Bos Twitter Bikin Kesal Umat Hindu di India, Kenapa?

CEO Twitter, Jack Dorsey, membuat kesal umat Hindu dan sejumlah anggota kasta Brahmana karena diketahui berfoto dengan sebuah plakat bertuliskan "Smash Brahminical patriarchy" atau "Hancurkan Patriarki Brahamanisme".

oleh Andina Librianty diperbarui 21 Nov 2018, 18:05 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2018, 18:05 WIB
Twitter
Ilustrasi Twitter (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - CEO Twitter, Jack Dorsey, membuat kesal umat Hindu dan sejumlah anggota kasta Brahmana karena diketahui berfoto dengan sebuah plakat bertuliskan "Smash Brahminical patriarchy" atau "Hancurkan Patriarki Brahamanisme".

Tulisan tersebut dianggap telah menghina sistem kasta Hindu di India yang menempatkan Brahmana di posisi teratas.

Dilansir The Guardian, Rabu (21/11/2018), pihak Twitter telah menyampaikan permintaan maaf jika tulisan tersebut telah membuat kesal umat Hindu. Twitter ataupun Dorsey sama sekali tidak mendukung pesan soal tekanan terhadap sistem kasta Hindu.

"Saya sangat menyesal atas hal ini. Ini tidak mencerminkan pandangan kami. Kami mengambil foto pribadi dengan hadiah yang diberikan kepada kami, dan kami seharusnya lebih bijaksana. Twitter berusaha menjadi platform yang tidak memihak bagi semua orang. Kami gagal melakukannya di sini dan kami harus melakukannya lebih baik untuk melayani pelanggan kami di India," tulis pimpinan kebijakan dan legal Twitter, Vijaya Gadde, melalui akun Twitter resminya.

Di sisi lain, permintaan maaf Twitter justru disayangkan oleh sejumlah pihak. Twitter dinilai seharusnya berbicara terang-terangan menentang Brahmanisme, yakni keyakinan yang membagi manusia dalam empat kasta berbeda.

Dalam agama Hindu yang merupakan mayoritas di India, Brahmana merupakan kasta tertinggi.

"Pernyataan yang sangat mengecewakan dari Twitter. Brahmanisme dan patriarki bersifat menindas, jadi mengapa pandangan Twitter tidak mencerminkan memberikan ruang bagi suara yang terpinggirkan? Menyebut "tidak memihak", hanya sebuah cara menghindari upaya untuk mencegah usaha nyata membuat ruang ini setara," tulis Sandhya Ramesh di Twitter.

Kemunculan Foto

Twitter
Ilustrasi Twitter (iStockPhoto)

Foto Dorsey yang dipermasalahkan diambil pada pekan lalu saat bertemu dengan kelompok jurnalis, penulis, dan aktivis di New Delhi, India.

Pertemuan itu menjadi wadah bagi mereka membagikan pengalaman di website dan aplikasi terkait pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan.

Salah satu yang hadir di acara tersebut adalah seorang aktivis yang berkasta Dalit. Dalit adalah kasta terendah di India, yang tidak dimasukkan ke dalam empat tingkatan kasta yakni Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra.

Mereka juga kerap disebut "yang tidak tersentuh" atau untouchable, dan secara historis dilarang melakukan pekerjaan apapun, kecuali yang paling rendah.

Foto Dorsey yang memegang plakat tersebut tersebar di ranah internet, dan memicu kemarahan umat Hindu dan sejumlah anggota kasta Brahmana. Beberapa yang mengkritisi adalah jurnalis senior, pelaku bisnis, dan tokoh terkemuka Hindu di India.

"Mengejutkan! ada poster "smash Brahmanical" saat kunjungan CEO Twitter di India. Apakah ini demonologi Brahamana oleh asing #BreakingIndiaForces dapat diterima? apakah ini merupakan ujaran kebencian?," tulis peneliti dari India, Rajiv Malhotra.

Terlepas dari kritikan ini, India memiliki peran penting dalam perkembangan Twitter. Twitter memperkirakan memiliki sekira 34, 4 juta pengguna aktif bulanan di negara tersebut.

(Din/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya