Bursa Saham Asia Beragam, China Jadi Perhatian Usai Libur Sepekan

Semua perhatian akan ke bursa saham China yang telah libur selama sepekan seiring libur Tahun Baru Imlek.

oleh Agustina Melani diperbarui 19 Feb 2024, 09:10 WIB
Diterbitkan 19 Feb 2024, 09:10 WIB
Bursa Saham Asia Beragam, China Jadi Perhatian Usai Libur Sepekan
Bursa saham di Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin (19/2/2024). Hal ini di tengah investor menanti China untuk melanjutkan perdaganan dan wall street libur untuk peringati Hari Presiden. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham di Asia Pasifik beragam pada perdagangan Senin (19/2/2024). Hal ini di tengah investor menanti China untuk melanjutkan perdaganan dan wall street libur untuk peringati Hari Presiden.

Dikutip dari CNBC, semua perhatian akan tertuju kepada bursa saham China yang libur sepekan seiring libur Tahun Baru Imlek yang menyebabkan belanja konsumen melonjak dibandingkan sebelum COVID-19, menurut data resmi/

Menteri Luar Negeri China Wang Yi menuturkan kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken kalau AS harus mencabut pembatasan terhadap perusahaan dan warga China serta upaya untuk memisahkan diri dari Beijing hanya akan merugikan Washington.

Indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.343, lebih tinggi dari penutupan perdagangan terakhir di kisaran 16.339,96. Indeks Nikkei 225 di Jepang melemah 0,1 persen, sedangkan indeks Topix mendatar.

Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 0,8 persen dan indeks Kosdaq naik 0,1 persen. Di Australia, indeks ASX 200 menguat 0,1 persen.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, wall street melemah seiring laporan inflasi yang memanas memicu kekhawatiran penurunan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) mungkin tidak akan terjadi hingga lebih lambat dari prediksi pada 2024. Indeks saham S&P 500 turun 0,48 persen, indeks Dow Jones merosot 0,37 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 0,82 persen.

Tiga indeks acuan di wall street berada di zona negatif pada pekan ini. Indeks S&P 500 susut 0,42 persen, indeks Dow Jones merosot 0,11 persen dan indeks Nasdaq tergelincir 1,34 persen.

Penutupan Bursa Saham Asia Pasifik Pekan Lalu

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Hong Kong memimpin kenaikan di Asia pada Jumat, 16 Februari 2024. Indeks Nikkei 225 di Jepang mencapai level tertinggi baru dalam 34 tahun.

Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 mencapai level tertinggi intraday di 38.863,69. Indeks Nikkei kurang dari 100 poin dari rekor tertingginya.

Indeks Nikkei naik 0,86 persen ke posisi 38.478,24 sehari setelah Jepang kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia dan melaporkan resesi secara teknikal.

Perlambatan ekonomi di Jepang telah meningkatkan harapan Jepang akan mempertahankan kebijakan moneter ultra longgarnya lebih lama, bahkan ketika menteri keuangan Jepang khawatir terhadap pelemahan yen.

Bursa saham Asia Pasifik lainnya menguat pada Jumat pekan ini, mengikuti kenaikan wall street. Indeks S&P 500 mencapai rekor tertinggi baru.

Indeks Hang Seng naik 2,41 persen, sedangkan bursa saham China masih libur Tahun Baru Imlek.

Di Australia, indeks ASX naik 0,69 persen ke posisi 7.658,3. Indeks Kospi Korea Selatan bertambah 1,27 persen ke posisi 2.624,73.

 

Wall Street Selama Sepekan

Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas
Pasar Saham AS atau Wall Street.Unsplash/Aditya Vyas

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan Jumat, 16 Februari 2024. Hal ini setelah laporan inflasi panas lainnya yang memicu kekhawatiran penurunan suku bunga the Federal Reserve (the Fed) tidak akan terjadi pada 2024.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (17/2/2024), pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 melemah 0,48 persen menjadi 5.005,57. Indeks Dow Jones tergelincir 145,13 poin atau 0,37 persen ke posisi 38.627,99. Indeks Nasdaq terpangkas 0,82 persen ke posisi 15.775,65.

Tiga indeks acuan itu mematahkan kenaikan beruntun dalam lima minggu dan mengakhir pekan ini dengan kinerja negatif. Indeks S&P 500 melemah 0,42 persen. Indeks Dow Jones tergelincir 0,11 persen. Indeks Nasdaq anjlok 1,34 persen.

Indeks harga produsen untuk Januari yang merupakan ukuran inflasi grosir naik 0,3 persen. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones prediksi kenaikan 0,1 persen. Tidak termasuk pangan dan energi, inflasi inti bertambah 0,5 persen dari harapan kenaikan 0,1 persen.

Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun melonjak di atas 4,3 persen seiring rilis inflasi yang memanas. Pada satu titik, imbal hasil obligasi tenor dua tahun mencapai 4,7 persen sejak Desember.

Pekan ini merupakan minggu yang penuh gejolak bagi saham seiring investor hati-hati menilai arah ekonomi Amerika Serikat dan kapan the Fed mungkin memutuskan untuk menurunkan suku bunganya.

Pada Selasa, indeks Dow Jones membukukan koreksi terbesar dalam hampir satu tahun setelah indeks harga konsumen utama pada Januari mencapai 3,1 persen, lebih tinggi dari perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones sebesar 2,9 persen.

Di sisi lain, pasar mengabaikan laporan itu dalam dua hari berikutnya dengan indeks S&P 500 naik pada Kamis pekan ini sehingga ditutup ke rekor tertinggi. Namun, laporan inflasi grosir pada Jumat pekan ini menambah kekhawatiran the Fed mungkin harus menanti hingga akhir tahun ini sebelum mulai menurunkan suku bunganya.

 

Potensi Volatilitas

Wall Street
Pedagang bekerja di New York Stock Exchange saat Ketua Federal Reserve Jerome Powell berbicara setelah mengumumkan kenaikan suku bunga di New York, Amerika Serikat, 2 November 2022. (AP Photo/Seth Wenig)

Kepada CNBC, CEO AXS Investments, Greg Bassuk menuturkan, investor harus bersiap hadapi volatilitas jangka pendek lebih besar. Hingga baru-baru ini, sebagian besar investor yakin penurunan suku bunga akan dimulai pada paruh pertama tahun ini. “Tampaknya the Fed akan menunda hingga paruh kedua tahun ini,” ujar dia.

Bassuk menuturkan, volatilitas pasar mencerminkan tarik menarik antara inflasi yang tinggi yang menunjukkan tidak ada penurunan suku bunga dalam jangka pendek. “Laba yang kuat serta tanda-tanda lain dari perekonomian yang kuat, yang menggarisbawahi keyakinan investor ada lebih banyak pertumbuhan ke depan untuk saham,” kata dia.

Saham Applied Materials melonjak 6 persen seiring laba lebih kuat dari perkiraan. Saham DoorDash merosot 8 persen seiring kerugian yang lebih besar dari perkiraan, sedangkan saham Trade Desk naik 17 persen setelah melampaui perkiraan pendapatan dan menawarkan panduan yang optimistis untuk kuartal pertama.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya