Liputan6.com, Beijing - Media sosial Weibo yang populer di Tiongkok membatalkan rencana mereka untuk membersihkan konten gay karena diprotes publik.
Pada Jumat (13/4/2018) publik Tiongkok ramai-ramai mengecam langkah Weibo untuk membersihkan konten homoseksual, mulai dari gambar, komentar, sampai topiknya pun ikutan dicekal.
Advertisement
Baca Juga
Tantangan Dada Membentuk Hati di Weibo Picu Kontroversi
- Mesra Banget, 8 Pasang Selebriti LGBT Ini Putuskan Menikah
- 5 Artis Korea yang Terang-terangan Berikan Dukungan pada LGBT
Selain itu, Weibo juga dikecam akibat dituding melakukan generalisasi antara konten gay dan pornografi.
Tanpa disangka, langkah Weibo justru membuat puluhan ribu LGBT mengakui identitas mereka sebagai gay sambil pamer pasangan lewat tagar #IAMGAY, lengkap dengan emoji pelangi.
Meski protes mereka selalu dihapus oleh Weibo, ternyata kalangan LGBT berhasil menang dan membuat Weibo membatalkan aturannya. Akibatnya, hanya dalam tiga hari saja pencekalan konten gay dibatalkan.
"Kami tidak lagi menarget konten gay," tulis pihak admin Weibo pada Senin (16/4/2018).
Kalangan aktivis menyebutkan hal ini timbul karena pemerintah komunis Tiongkok terlalu menyensor internet.
"Masalah terbesar adalah budaya sensor yang ketat. Media sosial dulunya adalah ruang terbuka, tapi tahun lalu banyak yang mulai berubah," ujar Xiao Tie, kepala Pusat LGBT Beijing, seperti dikutip Reuters, Selasa (17/4/2018).
Sampai saat ini belum jelas apakah inisiatif mencekal konten gay adalah berasal dari Weibo sendiri atau dari pihak pemerintah.
Pemerintah Komunis Selalu Anti-LGBT
Sebelumnya, ratusan orang turun ke jalan di Nanjing pada Sabtu (14/4/2018) karena protes kebijakan Weibo.
Kebetulan aksi itu sudah disetujui oleh pihak berwenang sebelum pencekalan konten gay dilakukan Weibo, sehingga para aktivis bisa sekalian melakukan protes ke Weibo.
Di Asia Timur, pemerintah komunis Tiongkok dan Korea Utara merupakan yang paling keras terhadap konten-konten LGBT.
Walaupun di Tiongkok menjadi gay tidak lagi digolongkan sebagai penyakit, tetapi publik masih belum mendapatkan pemahaman yang cukup.
Apa yang terjadi di dua negara komunis itu sangat berbeda dengan Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan yang sudah mulai berani berpikiran terbuka pada kalangan LGBT.
Advertisement
Ketatnya Sensor Internet di Tiongkok
Tiongkok memiliki kebijakan sensor internet yang ketat. Orang-orang yang tidak mau ikut peraturan bisa dijemput oleh pihak berwenang untuk dimintai keterangan.
Semua media sosial di Tiongkok pun dipantau oleh pemerintah. Apabila ada yang berani mendiskusikan topik-topik yang tidak diizinkan, pihak berwenang dapat dengan mudah menghapus komentar atau akun tersebut.
Maka, satu-satunya alternatif yang dapat dilakukan warganet Tiongkok adalah memakai kode ketika ingin membicarakan topik sensitif.
(Tom/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: