Ketum PP Muhammadiyah: Minimalisasi Kerusakan Lingkungan Perlu Pendekatan Teologis

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan dampak kerusakan lingkungan membuat bencana alam semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Cuaca ekstrem, banjir bandang, kebakaran hutan, hingga polusi udara, menjadi fenomena sehari-hari.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Agu 2023, 19:22 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2023, 19:19 WIB
Haedar Nasir saat membuka rakernas Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (18/8/2023). (Istimewa)
Haedar Nasir saat membuka rakernas Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (18/8/2023). (Istimewa)

 

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan dampak kerusakan lingkungan membuat bencana alam semakin sering terjadi di berbagai belahan dunia. Cuaca ekstrem, banjir bandang, kebakaran hutan, hingga polusi udara, menjadi fenomena sehari-hari.

Ia memandang pentingnya pendekatan teologis untuk mencegah dan meminimalisir kerusakan lingkungan. Sebab, kerusakan yang terjadi akibat dari ketamakan manusia dalam mengeksploitasi alam.

"Problem-problem ini bermula dari relasi yang buruk antara manusia dengan lingkungan," katanya saat rakernas Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (18/8/2023).

Guru Besar Ilmu Sosiologi ini menjelaskan saat ini manusia hidup di era antroposen, di mana perilaku dan cara berpikir manusia mempengaruhi lingkungan hidup.

"Sehingga ketika ada banyak kerusakan, kembali pada seberapa jauh kita berkontribusi pada hancurnya ekosistem dan perubahan iklim yang nanti justru akan berbalik pada manusia sendiri baik lahir maupun fisik," kata Haedar Nasir.

Meluasnya penemuan ilmu pengetahuan, teknologi dan modernisasi, kata Haedar, ikut bertanggung jawab pada kerusakan lingkungan. Kemampuan manusia menemukan seluk beluk alam semesta menjadikan dominasi terhadap bumi, bahkan melakukan eksploitasi besar-besaran. Relasi manusia yang dulu saling terkait dengan alam juga semakin berjarak.

Secara kosmologis, menurutnya, modernisasi bahkan merusak kearifan lokal dari kelompok tradisional yang selama ini merawat alam dan lingkungan hidup. Hasrat manusia yang tak terpuaskan juga ikut dieksploitasi oleh kapitalisme yang digerakkan oleh segelintir manusia yang secara terbatas memiliki perangkat ilmu dan alat.

"Nah kapitalisme itu kemudian bertumbuh kembang dalam kosmologi yang lebih fungsional, maka lahirlah pragmatisme, dan lain-lain yang menjadikan sumber daya alam bisa kita eksploitasi sebanyak-banyaknya. Itulah era fungsional, hanya berpikir kegunaan dan keuntungan," katanya.

Haedar Nashir Dorong MLH Memiliki Gerakan Tersistem

Sebagai gerakan Islam, Haedar Nashir mendorong MLH untuk memiliki gerakan yang lebih tersistem. Penekanan pada kesadaran aspek teologis, potensial untuk menjadi solusi dari antroposen dan kapitalisme yang menjadi sebab kerusakan lingkungan.

Sementara itu, Ketua MLH PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung, menyebut bahwa Rakernas dilaksanakan karena keprihatinan Muhammadiyah atas segala kerusakan seta dampak yang ditimbulkan.

Langkah-langkah afirmatif akan dilaksanakan pasca Rakernas, seperti mendorong kurikulum di sekolah Muhammadiyah tentang pengelolaan sampah terpadu, pemanfaatan teknologi ramah lingkungan, hingga pelibatan Aisyiyah di masyakat soal mitigasi bencana.

"Selama dua hari ini akan kita rundingkan, rekomendasi apa saja yang harus kita sepakati, agar bisa bersinergi dengan berbagai mitra dalam mengatasi dan memitigasi krisis lingkungan hidup ini," katanya.

Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan
Infografis Menerapkan Gaya Hidup Ramah Lingkungan. (Liputan6.com/Triiyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya