di Korea Selatan melonjak untuk pertama kali sejak Juli 2022.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 melemah tipis. Indeks Topix mendatar. Defisit perdagangan Jepang pada Agustus menyempit. Sedangkan impor dan ekspor mencatat penurunan yang lebih kecil dari prediksi.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah terbatas 0,11 persen. Namun, indeks Kospi Korea Selatan naik tipis 0,1 persen, demikian juga indeks Kosdaq menguat.

Indeks berjangka Hang Seng berada di posisi 17.980, lebih rendah dari penutupan terakhir di 17.997,17.

Di wall street, tiga indeks acuan melemah jelang keputusan the Fed. Indeks Dow Jones merosot 0,31 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 0,22 persen. Sedangkan indeks Nasdaq turun 0,23 persen.

Pekan ini merupakan hal yang penting bagi bank sentral baik di Amerika Serikat dan dunia. Sejumlah bank sentral gelar pertemuan. The Federal Reserve (the Fed) mulai pertemuan kebijakan dua hari pada Selasa pekan ini. Pelaku pasar prediksi kemungkinan 99 persen kalau the Fed pertahankan suku bunga saat mengumumkan kebijakan pada Rabu pekan ini, menurut FedWatch CMEGroup.

Selain itu, bank sentral di beberapa negara lain juga akan mengumumkan keputusan kebijakannya pada pekan ini. Berikut sejumlah bank sentral yang akan rilis kebijakan antara lain Brazil, Indonesia, Jepang, Norwegia, Afrika Selatan, Swedia, Swiss dan Taiwan.

Chief Investment Strategist CFRA Research Sam Stovall menuturkan, investor di dunia sedang menanti apa yang akan dilakukan bank sentral.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik pada 19 September 2023

Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)
Bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga. (Foto: Jason Briscoe/Unsplash)

Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Selasa, 19 September 2023 seiring pelaku pasar mencerna risalah rapat kebijakan Bank Sentral Australia pada 5 September 2023. Bank sentral Australia menyebutkan inflasi masih terlalu tinggi.

Bank menuturkan, pengetatan kebijakan lebih lanjut mungkin diperlukan jika inflasi lebih persiten dari perkiraan. Demikian dikutip dari CNBC.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,47 persen. Indeks Kospi Korea Selatan dan Kosdaq masing-masing turun 0,74 persen dan 0,98 persen. Indeks Nikkei tergelincir 1,09 persen. Sedangkan indeks Topix susut 0,26 persen. Indeks Hang Seng turun 0,21 persen. Indeks CSI merosot 0,31 persen.

Penutupan Wall Street pada 19 September 2023

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 19 September 2023. Hal ini seiring wall street menanti hasil pertemuan kebijakan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) pekan ini.

Dikutip dari CNBC, Rabu (20/9/2023), pada penutupan perdagangan wall street merosot 106,57 poin atau 0,31 persen ke posisi 34.517,73. Indeks S&P 500 susut 0,22 persen menjadi 4.443,95. Indeks Nasdaq susut 0,23 persen ke posisi 13.678,19.

11 sektor saham di S&P 500 melemah pada perdagangan Selasa pekan ini. Sektor saham konsumsi, energi dan industri mencatat kinerja terburuk. Tiga sektor saham itu susut lebih dari 1 persen. Sedangkan sektor saham utilitas dan perawatan kesehatan melemah terbatas.

Saham Disney turun lebih dari 3 persen setelah mengumumkan rencana menggandakan investasi dalam bisnis kapal pesiar dan taman. Saham Deere merosot hampir 3 persen setelah bank investasi Evercore ISI menurunkan peringkat sahamnya karena kekhawatiran produksi pertanian.

Saham perusahaan pengiriman bahan makanan Instacart naik lebih dari 12 persen telah debut di pasar.

Di sisi lain, pertemuan dua hari bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) mulai pada Selasa pekan ini. The Fed diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga ketika mengumumkan keputusannya pada Rabu pekan ini seiring pelaku pasar perkirakan 99 persen the Fed tetap pertahankan suku bunga, menurut alat FedWatch dari CME Group. Pelaku pasar hanya prediksi peluang kenaikan 29 persen pada November.

The Fed juga akan menyampaikan prediksi ekonomi pada Rabu pekan ini. Investor akan mengamati komentar seputar jalur inflasi dan masa depan kebijakan moneter.

“Sekarang kita berhadap langsung dengan pertemuan The Fed, pasar hanya mengambil sedikit nafas dan menanti untuk melihat apa yang akan mereka katakana sebagai isyarat selanjutnya,” ujar Portfolio Manager Commonwealth Financial Network, Chris Fasciano.

Arah Bank Sentral

(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Sementara itu, Senior Investment Strategist Charles Schwab, Kevin Gordon menuturkan, saat ini lebih dekat ke akhir siklus kenaikan suku bunga dibandingkan awalnya. “Cara mereka memandang tahun depan atau setidaknya perubahan pada 2024, jauh lebih penting,” ujar dia.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) dan Brent merosot setelah mencapai level tertinggi yang belum pernah terlihat sejak November. Langkah ini tampaknya meningkatkan sentimen pasar dan mengangkat saham dari posisi terendahnya.

Sedangkan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun mencapai titik tertinggi yang belum pernah terlihat sejak November 2007.

Adapun pimpinan serikat pekerja United Auto Workers yang melakukan aksi mogok mengatakan lebih banyak anggota dapat diminta untuk menahan pekerja jika kemajuan tidak dicapai dalam tenggat waktu pada Jumat pekan ini. Saham Stellantis naik lebih dari 2 persen. Sedangkan saham Ford dan General Motors masing-masing naik lebih dari 1 persen.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya