Liputan6.com, Jakarta - Telegram mendapatkan suntikan dana sebesar USD 150 juta atau setara Rp 2,1 triliun dari perusahaan pemodal Abu Dhabi Mubadala Investment Co dan Abu Dhabi Catalyst Partner.
Perusahaan pemodal ini mengatakan, mereka menginvestasikan dana tersebut secara bersama-sama pada aplikasi pesan Telegram.
Baca Juga
Mengutip Reuters, Rabu (24/3/2021), Mubadala menginvestasikan USD 75 juta (setara Rp 1,08 triliun) dalam lima tahun, penawaran saham perdana (IPO), dan obligasi Telegram. Sementara, Abu Dhabi Catalyst Partners menyuntik dana USD 75 juta (Rp 1,08 triliun) sisanya.
Advertisement
"Basis pengguna Telegram telah sudah sangat banyak sehingga menempatkan Telegram di antara raksasa-raksasa teknologi global," kata Pejabat Eksekutif Mubadala Faris Sohail Faris al-Mazrui dalam sebuah pernyataan.
Ia menambahkan, Telegram kini ada di posisi yang baik pada titik perubahan yang akan mengubahnya menjadi perusahaan teknologi global terkemuka.
Telegram Berkantor di Uni Emirat Arab
Telegram sendiri sudah bermarkas di Uni Emirat Arab, tepatnya di Kota Dubai. Menurut Faris, dengan mendapatkan investasi dari Mubadala, perusahaan akan membuka sebuah kantor di Kota Abu Dhabi.
Pengguna Telegram sendiri jumlahnya meningkat tajam tahun 2021 ini, terutama setelah WhatsApp mengumumkan pihaknya bakal memperbarui kebiijakan privasinya.
Telegram dirilis pada 2013 dan kini telah memiliki lebih dari 500 juta pengguna aktif bulanan.
Advertisement
Tentang Investor Baru Telegram
Sekadar informasi, investor Telegram Abu Dhabi Catalyst Partners merupakan perusahaan joint venture Mubadala dengan perusahaan investasi AS Falcon Edge Capital.
Mubadala yang telah mengelola lebih dari USD 320 miliar aset, merupakan investor terbesar kedua di Uni Emirat Arab setelah Abu Dhabi Investment Authority.
Keduanya sama-sama berinvestasi di bidang teknologi. Mubadala berkontribusi sebesar USD 15 miliar pada SoftBank Vision Fund 2017 senilai USD 100 miliar.
Sebelumnya, Mubadala juga membeli 1,85 persen unit digital milik Reliance Industries, Jio Platform, dengan nilai USD 1,2 miliar.
(Tin/Ysl)