Teknologi Perang Dunia II Dipakai untuk Kecoh Pembobol Kartu ATM

Inovasi ini merupakan yang terbesar sejak diperkenalkannya chip dan PIN pada 2004

oleh Iskandar diperbarui 27 Des 2016, 07:31 WIB
Diterbitkan 27 Des 2016, 07:31 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Teknologi cipher (skema penyandian) Perang Dunia II yang ditopang prosesor kecil dimanfaatkan untuk mengembangkan kartu bank ultra-aman generasi berikutnya.

Konsep di balik desain mesin coding militer Nazi, seperti Enigma akan digunakan untuk menggantikan tiga digit nomor keamanan CVV, yang saat ini ditemukan di bagian belakang kartu kredit dan kartu debit/ATM.

Sebaliknya, kartu akan mencakup sebuah perangkat yang bisa menghasilkan sejumlah nomor yang sering berubah untuk megelabui penipu. Inovasi ini merupakan yang terbesar sejak diperkenalkannya chip dan PIN pada 2004.

Sang penemu, David Taylor dan George French telah mematenkan teknologi tersebut, yang mana akan diadopsi oleh perusahaan perbankan dan jasa keuangan Barclays.

Mengutip laman Telegraph, Selasa (27/12/2016), komunikasi Perang Dunia Kedua yang terenkripsi bekerja dengan cipher yang selalu berubah.

bacajuga:Baca Juga](2684482 2685291 2684638)

Nantinya, nasabah Barclays dapat men-tap PIN mereka ke keypad yang dipasang pada kartu untuk menciptakan berbagai cipher keamanan. Kode akan dihasilkan pada rentang waktu tertentu dan muncul di samping strip tanda tangan.

Nomor CVV statis dianggap memiliki fitur keamanan yang lemah, termasuk teknologi baru seperti pembaca kartu PIN-entry, smart card serta chip pembayaran contactless, baik melalui WiFi atau Bluetooth.

Profesor Alan Woodward, seorang ahli keamanan siber dari Universitas Surrey mengatakan, "Barclays mencoba untuk memiliki teknologi yang bisa menampilkan beberapa kode berbeda untuk situasi yang berbeda. Sistem ini belum banyak diketahui dunia kriminal."

Untuk diketahui, kasus penipuan perbankan telah menjerat 20.255 korban dengan kerugian sekitar 755 juta poundsterling pada tahun lalu.

Hacker umumnya menargetkan kode CVV dengan cara yang disebut 'distributed guessing attacks' dengan menebak kode di lebih dari 1.000 websites hanya dalam satu atau dua detik.

Bukan itu saja, sistem tiga digit pada CVV juga rentan jika seorang pedagang menyimpan nomor setelah menerima pembayaran.

(Isk/Cas)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya