Bursa Saham Asia Melejit Ikuti Wall Street, Investor Menanti Data Ekonomi China

Bursa saham Asia Pasifik menguat pada awal sesi perdagangan Jumat, 1 Maret 2024 di tengah investor menanti data ekonomi China. Penguatan bursa saham Asia ini mengikuti wall street.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Mar 2024, 08:49 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2024, 08:49 WIB
Bursa Saham Asia Melejit Ikuti Wall Street, Investor Menanti Data Ekonomi China
Bursa saham Asia Pasifik menguat pada awal perdagangan Jumat (1/3/2024) mengikuti wall street. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik menguat pada awal perdagangan Jumat (1/3/2024) mengikuti wall street. Di sisi lain, investor menunggu data manufaktur dari China.

Dikutip dari CNBC, sebagian besar bursa saham Asia melemah pada Kamis, 29 Februari 2024. Indeks CSI 300 China ditutup hampir melonjak 2 persen ke posisi 3.516,08 menjelang pembacaan indeks manajer pembelian pada Februari.

Data resmi diperkirakan menunjukkan PMI manufaktur di 49,1, menurut perkiraan Reuters Poll. PMI manufaktir Caixin diprediksi sebesar 50,6. Angka PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi, sedangkan di bawah angka tersebut menunjukkan kontraksi.

Indeks Nikkei 225 di Jepang naik 0,72 persen pada pembukaan perdagangan. Indeks Topix bertambah 0,50 persen. Di Australia, indeks ASX 200 naik tipis 0,1 persen.

Sementara itu, indeks Hang Seng berjangka di Hong Kong berada di posisi 16.455, menunjukkan pembukaan lebih rendah dibandingkan penutupan terakhir 16.511,44. Sementara itu, bursa saham Korea Selatan libur.

Di wall street, indeks Nasdaq catat rekor penutupan pertama sejak November 2021 pada perdagangan Kamis waktu setempat seiring lonjakan saham chip dan teknologi.

Indeks Nasdaq naik 0,90 persen dan ditutup di level tertinggi sepanjang masa di 16.091,92. Indeks S&P 500 juga sentuh rekor dengan menguat 0,52 persen ke posisi 5.096,27. Indeks Dow Jones naik 0,12 persen.

Data semalam menunjukkan, inflasi Amerika Serikat naik sesuai harapan pada Januari, menurut ukuran utama yang digunakan the Federal Reserve (the Fed) untuk menilai inflasi.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi tidak termasuk biaya makanan dan energi naik 0,4 persen pada Januari dan 2,8 persen dari tahun sebelumnya, sejalan dengan perkiraan konsensus Dow Jones.

 


Penutupan Bursa Saham Asia pada 29 Februari 2024

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang pria melihat layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya diberitakan, bursa saham Asia Pasifik beragam pada perdagangan Kamis, 29 Februari 2024. Hal ini seiring investor menanti data inflasi Amerika Serikat sebagai petunjuk mengenai kebijakan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed).

Dikutip dari CNBC, indeks Hang Seng di Hong Kong naik 0,5 persen. Indeks CSI 300 di China bertambah 1,9 persen ke posisi 3.516,08 sebelum pembacaan indeks manajer pembelian manufaktur.

Pada Rabu pekan ini, Hong Kong menuturkan akan hapuskan pembatasan properti dalam upaya mendukung sektor real estate dan perkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran 2,5 persen-3,5 persen pada 2024.

Sementara itu, Walt Disney dan konglomerat India Reliance akan gabungkan bisnis di India. Entitas gabungan ini bernilai USD 8,5 miliar.

Indeks Nikkei 225 di Jepang susut 0,1 persen ke posisi 39.166,19. Indeks Topix mendatar di posisi 2.675,73. Indeks Nikkei sebelumnya sentuh rekor tertinggi.

Indeks Kospi di Korea Selatan turun 0,4 persen. Indeks Kosq naik 0,14 persen. Indeks ASX 200 mendaki 0,5 persen ke posisi 7.698,70.

 


Harga Minyak Lesu

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Sebelumnya diberitakan, harga minyak mentah berjangka membukukan kenaikan bulanan kedua berturut-turut. Hal ini seiring OPEC+ akan memperpanjang pengurangan produksinya dan data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) sesuai perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (1/3/2024), harga minyak mentah berjangka tetap stabil setelah laporan dari Departemen Perdagangan AS menunjukkan inflasi naik sesuai harapan pada Januari.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April melemah 28 sen atau 0,36 persen ke posisi USD 78,26 per barel. Harga Brent untuk April turun 6 sen atau USD 0,07 persen menjadi USD 83,62 per barel.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau the personal consumption expenditures (PCE) naik 0,4 persen pada bulan ini dan 2,8 persen dari tahun lalu. Indeks PCE adalah ukuran inflasi yang dipakai the Federal Reserve (the Fed) ketika mempertimbangkan kebijakan suku bunga.

Pertaruhan pelaku pasar mengenai kapan the Fed akan menurunkan suku bunga sedikit berubah. Pasar prediksi pemangkasan suku bunga akan dilakukan pada Juni 2024.

Harga minyak mentah acuan AS dan Brent masing-masing naik 3 persen dan 2,3 persen pada Februari 2024 dengan kontrak bulan pertama diperdagangkan dengan harga premium hingga bulan-bulan berikutnya.

 


Rencana Pengurangan Produksi

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Di sisi lain, OPEC+ sedang mempertimbangkan untuk memperpanjang pengurangan produksinya hingga kuartal II, demikian menurut sumber kepada Reuters pada Rabu pekan ini. Sumber menyebutkan, kartel dapat mempertahankan pemangkasan tersebut hingga akhir tahun ini.

OPEC+ pada November sepakat untuk memangkas 2,2 juta barel per hari pada kuartal pertama 2024 karena AS, Kanada, Guyana, dan Brasil memproduksi minyak mentah dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga memberikan tekanan pada harga minyak pada akhir tahun lalu.

Harga juga meningkat pada bulan ini seiring dengan berlanjutnya konflik di Timur Tengah, dengan meningkatnya ketegangan di perbatasan Israel-Lebanon dan militan Houthi yang melanjutkan serangan mereka terhadap pengiriman di Laut Merah.

Sejauh ini konflik tersebut tidak mengganggu produksi minyak mentah di wilayah tersebut, meskipun para analis telah memperingatkan  risiko konfrontasi langsung antara Iran dan AS yang akan berdampak pada pasar minyak.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya