Liputan6.com, Jakarta - Maraknya penggunaan robot berbasis kecerdasan buatan (Artficial Intelligence, AI) untuk memudahkan aktivitas sehari-hari atau pekerjaan rupanya menimbulkan ketakutan tersendiri. Jika segala macam hal dapat diselesaikan denganr robot, bagaimana nasib manusia?
Demi meredam kekhawatiran itu, Google membentuk sebuah tim bernama DeepMind and Society yang bertujuan mencegah hilangnya peran manusia dengan keberadaan robot.
Advertisement
Baca Juga
Kepala tim, Verity Harding mengakui bahwa kemajuan teknologi tak dapat menjamin kemajuan sosial. "Dampak perkembangan teknologi dirasakan masyarakat dan bukan sesuatu yang bisa dibiarkan," ujarnya seperti dilansir The Sun, Sabtu (7/10/2017).
Kekhawatiran di atas bermula dari kecerdasan buatan yang dikembangkan Google untuk DeepMind, perusahaan asal Britania Raya. Kemudian, kecerdasan buatan bernama AlphaGo ini diadu dengan Lee Se-dol, seorang grandmaster gim Go.
Hasilnya, dari lima kali pertandingan, AlphaGo menang dengan skor 4-1. Sebagai informasi, Go atau yang lebih dikenal dengan Othello adalah salah satu permainan tersulit di dunia.
Kesukesan AlphaGo diapresiasi banyak orang, tetapi ada juga yang mengkritiknya. Pasalnya, komputer mulai menunjukkan bias ras, gender, dan seksualitas. Hal ini bisa memperkuat stereotip berbahaya.
Tidak hanya mengambil alih pekerjaan manusia, bukan tidak mungkin kecerdasan buatan menjadi lepas kendali hingga menyakiti manusia secara fisik.
(Theofilus Ifan Sucipto/Cas)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: