3 Kunci Utama Kesuksesan Hybrid Working

Setelah bisnis beralih ke sistem hybrid working, tahun 2023 akan ada peningkatan fokus untuk memenuhi kesetaraan, khususnya seputar aksesibilitas untuk memastikan tempat kerja inklusif bagi semua orang.

oleh Iskandar diperbarui 17 Des 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2022, 10:00 WIB
Samir Sayed, Managing Director for ASEAN, Korea, Emerging Markets & Pakistan for Hybrid Work Solutions, HP
Samir Sayed, Managing Director for ASEAN, Korea, Emerging Markets & Pakistan for Hybrid Work Solutions, HP

Liputan6.com, Jakarta - Hybrid working dinilai telah memberikan manfaat besar bagi banyak orang dalam hal pekerjaan tanpa gangguan--setidakya meminimalisir gangguan--juga membawa banyak pertimbangan aksesibilitas baru.

Untuk diketahui, hybrid working adalah kombinasi antara bekerja di kantor dan bekerja di mana saja, termasuk dari rumah (work from home).

Setelah bisnis beralih ke sistem kerja hybrid, tahun 2023 akan ada peningkatan fokus untuk memenuhi kesetaraan, khususnya seputar aksesibilitas untuk memastikan tempat kerja inklusif bagi semua orang.

Menurut Samir Sayed selaku Managing Director for ASEAN, Korea, Emerging Markets & Pakistan for Hybrid Work Solutions HP, ada tiga kunci utama yang bisa membuat sistem kerja hybrid berjalan sukses: manusia, teknologi, dan ruang kerja.

"Kerja hybrid yang sukses adalah sebuah perjalanan, alih-alih sebuah destinasi, dan strategi final adalah strategi yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan dan saat dibutuhkan," kata Sayed melalui wawancara via email kepada Tekno Liputan6.com, ditulis Sabtu (17/12/2022).

Ia menilai, di masa yang akan datang, bisnis harus membuat rencana untuk menghadapi realita kerja hybrid di mana setiap pertemuan akan ada video dan paling tidak ada satu peserta jarak jauh.

"Namun, kualitas dan pengalaman kolaborasi video dan conference call dalam pertemuan hybrid bisa sangat berbeda antara mereka yang berada di ruang rapat, dan mereka yang tidak. Ini berpotensi menyebabkan rapat yang kurang produktif dan membuat pekerja jarak jauh merasa seperti 'warga kelas dua'," ucap Sayed.

Sebagai solusi, HP bersama Poly (perusahaan penyedia teknologi komunikasi untuk berbagai platform, industri, dan ruang kerja) memperkuat kemampuannya dalam berinovasi untuk pelanggan.

"Gabungan portofolio teknologi dan solusi kami secara ideal diposisikan untuk menghubungkan manusia demi mentransformasi interaksi hybrid yang tidak adil, menjadi kolaborasi yang terhubung dengan baik dan tanpa hambatan. Juga mendefinisikan kembali cara merampungkan pekerjaan," ujar Sayed menambahka.

 

Tantangan dan Cara Mengatasinya

Membantu Pekerja Hybrid di Seluruh Dunia dengan Workplace Management System
Membantu Pekerja Hybrid di Seluruh Dunia dengan Workplace Management System.  foto: istimewa

Pria berkacamata ini menerangkan terhubung ke budaya perusahaan adalah tantangan khusus bagi pekerja jarak jauh.

Poling terbaru dari Gartner mengungkap 76 persen pemimpin HR kini merasa bahwa kerja hybrid memberikan tantangan bagi karyawan untuk merasa terhubung dengan budaya perusahaan.

Untuk karyawan, survei Gartner terhadap lebih dari 3.900 pekerja hybrid/intelektual jarak jauh pada Desember 2021 mengungkap bahwa hanya satu dari empat pekerja merasa terhubung dengan budaya organisasi mereka.

"Dengan demikian, kami percaya bahwa budaya mengharuskan intensionalitas dan tujuan untuk memberikan alasan orang berkumpul. Organisasi harus mendefinisikan jelas alasan utama meminta karyawan kembali bekerja di kantor, apa yang mereka harus capai saat kembali ke kantor dan bagaimana kehadiran fisik mereka menambah nilai," tutur Sayed.

Ia menyebut perusahaan harus melakukan upaya lebih besar dalam memahami tipe jelas karyawan mereka, bagaimana lokasi kerja dan lingkungan sekeliling memberikan dampak terhadap pekerjaan yang mereka lakukan, serta persona tempat kerja yang berbeda dari setiap karyawan.

"Lebih penting lagi, strategi tersebut harus dengan jelas dikomunikasikan di seluruh organisasi agar karyawan di semua level percaya dengan visi dan budaya bersama," ucapnya menambahkan.

Di sisi lain, solusi teknologi bukanlah satu-satunya faktor yang bisa menciptakan kerja hybrid efisien.

Jika sebuah perusahaan hanya menggelar solusi teknologi baru untuk karyawan, Sayid menilai, mereka tidak akan benar-benar membantu karyawan bekerja dengan lebih baik jika perusahaan harus menghabiskan waktu mempelajari bagaimana cara kerjanya, dan teknologi yang digelar tidak membantu karyawan mengerjakan pekerjaan dengan lebih baik.

"Investasi teknologi harus dilakukan dengan maksud untuk mendukung tugas-tugas karyawan di tempat kerja mereka, baik itu karena pilihan, atau karena kebutuhan. Di saat yang sama, pertimbangan seksama harus juga diberikan terhadap apa yang harus diakses karyawan dari rumah," kata Sayed.

Garis bawahnya, ia melanjutkan, ruang kerja harus dikonfigurasi untuk memungkinkan pekerja melakukan yang terbaik, diberdayakan oleh teknologi yang memungkinkan pengalaman kerja mulus, fleksibel, dan lebih adil.

 

Hal yang Harus Dipersiapkan Perusahaan

Ilustrasi WFH
Ilustrasi WFH. Sumber foto: unsplash.com/Thought Catalog.

Dengan wawasan yang dikumpulkan tentang gaya kerja karyawan, serta teknologi tepat yang bisa digelar untuk membantu mereka menjadi produktif dengan jauh lebih baik, organisasi/perusahaan dituntut harus mengalihkan perhatian mereka ke ruang kerja.

"Lagipula, alih-alih mencoba membuat ruang kerja lama sesuai dengan cara kerja baru, kita harus menyegarkan dan memperbarui ruang agar bisa dengan lebih sesuai dengan tujuan baru tersebut dan memungkinkan pengadopsian budaya hybrid dengan efektif," Sayed memberikan saran.

Ia menambahkan, ini bisa dimulai dengan memastikan bahwa semua ruang rapat bisa menggelar konferensi video, memperluas kemampuan video ke ruang sosial dan istirahat, dan membangun jenis baru tipologi koloborasi dalam mengakui fakta bahwa 'one size does not fit all'.

Organisasi bisa memberikan karyawan fasilitas untuk ‘menciptakan kasus penggunaan sendiri’ sampai tingkat tertentu. Pada akhirnya, organisasi harus berhati-hati dalam pengujian dan pembelajaran saat mereka mengumpulkan data mengenai apa yang bisa bekerja, dan apa yang tidak bisa, dan melakukannya kembali.

"Seperti yang disebutkan sebelumnya, kerja hybrid yang sukses adalah perjalanan jangka panjang, dan pengulangan penting dilakukan untuk menemukan apa yang terbaik bagi organisasi," Sayid memungkaskan.

 

Infografis Jurus 20-20-20 Tangkal Computer Vision Syndrome Selama WFH (Liputan6.com/Niman)

Infografis Jurus 20-20-20 Tangkal Computer Vision Syndrome Selama WFH
Infografis Jurus 20-20-20 Tangkal Computer Vision Syndrome Selama WFH (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya