ABBM Tebar Dividen Rp 295 per Saham, Lo Kheng Hong Kebagian Berapa?

Salah satu emiten andalan Lo Kheng Hong, ABM Investama Tbk (ABMM) akan membagikan dividen Rp 812,18 miliar atau Rp 295 per saham.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 22 Mei 2024, 17:08 WIB
Diterbitkan 22 Mei 2024, 17:08 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Salah satu emiten andalan Lo Kheng Hong, ABM Investama Tbk (ABMM) akan membagikan dividen Rp 812,18 miliar atau Rp 295 per saham.

Rencana pembagian dividen itu telah mendapat restu pemegang saham melalui Rapat umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang diselenggarakan pada 15 Mei 2024.

Melansir data RTI, Lo Kheng Hong tercatat mengempit 5,01 persen saham ABMM atau sebanyak 137.999.000 lembar. Dengan asumsi kepemilikannya tidak mengalami perubahan sampai dengan cum date, maka Lo Kheng Hong berpotensi meraup cuan hingga Rp 40,71 miliar dari dividen ABMM.

Informasi saja, cum date merupakan tanggal terakhir bagi investor yang ingin membeli saham tertentu dan ingin mencatatkan diri sebagai pemegang hak untuk mendapatkan dividen dari emiten tersebut.

Pembagian dividen ABMM sendiri merujuk pada data keuangan perseroan tahun buku 2023 yang berakhir pada 31 Desember 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan laba USD 298 juta. Sebesar USD 50 juta atau Rp 812,18 miliar digunakan sebagai dividen. Kemudian sebesar USD 100 ribu disisihkan sebagai cadangan. Sisanya akan ditambahkan pada laba ditahan untuk kegiatan usaha perseroan.

Sampai dengan 31 Desember 2023, perserpan membukukan saldo laba ditahan sebesar USD 100 ribu. Bersamaan dengan itu, total ekuitas tercatat sebesar USD 758,93 juta. Lebih lanjut, berikut jadwal lengkap pembagian dividen ABM Investama Tbk (ABMM):

  • Tanggal cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 27 Mei 2024
  • Tanggal ex dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi: 28 Mei 2024
  • Tanggal cum dividen di pasar tunai: 29 Mei 2024
  • Tanggal ex dividen di pasar tunai: 20 Mei 2024
  • Tanggal daftar pemegang saham (DPS) yang berhak atas dividen tunai: 29 Mei 2024
  • Tanggal pembayaran dividen: 14 Juni 2024

Menanti Akhir Siklus Kenaikan Suku Bunga, IHSG Diramal Tembus 7.800

Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jelang akhir siklus kenaikan suku bunga, pasar saham masih menarik untuk dilirik. Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma, CFA menjelaskan penguatan pasar saham khususnya di Asia salah satunya terbantu oleh optimisme penurunan suku bunga The Fed pada akhir tahun ini.

Dalam catatannya, komunikasi Fed Chairman terakhir mengindikasikan bahwa kemungkinan besar The Fed tidak akan menaikkan suku bunga. Lantas, kebijakan berikut selanjutnya mengindikasikan adanya pemotongan suku bunga.

Dari Indonesia, langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga sebesar 6,25% di akhir April 2024, dipandang sebagai kebijakan antisipatif dalam menciptakan bantalan bagi Rupiah jika sentimen risk-off global terus berlanjut. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kenaikan suku bunga dapat membantu memperlambat depresiasi nilai tukar Rupiah.

“Pasar saham akan mendapatkan dampak positif dari meningkatnya fokus bank sentral dalam menjaga stabilitas Rupiah. Fokus kebijakan BI saat ini adalah menjaga stabilitas Rupiah, kami melihat BI akan tetap mempertahankan suku bunga tinggi hingga terdapat pemangkasan suku bunga The Fed," kata Samuel, dikutip Rabu (22/5/2024).

Risiko Pelemahan Rupiah

Menurutnya, penurunan suku bunga BI yang prematur, berpotensi menimbulkan risiko terhadap volatilitas Rupiah. Samuel menambahkan, ke depan yang akan menjadi perhatian adalah hingga berapa lama kondisi suku bunga tinggi ini akan bertahan.

"Peluang The Fed dalam untuk menurunkan suku bunga tahun ini berarti membuka juga peluang BI untuk ikut menurunkan suku bunga yang dapat meminimalisir dampak dari kenaikan suku bunga yang telah terjadi," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya