Liputan6.com, Jakarta - Beredar rekaman suara seorang anak dari pemilik Indonesia Motor Situbondo, Jawa Timur yang menceritakan kronologi meninggalnya sang ayah karena terpapar COVID-19 pada 9 September 2020.
Rekaman dengan durasi sekitar 10 menit 24 detik tersebut dibuat oleh Iwan Soetikno, anak dari pemilik Indonesia Motor Situbondo Hadi Soetikno.
Lewat rekaman yang beredar di aplikasi percakapan tersebut, Iwan memberikan pesan kepada masyarakat terutama anak muda untuk waspada dan peduli terhadap bahayanya COVID-19 terutama kepada orangtua lanjut usia yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta. Hal ini mengingat siapa saja terutama anak muda bisa menjadi carrier atau pembawa virus yang dapat menularkan kepada orang lain termasuk orangtua.
Advertisement
Saat dikonfirmasi mengenai rekaman tersebut, Iwan membenarkan rekaman suara tersebut. Iwan membuat rekaman berisi pesan mengenai COVID-19 pada 13 September 2020. Rekaman itu dibuat setelah pemakaman sang ayah. "Iya benar," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Senin (21/9/2020).
Baca Juga
Iwan menuturkan, dirinya berinisiatif membuat rekaman suara lantaran melihat anak muda terutama remaja kelihatan santai dan menganggap kuat hadapi COVID-19. Padahal seseorang terutama anak muda dapat menjadi carrier atau pembawa virus dan menularkan kepada orang lain. Iwan berinisiatif membuat dua rekaman yang berisi kronologi sang ayah dan adik terpapar COVID-19, serta pesan kepada anak muda di gerejanya mengenai gejala awal COVID-19 dan mematuhi protokol kesehatan.
Ia ingin lewat rekaman suara tersebut masyarakat terutama anak muda mawas diri karena dapat menjadi orang tanpa gejala (OTG) yang bisa menularkan ke orangtua. Hal tersebut yang berbahaya.
Iwan seorang guru di gereja lokal. Di gereja tersebut memiliki perkumpulan anak muda dan persekutuan doa. Ketika ia membagikan rekaman tersebut, ada orangtua yang terberkati sehingga meminta izin untuk membagikan rekaman tersebut. Ia pun mengizinkannya untuk kebaikan karena mengingatkan mengenai COVID-19 terutama untuk kalangan muda.
"Di gereja ada youth atau perkumpulan anak muda, orangtua ada terberkati sehingga share. Buat kebaikan dishare,” ujar dia.
Iwan menuturkan, lewat rekaman itu, ia berpesan kalau mau selamat ikuti protokol kesehatan.Protokol kesehatan itu mulai dari memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun serta pola hidup bersih dan sehat. Hal tersebut untuk mencegah penularan COVID-19.
Berikut pesan dari Iwan yang dikutip dari rekaman tersebut:
"Saya mau katakan COVID akan jadi sangat mengerikan ketika menjangkiti orang yang lanjut usia dengan penyakit bawaan benar-benar tidak ada ampun, jadi pesan saya yuk, jaga keluarga kita, jaga semua anggota keluarga kita jangan sampai malah kita yang OTG berikan virus kepada orang lain.
Karena kita yang masih muda ini bisa saja muda, carrier pembawa virus. Jaga dengan memakai masker, cuci tangan, hubungan dengan orang luar, dan minum vitamin setiap hari," ujar dia.
Jalani Isolasi Mandiri
Iwan menuturkan, saat ini ia bersama keluarganya menjalani isolasi mandiri setelah sang ayah terpapar COVID-19. Iwan menceritakan, dinas kesehatan, satgas dan polres segera melakukan tracing atau pelacakan, kemudian testing sekitar 10 September 2020.
Iwan menuturkan, tes COVID-19 dilakukan terutama kepada kontak erat dengan sang ayah. Dari tracing ada 21 orang yang didapatkan, tetapi tujuh orang kontak erat dan dilakukan tes.
"Yang intensif berhubungan dengan ayah ada tujuh orang, ibu, saya, teman papa, bibi, dokter, dan pembantu dua,” kata dia.
Iwan mengatakan, pihak satgas pun memantau kondisi keluarganya ketika menjalani isolasi mandiri. Kebutuhannya pun dibantu oleh berbagai pihak selama isolasi. "Ini masih dua hari lagi," kata dia.
Advertisement
Sang Adik Alami Gejala COVID-19 Tidak Bisa Cium Bau
Selain sang ayah terpapar COVID-19, adik Iwan yaitu Yudhi juga terinfeksi COVID-19. Saat itu, sang adik alami gejala demam dan tidak bisa mencium bau. Sang adik berinisiatif ke dokter untuk memeriksa kondisinya.
Iwan menuturkan, gejala awal COVID-19 yang perlu diwaspadai yaitu tidak bisa mencium bau. Saat itu, adiknya tidak bisa cium alkohol dan minyak kayu putih.
"Ketika itu dia langsung datang inisiatif ke dokter chrisnanda. Langsung bilang ini ciri-ciri COVID-19. Sebelum ngomong ke dokter, ngomong ke mama, dan mama bilang demam biasa. Ternyata inisiatif ke dokter, kata dokter itu 85 persen mutlak ciri-ciri COVID-19. Ternyata rapid tes negatif, yo wiss tidak terlalu banyak berpikir selang satu hari Yudhi kemudian kondisi badan sudah mulai enak, kondisi demam sudah mulai hilang, tapi masih tidak bisa cium aroma," ujar dia.
Sang Ayah Meninggal karena Terpapar COVID-19
Iwan pun menceritakan kondisi sang ayah Hadi Soetikno (70) yang terpapar COVID-19. Sang ayah juga memiliki penyakit penyerta diabetes, ginjal dan jantung. Sebelum meninggal sang ayah dirawat di rumah sakit pada 7-9 September 2020. Sang ayah merasakan gejala awal demam pada 2 September 2020.
Berikut kutipan yang dikutip dari rekaman suara:
"Rabu minggu lalu tanggal 2, papa saya hadi soetikno alami greges. Kemudian tanggal 3 Kamis pagi, papa sudah tidak niat makan, ini kita call dokter chris untuk lakukan infus, papa minta di rumah, tidak di rumah sakit. Tapi kami sarankan sejak awal ke rumah sakit, tanggal 4 hari Jumat, malam hari sudah dua hari diinfus, papa belum ada perubahan, ketika belum ada perubahan dokter chris sarankan segera lakukan swab. Karena kita tinggal di daerah harus ke Jember, pagi hari kita mulai curiga kok papa tidak bisa jalan, jalan limbung, jalan berat, setelah swab bawa pulang karena tidak bisa tunggu 1-2 hari, ketika papa pulang minta satu hari lakukan infus, diinfus, Minggu malam tidak alami perubahan selama empat hari," ujar dia.
Iwan menuturkan, sang ayah sempat merasakan tidak enak makan. Selain itu, sang ayah tidak demam tinggi. Kondisi paru-paru sang ayah masih baik pada 3 September 2020. Namun, ada perubahan kondisi paru-paru sang ayah pada 7 September 2020. Ia pun berdoa untuk kondisi sang ayah dan berserah kepada Tuhan.
"Papa alami tidak enak makan sudah enggak kuat. Demam tidak 38 dan 37. COVID sekarang ini tidak serang demam tinggi. Cuma kelihatan seperti semua orang serba perut.Tidak bisa makan, infeksi lambung, begitu gejalanya. Begitu hari Senin, tanggal 7 bawa papa ke RS tepatnya di RS umum. Di rumah sakit umum dilakukan foto thoraks, tanggal 3 foto thoraks paru-paru papa cepat perubahan artinya dari bersih ke kotor. Tanggal 3 masih bersih semua, tanggal 7 sudah kotor, dokter di UGD bilang kondisi masih aman, masih oranye masih aman, tidak mengancam nyawa. Kita percaya dokter, berdoa tolong dokter dan obat-obatan. Waktu di RS alat bantu oksigen sampai jam 4 sore masih bisa omong dengan enak dan baik, disarankan masuk ruang isolasi di ruang tulip, isolasi sendiri karena tidak mengancam nyawa," kata dia.
Namun, kondisi sang ayah menurun. Sang ayah mulai sesak nafas. Kemudian sang ayah tes COVID-19 dengan metode swab untuk kedua kalinya. Di sisi lain hasil tes swab pertama juga belum keluar. Namun, akhirnya dua tes COVID-19 dengan metode swab dinyatakan positif COVID-19.
"Tetapi setelah obat dimasukkin jam 6, jam 9 tes semuanya, begitu jam 12 malam, obat-obat masukkan ke infuse, papa mulai tidak enak, sesak nafas, mulai sesak nafas, kondisinya gelisah, saya coba untuk tanya perawat dan lain sebagainya, mereka bilang tunggu dokter datang pagi-pagi. Kita berharap terbaik ketika malam sesak nafas mulai berat, terus sampai jam 9 pagi, yah kondisi tetap seperti itu, artinya oksigen dalam darah papa masih kurang, drop sekali panggil dokter setelah itu di swab dulu kedua lagi, karena lab dari Jember Prahita belum keluar, tetapi punya adik saya keluar lebih dulu posisinya positif COVID. Anggap saja positif COVID ternyata jam 11 siang dinyatakan positif COVID dengan swab dua kali bertepatan Prahita. Di Jember miss mundur baru dua hari kasih kabar, dua swab positif," ujar dia.
Iwan menuturkan, sang ayah dirawat dengan ventilator dan kondisi stabil. Akan tetapi kondisi sang ayah tidak kuat, dan alami kritis pada 8 September 2020. Sang ayah alami koma.
"Di Asoka, peralatan yang ada ventilator segala macam obat akhirnya tubuh tidak kuat, dokter mengatakan lebih baik di bius total waktu di bius total seketika waktu kritis tanggal 8. Dalam kondisi koma, kita pantau, tunggu kondisinya masih stabil dengan semua obat yang ada, peralatan yang ada di RS umum, RS Budiman berikan pelayanan terbaik dan timnya. Saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, mereka melakukan pekerjaan terbaik dengan cekatan. Pada malam hari, kondisi papa stabil meski dengan obat-obat tapi masih koma, kondisi masih bagus, stabil berharap akan ada perubahan,” ujar dia.
Sang ayah pun kondisinya turun drastis. Segala upaya dilakukan tetapi kondisi sang ayah tidak kuat. Iwan menuturkan, sang ayah meninggal pada 9 September 2020 pukul 16.30 WIB.
"Jam 1 siang ada kabar WA dari Asoka, kondisi papa menurun, dengan obat-obat yang ada, dengan dosis yang ada, peralatan yang ada dan berfungsi baik bisa naik jam 1 siang drop tensi dan detak jantung menurun, 1 menit detak jantung 200 benar-benar kacau terjadi kritis itu, dan tanggal 9 jam 2 siang, kita dapat kabar kondisi menurun bukan perlahan tapi drastis cepat sekali. Jam 16.30, papa saya menghembuskan nafas terakhir, dengan obat dan peralatan yang nancap, kata dokter tanggal 8 kritis tidak merasakan sakit apapun. Hembuskan nafas terakhir dalam kondisi kritis," ia menambahkan.
Advertisement