Liputan6.com, Jakarta - Covid-19 masih berlangsung. Selama ini, kita tahu bahwa mutasi dari penyakit akibat SARS-CoV-2 ini menghasilkan berbagai varian seperti Alpha, Beta, Delta, dan Lambda.
Namun jagat Twitter, khususnya di Amerika Serikat (AS), sempat dihebohkan dengan kemunculan trending topic "Covid-22."
Advertisement
Baca Juga
Forbes melaporkan, dikutip Kamis (26/8/2021), istilah "Covid-22" rupanya berasal dari Sai Reddy, Associate Professor of Systems and Synthetic Immunology di ETH Zurich, Swiss.
Dalam sebuah artikel di media Inggris, The Sun, Reddy memperingatkan bahwa varian Covid-19 baru yang muncul di tahun 2022 dapat menimbulkan risiko besar. Ia dilaporkan kemungkinan varian tersebut sebagai "Covid-22."
"Covid-22 bisa lebih buruk daripada yang kita saksikan sekarang," ujarnya.
"Jika varian seperti itu muncul, kita harus mengenalinya sedini mungkin dan produsen vaksin harus mengadaptasi vaksin dengan cepat," kata Reddy seperti dikutip dari The Sun. "Kemunculan varian baru ini risikonya besar. Kita harus bersiap menghadapinya."
Tampaknya, banyak warganet yang salah paham atas pernyataan Sai Reddy tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Merujuk pada Varian Covid-19
You folks hearing about this, right?#COVID22 pic.twitter.com/y4XCHzCTv8
— Boneyard✒ (@InkToonist) August 23, 2021
Apa yang dimaksud Reddy sebagai "Covid-22" bukanlah penyakit yang menggantikan "Covid-19" namun hanya memberikan istilah bagi varian Covid-19 yang mungkin bisa muncul pada 2022.
Rupanya, istilah semacam ini tak cuma dipakai Reddy sekali saja. Saat berbicara kepada media Jerman, Blick, ia juga menyebut varian Delta dari Covid-19 sebagai "Covid-21."
Namun, varian Delta atau B.1.617.2 dari virus corona SARS-CoV-2, pertama kali dilaporkan di India pada bulan Oktober 2020, bukan 2021.
Hanya saja, varian Delta memang jadi bahan pembicaraan pada 2021, karena banyak pakar yang mengkhawatirkan lebih cepatnya penularan, serta adanya kekhawatiran berdampak pada vaksin Covid-19 yang sudah ada.
Selain itu, varian Lambda, yang sempat jadi bahan perbincangan beberapa waktu lalu, hingga saat ini masih terdaftar di World Health Organization sebagai "variant of interest" bukan "varian of concern."
Advertisement
Tidak Masuk Akal
Kepada Insider, seorang juru bicara Twitter pun sudah mencegah frasa tersebut muncul di Tren, sesuai kebijakan platform mereka.
Meski begitu pada Senin lalu, sebanyak 58 ribu cuitan sudah menyebut tentang istilah tersebut di Twitter. Tidak sedikit yang membuat meme dari istilah itu.
Dave Wessner, profesor biologi di Davidson College pun menyebut bahwa memberikan lebih banyak nama untuk virus corona dan variannya hanya akan membuat orang bingung.
Wessner mengatakan, menyebut varian Covid-19 sebagai "Covid-22" tidak masuk akal dalam beberapa tingkat tertentu.
"Itu tidak secara akurat mencerminkan biologi, dan saya pikir memperkenalkan nama baru seperti itu hanya membingungkan masyarakat umum lebih dari apa pun," kata Wessner kepada Insider.
Wessner menegaskan, meski varian baru muncul, namun penyakitnya tidak akan berubah menjadi sesuatu yang baru. Biologi dasar virusnya pun tidak akan berubah.
Wait, how did I miss covid 20 and 21? #COVID22 pic.twitter.com/Bkp0UBvfyb
— AmandaS (@Aykaay668) August 23, 2021
Klarifikasi Sai Reddy
Sai Reddy pun telah mengklarifikasi pernyataannya kepada Newsweek. Ia tetap mengatakan bahwa istilah yang tepat dan benar untuk penyakit akibat SARS-CoV-2 adalah Covid-19.
"Sayangnya, saya tidak menyadari bahwa penggunaan istilah 'Covid-21' atau 'Covid-22' saya akan menyebabkan reaksi seperti itu," katanya.
"Yang ingin saya sampaikan adalah ketika SARS-CoV-2 berevolusi secara harfiah, pemikiran kita tentang bagaimana merespons dan menangani pandemi juga harus berkembang," lanjutnya.
Jadi, patut diingat bahwa hingga saat ini, nama penyakit yang menjadi pandemi hingga sekarang, dan disebabkan oleh virus corona SARS-CoV-2 masih tetap Covid-19.
Selain itu, varian-varian dari virus tersebut seperti Alpha, Beta, Gamma, atau Delta, juga bukan berarti angka "19" di "Covid-19" bisa diganti seenaknya dengan tahun yang sedang berlangsung.
Covid-19 sendiri menurut WHO berarti "Coronavirus disease" atau penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis SARS-CoV-2. Sementara "19" merujuk pada tahun 2019, di mana penyakit itu pertama kali diidentifikasi di penghujung tahun, di Wuhan, Tiongkok.
(Dio/Isk)
Advertisement