Amfibi dan Reptil Hutan Hidup di Areal Kampus Universitas Jember, Pertanda Apa?

Mereka menemukan katak kecil, kadal serasah, dan ular hijau viper yang berbisa yang biasanya ditemukan di hutan kini hidup di Kampus Unej.

oleh Liputan Enam diperbarui 12 Jan 2020, 22:00 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2020, 22:00 WIB
Untuk Kekebalan dan Anti Racun, Pria Ini Suntikkan Bisa Ular Viper ke Tubuhnya
Seekor ular viper palem milik Steve Ludwin yang berada di apartemennya di Kennington, London, Kamis (9/11). Steve Ludwin menyuntikkan bisa ular viper tersebut ke tubuhnya untuk kekebalan tubuh dan sebagai anti-racun. (AFP Photo/Niklas Halle'n)

Liputan6.com, Surabaya Peneliti dari Universitas Jember (Unej) Agung Kurnianto bersama dengan peneliti dari Virgina Tech Deirdre Conroy menemukan amfibi dan reptil hutan hidup di areal kampus. Mereka menemukan katak kecil, kadal serasah, dan ular hijau viper yang berbisa yang biasanya ditemukan di hutan kini hidup di Kampus Unej.

Penemuan ini menggembirakan karena menunjukkan keanekaragaman hayati di Unej. Selain itu, temuan ini juga menunjukkan keberhasilan Unej dalam menjaga kelestarian wilayahnya sebab amfibi dan reptil hutan bukan hewan yang mampu bermigrasi dan hanya mendiami satu daerah tertentu sepanjang hidupnya.

“Jika sebuah daerah kondisi alamnya rusak maka amfibi dan reptil yang paling rentan punah mengingat mereka tidak bisa pindah ke daerah lain, berbeda dengan burung yang bisa berimigrasi, salah satu contohnya penemuan kadal serasah yang jarang ditemukan di daerah lain,” ujar Agung seperti yang dikutip dari Antara, Sabtu (11/1/2020).

Ia memaparkan penemuan katak kecil (Occidozyga sumatrana) berukuran satu sentimeter juga menandakan kondisi air di areal kampus Universitas Jember baik. Sebab, hewan amfibi seperti katak hidupnya sangat tergantung pada air karena sebagian besar daur hidup dan proses reproduksinya ada di air.

Apabila kondisi air di sebuah daerah tercemar, hewan amfibi adalah yang pertama kali merasakan dampaknya. Terlebih, untuk katak kecil yang kulitnya sensitif terhadap perubahan air.

Agung juga menilai penemuan ular hijau viper sepanjang 70 sentimeter dengan diameter sekitar tujuh sentimeter adalah hal istimewa karena ukuran ular viper relatif besar ketimbang ular sejenisnya. Selain ular viper, di areal yang sama juga ditemukan ular kobra jawa, weling, dan sanca batik.

Ia berpendapat, masyarakat tidak perlu khawatir ular masuk ke ruangan untuk mencari makanan.

"Beragam jenis ular bisa hidup (di areal Universitas Jember) karena makanannya berlimpah, seperti katak, kadal, dan beberapa jenis cicak, sehingga ular tersebut bisa tumbuh dengan maksimal," tuturnya.

 

 

Observasi Herpetofauna

Tim peneliti melakukan observasi herpetofauna saat menemukan reptil dan amfibi hutan ini. Herpetofauna adalah observasi terhadap hewan amfibi dan reptil yang biasanya dilakukan pada malam hari ketika hewan amfibi dan reptil aktif.

Deridre Conroy mengapresiasi lingkungan alam Unje yang ditumbuhi banyak pohon. Ia berharap lingkungan ini terus dijaga supaya lestari.

Menurut Deridre, keberadaan Unej menjadi penting, terutama ketika pelestarian lingkungan kerap berhadapan dengan masalah pemenuhan kebutuhan manusia.

“Habitat flora dan fauna yang ada harus tetap dilindungi,” ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya