Kapitalisasi Pasar Trump Media Merosot, Kekayaan Donald Trump Susut Rp 61,81 Triliun

Kekayaan Donald Trump merosot seiring kapitalisasi pasar perusahaan media sosial Trump Media yang merosot sekitar 72 persen.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Sep 2024, 16:00 WIB
Diterbitkan 10 Sep 2024, 16:00 WIB
Kapitalisasi Pasar Saham Merosot, Kekayaan Donald Trump Susut Rp 61,81 Triliun
Saham perusahaan media sosial milik mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus merosot. (Photo by Brendan Smialowski/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Saham perusahaan media sosial milik mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terus merosot. Hal itu dinilai berdampak terhadap sebagian besar kekayaan Donald Trump.

Mengutip CNN, Selasa (10/9/2024), saham Trump Media & Technology Group (DJT) anjlok ke level terendah pada pekan lalu sejak merger yang membawa pemilik Truth Social ke publik musim semi ini.

Pada perdagangan Senin, 9 Maret 2024, harga saham Trump Media naik 5,5 persen menjadi USD 18,04. Meski menguat pada Senin, 9 September 2024, kapitalisasi pasar Trump Media susut 72 persen sejak mencapai puncaknya pada USD 66,22 pada 27 Maret.

Aksi jual ini telah hapus sejumlah besar kekayaan investor termasuk Donald Trump. Saham yang dimiliki Trump sebanyak 114,75 juta senilai USD 6,2 miliar pada 9 Mei 2024.

Saat ini, kapitalisasi pasarnya turun sekitar USD 4 miliar atau sekitar Rp 61,81 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.452) menjadi sekitar USD 2,1 miliar, penurunan tajam yang telah menyingkirkan Donald Trump dari indeks miliarder Bloomberg yang berisi 500 orang terkaya di dunia.

Koreksi saham ini memperkuat kekhawatiran yang dikemukakan oleh sejumlah ahli yang telah berulang kali memperingatkan harga Trump Media yang tidak masuk akal. Perusahaan itu merugi, hasilkan pendapatan dan Truth Social tetap menjadi pemain yang relatif kecil di media sosial.

“Jika ini bukan Trump, saham ini akan diperdagangkan pada harga USD 1,” ujar CEO Tuttle Capital Management, Matthew Tuttle seperti dikutip dari CNN.

Pada April 2024, miliarder Barry Diller menuturkan, pelaku pasar yang beli saham Trump Media tidak bijak. Pada Juni 2024, salah satu pendiri Linkedln Reid Hoffman menuturkan, Trump Media dinilai sangat tidak normal. Baik Diller dan Hoffman merupakan donator besar dari Partai Demokrat.

Di luar fundamental Trump Media yang lemah, analis menuturkan kemungkinan ada faktor lain di balik harga saham perusahaan yang menyusut.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Koreksi Saham Trump Media

Ekspresi Donald Trump Jalani Sidang Dakwaan di Pengadilan Manhattan
Ekspresi mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat menjalani sidang dakwaan di Pengadilan Manhattan, New York, Amerika Serikat, Selasa (4/4/2023). Trump menjadi mantan orang nomor satu Amerika Serikat pertama yang menghadapi tuntutan pidana. (Curtis Means/Pool Photo via AP)

Tuttle berpendapat fakta Wakil Presiden AS Kamala Harris bersaing ketat dengan Donald Trump dalam beberapa jajak pendapat merupakan katalis utama.

Memang Trump Media telah kehilangan sekitar setengah dari nilai pasarnya sejak Presiden Joe Biden mengundurkan diri dan mendukung Kamala Harris pada 21 Juli 2024.

"Saham ini sepenuhnya merupakan permainan Trump-terpilih,” ujar Tuttle.

"Jika Trump menang, ini bisa menjadi perusahaan yang layak. Namun, jika ia kalah, saya tidak tahu bagaimana ini bisa terus berlanjut,” ia menambahkan.

Trump Media tidak menanggapi permintaan komentar CNN.

Adapun Trump Media masih memiliki lebih dari USD 300 juta dalam bentuk uang tunai dan setaranya, kekuatan keuangan yang dapat dipakai untuk akuisisi dan mendanai operasinya.

Meskipun Trump Media hanya menghasilkan pendapatan USD 837.000 atau sekitar Rp 12,93 miliar (asumsi kurs rupiah 15.456 per dolar AS) pada kuartal terakhir, perusahaan itu membangun bisnis streaming yang melayni kaum konservatif.

 

 


Bakal Dipengaruhi Sentimen Debat

Dengan Telinga Diperban, Donald Trump Hadiri Konvensi Nasional Partai Republik 2024
Donald Trump resmi memenangkan nominasi sebagai calon presiden dari Partai Republik dan memilih seorang loyalis sayap kanan sebagai calon wakil presiden. (Brendan SMIALOWSKI/AFP)

Pada Agustus, Trump Media meluncurkan Truth+, platform streaming TV di Ios, Android, dan Truth Social versi web.

Hal lain yang menyelimuti Trump Media adalah berakhirnya periode penguncian yang mencegah Trump dan orang dalam lainnya yang menjual saham.

Pembatasan itu akan segera berakhir pada 20 September, menurut pengajuan. Itu akan membebaskan orang dalam untuk menjual saham jika mereka menginginkannya.

Namun, ahli menuturkan akan sangat sulit bagi Donald Trump, pemegang saham mayoritas perusahaan untuk menjual semua atau bahkan sebagian besar sahamnya tanpa bebani saham.

Ada kemungkinan peruntungan saham Trump Media akan berubah, terutama dengan debat antara Donald Trump dan Kamala Harris pada Selasa.

Namun, Tuttle memperingatkan investor ritel bahkan penggemar Trump untuk berhati-hati dengan saham dan memperhatikan fundamentalnya.

“Saya sangat percaya Anda harus memisahkan politik dan keuntungan. Jika Anda memegang ini dengan sepenuh hati karena Anda penggemar Trump, itu bodoh. Anda berinvestasi untuk hasilkan uang,” ujar Tuttle.


Fantastis, Donald Trump Dapat Saham Trump Media Rp 20,2 Triliun

Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Sebelumnya, Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan akan menerima tambahan 36 juta saham Trump Media sebagai bonus penghasilan, senilai lebih dari USD 1,25 miliar atau setara Rp. 20,2 triliun.

Melansir CNBC International, Selasa (23/4/2024) 36 juta saham tambahan yang tampaknya akan diperoleh Trump akan ditambahkan ke 78,75 juta saham yang sudah dimilikinya, sebagai pemegang saham mayoritas Trump Media.

Ketika keuntungan saham ditambahkan ke sahamnya yang ada, total saham Trump di Trump Media akan bernilai lebih dari USD 4 miliar atau Rp. 64,8 triliun, dengan harga USD 35 per saham.

Trump Media memiliki wewenang untuk menerbitkan total 40 juta saham, sebagai bagian dari kesepakatan merger yang menggabungkannya dengan perusahaan cangkang publik, Digital World Acquisition Corp.

"Dengan asumsi penerbitan penuh Earnout Shares, Presiden Donald J. Trump akan menerima 36.000.000 saham penGhasilan," kata perusahaan itu dalam keterangan pengajuan sekuritas.

Pengajuan tersebut menunjukkan bahwa sebagian sisa saham akan diberikan kepada pejabat eksekutif Trump Media sebagai bagian dari rencana insentif.

Saham Trump Media

Saham Trump Media (DJT) menutup perdagangan hari Senin pada USD 35,50 per saham, turun 2,42%, dan sekitar setengah dari harga saham DJT yang mulai diperdagangkan publik pada akhir Maret 2024.

Namun, harga penutupan ini masih dua kali lipat dari harga saham minimum acuan sebesar USD 17,50 yang harus dicapai Trump Media pada penutupan perdagangan hari ini, agar Trump memenuhi syarat untuk mendapatkan tambahan saham tersebut.

Perusahaan dengan nama lengkap Trump Media & Technology Group Corp itu memulai perdagangan publik pada 26 Maret 2024, dengan harga pembukaan USD 70,90 per saham.

Harga tersebut melonjak hingga hampir USD 80 pada hari itu, yang secara singkat memberi perusahaan kapitalisasi pasar lebih dari USD 9 miliar.

Namun sejak itu, harga saham Trump Media anjlok. Pada penutupan perdagangan tanggal 15 April, harga saham telah turun hampir 68% dari harga pembukaannya.

 

 

Infografis Latar Belakang Kasus yang Jerat Donald Trump. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Latar Belakang Kasus yang Jerat Donald Trump. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya