Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 tak bisa dipungkiri berdampak pada banyak bisnis, industri kamera adalah salah satunya.
Hal ini telah dikonfirmasi oleh laporan terbaru CIPA (Camera and Imaging Products Association/Asosiasi Produk Kamera dan Pencitraan).
Baca Juga
CIPA telah merilis laporan terkait produksi dan pengiriman kamera dari Januari 2020 hingga Desember 2020. Laporan tersebut mencatat tren penurunan tahunan di pasar kamera yang merosot karena Covid-19.
Advertisement
Tahun lalu, kategori kamera mirrorless meningkat dibandingkan dengan DSLR dan kamera dengan fixed lenses. Angka penjualan secara keseluruhan rendah pada 2020, tetapi kamera mirrorless tetap stabil.
Namun, data CIPA menunjukkan penurunan volume sebesar 25,9 persen dan penurunan nilai sebesar 12,5 persen. Demikian sebagaimana dilansir India Today, Minggu (28/2/2021).
Pengiriman kamera compact turun 47 persen berdasarkan volume dan turun 41,3 persen berdasarkan nilai. Sementara kamera DSLR turun 47,3 persen berdasarkan volume dan turun 44,6 persen berdasarkan nilainya.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
#IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Pasar Kamera di China dan Indonesia
China adalah satu-satunya pasar yang tidak mengalami penurunan volume penjualan pada 2020. Faktanya, Canon melampaui proyeksi penjualan tahun ini berkat penjualan Canon EOS R5 dan Canon EOS R6.
Data CIPA juga menegaskan bahwa meskipun volume pengiriman turun, laporan keuangan Canon dan Nikon menunjukkan bahwa nilai unit yang dikirim tidak turun pada tingkat yang sama. Artinya, semakin sedikit kamera yang dijual, tetapi yang dijual mendatangkan pendapatan lebih tinggi.
Secara keseluruhan, kamera dengan fixed lenses memiliki volume 52,5 persen dan nilai 56,4 persen; volume DSLR 53,4 persen dan nilai 55,4 persen; volume mirrorless 75,9 persen dan nilai 86,2 persen.
Sementara di Indonesia, menurut Marketing Assistant Director Canon Business Unit PT Datascrip, Sintra Wong, aktivitas di sektor pariwisata yang menurun di tengah pandemi membuat kebutuhan akan kamera jadi menyusut.
Ia mengatakan permintaan pasar terhadap kamera selama Januari-September 2020 mengalami penurunan hingga sekitar 50 persen dibanding periode sama pada 2019.
Advertisement
Perlu Transformasi
Di kondisi yang tak menentu ini perlu adanya transformasi agar bisa bertahan. Salah satunya adalah strategi yang dilakukan pemilik toko kamera Jakarta Camera, Michael Winata Dharma.
Dengan membaca model bisnis ke depan, Michael mengambil keputusan untuk mengubah Jakarta Camera dari offline store menjadi online store secara total.
"Terutama di masa pandemi ini dengan meningkatnya minat belanja online memperbesar keyakinan atas strategi kami ini. Semua produk kami dengan mudah dapat diakses melalui media sosial Instagram dan juga website. Selain itu, kami juga hadir di beberapa e-commerce seperti Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee," ujar Michael.
Tak hanya itu, ia juga mengembangkan skema bisnis dengan model transaksi dropship sehingga semakin banyak seller yang bisa bergabung menjual produk miliknya dan mendapat benefit.
Ia menilai dunia fotografi sangat unik. Meski terus berevolusi dari analog ke digital, DSLR ke mirrorless, foto ke video, tetap saja para pecintanya seperti candu untuk membeli bodi dan lensa kamera berserta aksesoris lainnya yang bisa dibilang cukup menguras dompet.
"Nyatanya meski terbilang mahal, penjualan kamera dan atributnya tetap diminati oleh penggemarnya. Dari sinilah saya optimistis untuk semakin dalam di dunia bisnis fotografi," ucapnya menambahkan.
Tak hanya kamera untuk kebutuhan fotografi, Michael memungkapkan kamera keamanan CCTV juga diminati masyarakat untuk kebutuhan keamanan ekstra di tengah pandemi.
"Saat ini penjualan instalasi CCTV juga menjadi andalan lini bisnis Jakarta Camera dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan keamanan dan sudah menjadi standar setiap bangunan untuk memilik CCTV," pungkasnya.
(Isk/Why)