Meneropong Prospek Saham BBNI Usai Sentuh Rekor Tertinggi

Berikut ulasan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dari analis usai saham BBNI sentuh posisi tertinggi intraday.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 11 Feb 2024, 17:31 WIB
Diterbitkan 11 Feb 2024, 17:31 WIB
Meneropong Prospek Saham BBNI Usai Sentuh Rekor Tertinggi
Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI kembali menembus level tertinggi baru dalam sejarah saat intraday, Selasa, 6 Februari 2024. (Dok: BNI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) atau BNI kembali menembus level tertinggi baru dalam sejarah (All Time High/ATH) di Rp 5.825 pada perdagangan intraday sesi I, Selasa 6 Februari 2024. Meski telah tembus ATH, saham BBNI dinilai berpotensi untuk mencapai lebih dari Rp 6.000.

Rekor tertinggi baru harga saham BBNI menjadi tonggak sejarah baru bagi perseroan. Dalam tiga tahun terakhir, harga saham BBNI telah naik 91,74 persen, hampir mencapai dua kali lipat. Capaian tersebut melampaui dua bank besar lainnya seperti BBCA yang naik 50,55 persen dan BBRI yang melonjak 41,04 persen.

Kinerja harga saham BBNI juga diikuti oleh penguatan fundamental perusahaan. Laba bersih BNI juga mencapai ATH pada tahun 2023, yaitu sebesar Rp 20,9 triliun, naik 14,2 persen dibandingkan dengan tahun 2022 yang sebesar Rp 18,3 triliun.

Capaian tersebut sejalan dengan estimasi beberapa analis sekuritas. Pertumbuhan laba bersih didorong oleh penurunan beban provisi sebesar 20,1 persen, akibat kualitas aset yang menunjukkan perbaikan.

Untuk 2024, manajemen Bank Negara Indonesia menargetkan penyaluran kredit dengan pertumbuhan 9-11 persen, Net Interest Margin (NIM) di atas 4,5 persen, serta beban biaya pencadangan kredit (cost of credit) di bawah 1,4 persen. Pelaku pasar dari kalangan analis menyambut positif target manajemen BBNI tersebut dan optimis bahwa hal tersebut dapat dicapai.

Analis KB Valbury Sekuritas, Akhmad Nurcahyadi menyebut, target penyaluran kredit tersebut dapat dicapai dan menyoroti likuiditas BNI yang melimpah, terutama disebabkan oleh peningkatan rasio CASA perseroan serta Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tumbuh melampaui industri.

Selain aspek likuiditas, faktor yang juga dicermati oleh pelaku pasar adalah ada perbaikan kualitas aset yang diharapkan mendorong kinerja BBNI pada 2024.

"Metrik kualitas aset mengalami kenaikan yang signifikan, dengan turunnya NPL 70bp YoY menjadi 2,1 persen, LAR turun 310bp YoY menjadi 12,9 persen, dan CoC turun 50bp YoY menjadi 1,4 persen pada FY23, sejalan dengan panduan BBNI," tulis Handy Noverdianus dan tim analis CGS CIMB Sekuritas dalam laporan risetnya, ditulis Minggu (11/2/2024).

Rasio NPL

Menginjak Usia 73 Tahun Gedung Menara BNI Diresmikan
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) kini mencapai usianya yang ke-73 tahun. Sebuah ikon baru diresmikan sabagai salah satu kado istimewa pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) BNI tersebut, yaitu Gedung Menara BNI di kawasan Pejompongan, Jakarta, pada Jumat (5 Juli 2019).

Rasio NPL BNI di akhir Desember 2023 mencapai 2,1 persen, membaik dibandingkan akhir tahun sebelumnya yang mencapai 2,8 persen. Rasio kredit macet juga terus membaik secara kuartalan. Pada kuartal III-2023, rasio NPL BNI mencapai 2,3 persen.

Tidak hanya rasio NPL yang membaik, rasio kredit berisiko atau dikenal dengan Loan at Risk (LaR) bank dengan logo 46 tersebut juga menunjukkan perbaikan secara konsisten. LaR BBNI per akhir Desember 2023 mencapai 12,9 persen, turun dari 16 persen di 2022.

Perbaikan kualitas aset BNI tersebut membuat beban cost of credit BNI turun dari 1,9 persen pada akhir Desember 2022 menjadi 1,4 persen akhir tahun lalu. Tahun ini, manajemen BBNI menargetkan cost of credit BBNI dapat di bawah 1,4 persen dan akan berada di level 1 persen dalam jangka panjang.

 

Prediksi Kinerja 2024

Gedung BNI (Foto:BNI)
Gedung BNI (Foto:BNI)

Upaya bank BUMN tersebut untuk terus meningkatkan kualitas aset juga turut diapresiasi oleh pelaku pasar. Menurut CFA analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella Siahaan, target BNI untuk mencapai rasio LaR 10 persen di 2024 dan mencapai single digit di 2025 sejalan dengan target bank untuk mencapai cost of credit di bawah 1 persen untuk jangka panjang.

"Kami telah merevisi estimasi laba kami untuk 2024/25F sebesar 3 persen, terutama karena asumsi CoC yang sedikit lebih baik," tulis Erni dalam risetnya.

Erni memperkirakan laba bersih BNI dapat tumbuh 16,7 persen pada 2024 menjadi Rp 24,4 triliun. Sejalan dengan Ciptadana Sekuritas, CGS-CIMB Sekuritas juga memperkirakan laba bersih BNI di tahun ini berpotensi mencapai Rp 24,6 triliun.

Dengan ada potensi pertumbuhan laba bersih hingga dua digit di 2024, kedua sekuritas tersebut mempertahankan rekomendasi beli untuk saham BBNI. Ciptadana Sekuritas memasang target price BBNI di Rp 6.300, setara dengan 1,4x Price to Book Value (PBV) BBNI di 2024, sedangkan CGS-CIMB mematok target harga BBNI di Rp 6.750, setara dengan 1,5x PBV.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya