Liputan6.com, Jakarta - Pada April 2018, NASA bersama SpaceX dilaporkan telah menjalin kerja sama meluncurkan misi terbaru.
Dalam misi ini, dua badan antariksa tersebut berupaya untuk mencari planet lain yang dapat mendukung kehidupan.
Terkini, misi tersebut sudah memulai tahap awal pencarian. Satelit yang diberi nama Transiting Exoplanet Survey Satellite (TESS) ini diketahui sudah melakukan pengumpulan data yang dilakukan sejak 25 Juli.
Advertisement
Nantinya, TESS akan mulai mengirimkan data ke Bumi pada Agustus 2018. Setelah itu, hasil observasi baru akan dikirimkan setiap 13,5 hari setelah misi dimulai.
Baca Juga
"Saya sangat bersemangat pemburu planet kami sudah siap menyisir halaman belakang tata surya untuk mencari dunia baru," tutur direktur divisi astrofisika NASA Paul Hertz seperti dikutip dari Space.com, Selasa (31/7/2018).
Hertz menuturkan dirinya sangat optimistis dengan misi ini mengingat ada kemungkinan begitu banyak planet di alam semesta ini.
"Saya menantikan dunia aneh dan fantastis yang dapat kita temukan," tuturnya.
Sekadar informasi, TESS meluncur pada 18 Apil ke orbit Bumi dan menjalani sejumlah uji coba sebelum benar-benar siap digunakan.
TESS sendiri didesain untuk melanjutkan misi dari teleskop ikonik NASA, Kepler.
Cara kerja TESS mirip dengan Kepler, yakni mencari secercah cahaya dari planet yang mengitari sebuah bintang.
Namun, satelit ini akan mempelajari wilayah yang lebih luas selama dua tahun, berbeda dari Kepler yang hanya memantau sebagian kecil langit.
Selama misinya, TESS akan fokus pada 200 ribu bintang yang paling terang di langit. Instrumen yang ada di satelit ini, menurut NASA, diperkirakan dapat menemukan sekitar 1.600 exoplanet baru, termasuk yang berukuran mirip Bumi.
Jalin Kerja Sama dengan SpaceX
Dalam misi ini, NASA bekerja sama dengan SpaceX untuk mencari planet baru. Satelit ini ditugaskan untuk mencari keberadaan exoplanet atau planet lain yang mirip Bumi.
"Bagi saya, TESS merupakan kesempatan pertama untuk benar-benar membuat kemajuan dalam percobaan menemukan tanda-tanda kehidupan di dunia lain," tutur profesor astrofisika MIT Sara Seager.
TESS akan mengamati dan mengumpulkan lebih dari 200 ribu bintang di luar angkasa untuk mencari keberadaan planet lain. Satelit juga akan memindai sistem tata surya tetangga untuk mencari bintang-bintang yang juga berpotensi.
Pencarian eksoplanet baru tersebut diluncurkan melalui roket Falcon 9 milik SpaceX. Peluncuran dilakukan pada Senin, 16 April 2018 waktu Amerika Serikat melalui stasiun udara Cape Caneveral, Florida, Amerika Serikat.
NASA sendiri sebelumnya juga sudah meluncurkan misi serupa melalui teleskop luar angkasa Kepler yang diluncurkan pada 2009. Sekadar informasi, Kepler adalah teleskop luar angkasa yang digunakan untuk memantau dan mengetahui jumlah planet serupa Bumi.
Karena itu, TESS nantinya akan digunakan sebagai perpanjangan tangan dari teleskop Kepler. Menurut NASA, TESS akan langsung memantau dan memastikan apakah sebuah planet benar-benar memiliki potensi seperti Bumi, termasuk layak huni.
Advertisement
Aksi Teleskop Keppler
Untuk informasi, teleskop Kepler sendiri sudah beberapa kali menemukan planet yang diduga kuat mampu mendukung kehidupan layaknya Bumi.
Terbaru, NASA telah menemukan delapan planet yang mengitari sebuah bintang utama, mirip dengan tata surya. Dalam temuan kali ini, badan antariksa Amerika Serikat itu dibantu kecerdasan buatan Google.
Planet baru ini ditemukan berlokasi di sekitar Kepler-90, bintang mirip Matahari yang berjarak 2.500 tahun cahaya dari Bumi. Kepler-90 sendiri ditemukan pertama kali pada 2014.
Berbekal kecerdasan buatan, para astronom mampu membaca sinyal 'lemah' dari data hasil tangkapan teleskop Kepler yang sebelumnya diabaikan.
Sekadar informasi, para astronom biasanya memanfaatkan sinyal terkuat untuk dapat memproses sebuah temuan. Namun dengan bantuan kecerdasan buatan, kemampuan teleskop tersebut dapat lebih ditingkatkan.
Jadi, kecerdasan buatan mampu memilah informasi dari sinyal lemah yang diterima oleh teleskop. Informasi itu kemudian diolah dan para astronom berhasil menemukan planet baru.
Sayangnya, meski memiliki formasi yang serupa Bumi dengan Matahari, sistem ini dianggap tak mendukung kehidupan. Alasannya, Kepler-90 sebagai bintang utama berukuran 20 persen lebih besar dan 5 persen lebih hangat dari Matahari.
Tak hanya itu, posisi antara planet juga jauh lebih dekat ketimbang formasi planet dalam tata surya kita. Sebagai perbandingan, orbit seluruh sistem tersebut diperkirakan tak lebih dari jarak Bumi dan Bulan.
(Dam/Jek)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: