Pertempuran Bos Facebook yang Tiada Akhir

Zuckerberg berpendapat masalah keamanan data merupakan hal yang tak pernah usai untuk dilakukan dan diperbaiki.

oleh Bawono Yadika diperbarui 06 Apr 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2018, 19:00 WIB
Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Eric Risberg, File)(AP Photo/Ben Margot)

Liputan6.com, Jakarta Pendiri Facebook Mark Zuckerberg menyebutkan perusahaanya tidak mungkin benar-benar melindungi platform-nya dari serangan yang tak terduga maupun pencurian data.

Ia berpendapat, perbaikan merupakan proses yang selalu dilakukan. "Sudah sangat jelas kami tidak cukup fokus untuk mencegah hal ini semua. Kami tidak melihat hal ini sebagai tanggung jawab kami dan ini merupakan kesalahan besar. Ini salah saya," ujarnya. Demikian yang dikutip dari CNN, Rabu (04/4/2018).

Panggilan tersebut datang beberapa jam usai anggota parlemen mengumumkan Zuckerberg akan bersaksi di depan Komite Energi dan Perdagangan DPR minggu depan.

Ini juga tak lama setelah Facebook mengumumkan Cambridge Analytica, sebuah perusahaan data yang memiliki hubungan dengan kampanye Presiden Trump dicurigai memiliki 87 data juta orang pengguna Facebook.

Zuckerberg menilai angka tersebut sebagai 'jumlah maksimum orang yang dapat kami hitung' yang datanya mungkin telah diakses. Ia mengatakan data itu jumlahnya tidak bisa lebih tinggi namun bisa saja lebih rendah.

"Kami menerima banyak pertanyaan penting. Pertama soal apakah kita bisa mengendalikan sistem dan dapat membuat orang tetap aman menggunakan Facebook. Kemudian apakah kita bisa memastikan sistem tidak digunakan untuk merusak demokrasi."

Zuckerberg berpendapat, perang melawan aktor dibalik pencurian data ini merupakan upaya berkesinambungan yang digalakkan Facebook.

"Ini akan menjadi pertarungan yang tak pernah berakhir. Kamu tidak akan pernah benar-benar menjadi solusi dalam keamanan data," ungkapnya.

Peraturan baru

Ilustrasi Facebook (iStockPhoto)

Melihat hal ini, Facebook akan mematuhi peraturan Eropa baru yakni Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) yang bertujuan memudahkan pengguna FB di Eropa untuk keluar dari data mereka di FB dan situs pihak ketiga.

"Saya pikir peraturan seperti GDPR sangatlah positif. Kami bermaksud untuk membuat semua kontrol yang sama untuk tersedia dimana-mana, tak hanya di Eropa saja," tuturnya.

Zuckerberg mengklaim, data yang dibagikan pengguna merupakan data yang mereka pilih untuk dibagikan. Namun Facebook melacak individu di situs pihak ketiga.

Ia beranggapan, perusahaan dapat menjelaskan apa yang dilakukanya pada pengguna. "Ada banyak kesalahpahaman pada apa yang telah kita kerjakan di Facebook," pungkasnya.

Dalam beberapa minggu terakhir, Facebook telah mengubah kebijakan dengan membatasi akses pada pengembang mereka dan beberapa larangan tertentu.

Meskipun begitu, Zuckerberg mengungkapkan Facebook belum merasakan penurunan pendapatan yang signifikan terkait skandal ini.

"Meskipun begitu, hal ini tetap saja sangat tidak mengenakan. Orang-orang mulai mempertanyakan kepercayaan mereka pada kami dan tentu masih banyak perbaikan yang kami perlu lakukan untuk atasi ini," tandas dia.

Dalam posting blog Rabu, pejabat teknologi kepala Facebook mengumumkan batasan untuk akses pengembang dan pembatasan baru terkait fitur pemulihan akun yang dapat memungkinkan aktor jahat untuk mengikis data pengguna.

Reporter: Bawono Yadika

(Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya