Emiten Ini Menadah Berkah di Tengah Kenaikan Harga Minyak

Harga minyak global meningkat dinilai berdampak terhadap pergerakan harga saham. Berikut sejumlah rekomendasi saham di tengah kenaikan harga minyak.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 25 Sep 2023, 13:46 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2023, 12:55 WIB
Emiten Ini Menadah Berkah di Tengah Kenaikan Harga Minyak
Harga minyak mentah meningkat pada 2023. Pada Agustus 2023 saja, rata-rata minyak mentah Indonesia pada Agustus 2023 naik USD 7,53 per barel menjadi USD 82,59 per barel. Bagaimana dampaknya ke saham? (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah meningkat pada 2023. Pada Agustus 2023 saja, rata-rata minyak mentah Indonesia  naik USD 7,53 per barel menjadi USD 82,59 per barel dibandingkan Juli 2023 sebesar USD 75,06 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah Indonesia naik didorong kenaikan harga minyak mentah utama di pasar internasional yang dipengaruhi pasokan minyak mentah global. Harga minyak WTI naik USD 5,28 menjadi USD 81,32 dan harga minyak Brent naik menjadi USD 85,10.  Lantas, saham apa saja yang diuntungkan oleh kondisi tersebut? 

Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menuturkan, kenaikan harga minyak terjadi karena beberapa faktor terutama dari pemangkasan ekspor minyak dari pemain besar yakni Arab Saudi dan Rusia yang berencana berlaku sampai akhir tahun ini. 

"Selain itu kalau kami lihat permintaan minyak dari China juga melonjak sejak beberapa bulan yang didukung oleh summer travel serta pasca re-opening. Ini semua membuat harganya cenderung naik,” kata Arjun kepada Liputan6.com, ditulis Sabtu (23/9/2023). 

Dia bilang, kenaikan harga tersebut memberikan dampak positif bagi emiten terkait minyak. Sebab, kinerja keuangannya akan ikut terdongkrak.

"Terlihat dari tren emiten minyak mentah tren nya mereka mirip dengan tren harga minyak mentah,” kata dia. 

Dengan begitu, ia merekomendasikan beli saham MEDC dengan target harga Rp 1.700 per saham dan ELSA dengan target harga Rp 480 per saham

Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, kenaikan harga minyak akan berdampak positif bagi emiten sektor pertambangan khususnya minyak. Antara lain, saham emiten RUIS, MEDC, AKRA, BIPI, dan ELSA.

"Secara teknikal kami mencermati ELSA (444-450), MEDC (1.700-1.850), AKRA (1.540-1.600),” kata Herditya.

 

 

Harga Saham Energi Menguat

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pengamat Pasar Modal Desmond Wira mengatakan, sejak Juli 2023 harga minyak bergerak naik dari kisaran USD 70 hingga sekarang USD 90 per barel. Bersamaan dengan itu, harga saham energi di dalam negeri juga naik. 

"Sentimen kenaikan harga minyak mungkin masih berpotensi bertahan sampai akhir 2023. Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi minyak sukarela sebanyak 1 juta barel per hari hingga Oktober, melanjutkan pembatasan pasokan yang diprakarsai oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan mitranya. Hal ini berpotensi mengurangi supply minyak sekaligus membuat harga minyak bertahan di harga tinggi,” ujar dia. 

Menurut ia, dalam kondisi tersebut akan memberikan dampak positif untuk sektor energi, mulai dari minyak dan batu bara. Bagi para investor, ia merekomendasikan buy on weakness untuk saham ELSA, MEDC, dan AKRA. 

"Jika masih berminat beli emiten minyak, bisa mencoba buy on weakness saham (emiten terkait-red) minyak, misalnya ELSA, MEDC, AKRA. Tunggu koreksi baru beli,” kata dia.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Kinerja IHSG pada 18-22 September 2023

FOTO: PPKM, IHSG Ditutup Menguat
Pialang memeriksa kacamata saat tengah mengecek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Jakarta, Kamis (9/9/2021). IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 42,2 poin atau 0,7 persen ke posisi 6.068,22 dipicu aksi beli oleh investor asing. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada 18-22 September 2023. Penguatan IHSG dibayangi kebijakan bank sentral baik bank sentral Amerika Serikat (the Fed) dan Bank Indonesia (BI).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (23/9/2023), IHSG melejit 0,49 persen ke posisi 7.016,84. Pada pekan lalu, IHSG melonjak 0,84 persen ke posisi 6.982,79.

Kenaikan IHSG juga diikuti kapitalisasi pasar bursa. Kapitalisasi pasar bursa melambung 0,50 persen menjadi Rp 10.390 triliun dari Rp 10.339 triliun pada pekan sebelumnya.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana mengatakan, IHSG menguat 0,4 persen pada pekan ini disertai dengan sejumlah sentimen. Salah satunya keputusan bank sentral Amerika Serikat atau the Fed pertahankan suku bunga acuan 5,5 persen. Demikian juga Bank Indonesia (BI) pertahankan suku bunga acuan 5,75 persen.

“Dalam sepekan ini, IHSG menguat 0,49 persen disertai sejumlah sentimen antara lain FFR dan 7DRRR yang masih bertahan di 5,5 persen dan 5,75 persen.

"Koreksi indeks saham juga karena ada kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sementara itu, rata-rata volume transaksi harian bursa turun 40,79 persen menjadi 17,28 miliar saham dari 29,18 miliar saham pada pekan lalu.

 

Sektor Saham

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa terpangkas 2,07 persen menjadi 1.158.472 kali transaksi dari 1.182.973 kali transaksi pada pekan lalu. Rata-rata nilai transaksi harian bursa susut 18,90 persen menjadi Rp 10,91 triliun dari Rp 13,45 triliun pada pekan lalu.

Selama sepekan, sebagian besar sektor saham (IDX-IC) menguat. Sektor saham energi naik 0,33 persen, sektor saham basic bertambah 1,01 persen, sektor saham industri menanjak 0,34 persen. Selain itu, sektor saham nonsiklikal melonjak 1,4 persen, sektor saham keuangan bertambah 0,68 persen.

Selanjutnya, sektor saham properti mendaki 0,16 persen, sektor saham infrastruktur melambung 1,35 persen dan sektor saham transportasi mendaki 0,21 persen. Di sisi lain, sektor saham siklikal merosot 1,48 persen, sektor saham kesehatan merosot 0,82 persen, dan sektor saham teknologi susut 1,7 persen.

Di tengah penguatan IHSG, sejumlah saham mencatat penguatan terbesar atau top gainers yang melebihi kinerja IHSG.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya