Bursa Karbon Resmi Meluncur, Bagaimana Potensi Saham Emiten EBT?

Bursa karbon Indonesia diresmikan pada Selasa, 26 September 2023. Dengan perdagangan karbon akan menjadi bisnis baru yang berdampak ke saham emiten energi baru terbarukan (EBT).

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Sep 2023, 12:31 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2023, 12:29 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan bursa karbon (IDX Carbon) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (26/9/2023). (Foto: BEI)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan bursa karbon Indonesia pada Selasa, 26 September 2023. Dengan kehadiran bursa karbon Indonesia, analis menilai hal itu menjadi sentimen untuk saham energi baru terbarukan (EBT). (Foto: BEI)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi meluncurkan bursa karbon Indonesia pada Selasa, 26 September 2023. Dengan kehadiran bursa karbon Indonesia, analis menilai hal itu menjadi sentimen untuk saham energi baru terbarukan (EBT).

"Bursa karbon saya luncurkan pada hari ini,” ujar Jokowi dalam konferensi pers di Main Hall BEI, Selasa, 26 September 2023

Jokowi menuturkan, hal ini merupakan kontribusi nyata negara dalam rangka melawan krisis iklim dan krisis perubahan iklim. "Ini kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama melawan krisis iklim dan krisis perubahan iklim,” kata dia. 

Lalu bagaimana potensi saham energi baru terbarukan dengan kehadiran bursa karbon?

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM menuturkan, kehadiran bursa karbon akan menjadi sentimen positif untuk saham energi baru terbarukan (EBT). Ia menilai, energi baru terbarukan akan menjadi bisnis masa depan terkait masalah energi hijau dan emisi karbon. Implementasi bursa karbon menjadi jembatan antara pembeli dan penjual unit karbon.

“Hadirnya bursa karbon menjembatani antara pembeli unit karbon (memiliki komitmen untuk secara sukarela menurunkan emisi Gas Rumah Kaca) dan penjual unit karbon,” kata dia saat dihubungi Liputan6.com

Ia menambahkan, penjual unit karbon akan mendapatkan tambahan pendapatan karena bisnisnya dapat mengurangi emisi karbon yakni geothermal dan kehutanan. Namun, diprediksi nilainya masih kecil.

“Walaupun secara nilai saat ini masih relatif kecil terhadap revenue namun ke depan potensi perdagangan karbon diprediksi akan berpotensi besar,” kata Roger.

 

Potensi Saham Energi Baru Terbarukan

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Demikian hal disampaikan pengamat pasar modal Desmond Wira. Ia menilai, potensi saham energi baru terbarukan masih positif seiring kehadiran bursa karbon.

“Secara potensi pertumbuhan pasar EBT masih cukup besar. International Renewable Energy Agency (IRENA) memperkirakan total potensi energi terbarukan Indonesia mencapai 3.692 gigawatt (GW). Namun, sampai 2021, kapasitas terpasangnya baru 10,5 GW atau sekitar 0,3 persen dari total potensi yang ada,” kata dia.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menuturkan, prospek saham energi baru terbarukan masih positif setelah bursa karbon diluncurkan. Hal ini mengingat potensi perdagangan bursa karbon yang besar.  Pada peluncuran bursa karbon, Jokowi menuturkan, potensi perdagangan karbon dapat mencapai Rp 3.000 triliun. Ia menilai, ada satu gigaton karbondioksida (CO2) potensi kredit karbon yang menjadi peluang.

“Demandnya akan positif. Indonesia memiliki konservasi hutan terbesar di dunia, ini potensi besar (bursa karbon-red),” ujar Nicodemus.

Sentimen Positif

Indeks Harga Saham Gabungan Akhir Tahun 2022 Ditutup Lesu
Karyawan melintasi layar yang menampilkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat acara Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2022 di Jakarta, Jumat (30/12/2022). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 59 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO) atau pencatatan saham sepanjang 2022. Pada penutupan perdagangan akhir tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup lesu 0,14% atau 9,46 poin menjadi 6.850,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Desmond mengatakan, ada sejumlah sentimen positif yang dapat pengaruhi prospek pertumbuhan EBT ke depan. Pertama, komitmen pertama untuk meningkatkan EBT dalam mengejar target bauran EBT 23 persen pada 2025. Kedua, permintaan EBT dari industri memang semakin meningkat. Ketiga, sejumlah industri nasional juga telah mencanangkan upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca melalui pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi energi.

Selain itu, menurut Roger, investor juga akan memperhatikan ESG ke depan, terutama terkait ramah lingkungan. EBT menjadi salah satunya sehingga prospek ke depan akan terus berkelanjutan.

Saham-saham yang Mendapatkan Keuntungan

Roger menuturkan, ada beberapa emiten yang diuntungkan dengan kehadiran bursa karbon terutama emiten yang bergerak di EBT antara lain PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN), PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD), dan PT SLJ Global Tbk (SULI).

Demikian juga dengan Pilarmas Investindo Sekuritas memilih emiten EBT yang akan dapatkan keuntungan dari bursa karnon. Saham emiten itu antara lain PGEO, KEEN,ARKO, WOOD, SULI dan PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU).

Tips untuk Investor

IHSG Awal Pekan Ditutup di Zona Hijau
Pejalan kaki melintas dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di kawasan Jakarta, Senin (13/1/2020). IHSG sore ini ditutup di zona hijau pada level 6.296 naik 21,62 poin atau 0,34 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bagi Anda yang tertarik saham EBT, Roger mengingatkan untuk mencari fundamental sehat. Nico juga menuturkan faktor fundamental juga penting diperhatikan saat memilih saham EBT.

Sementara itu, Desmond menilai saham emiten EBT saat ini lebih cocok untuk investor jangka panjang. “Karena sebenarnya dalam jangka pendek saham EBT telah meningkat signifikan. Misalnya PGEO dalam 6 bulan terakhir sudah naik 71 persen. Upsite untuk spekulasi jangka pendek mungkin sudah terbatas,” tutur dia.

Rekomendasi Saham

Untuk rekomendasi saham, Desmond menyarankan untuk investor jangka panjang bila ingin koleksi disarankan menunggu koreksi. “Buy on weakness di kisaran 1.200,” kata dia.

Sedangkan Roger memilih saham PGEO dan KEEN. “Mungkin saat ini sudah terlalu naik signifikan. Jadi koreksi bisa dijadikan momentum buy on weakness,” kata dia.

Berdasarkan data RTI, selama 6 bulan terakhir, saham PGEO naik 76,75 persen. Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Rabu, 27 September 2023, saham PGEO naik 2,3 persen ke posisi Rp 1.520 per saham.

Demikian juga saham KEEN sudah melambung 78,10 persen dalam enam bulan terakhir. Saham KEEN ditutup naik 1,08 persen ke posisi Rp 935 pada sesi pertama, 27 September 2023.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya