NASA Akhirnya Bisa Genggam Batu Asteroid Paling Langka di Bumi usai Misi Perjalanan 7 Tahun

Misi perjalanan luar angkasa NASA selama tujuh tahun menuju asteroid Bennu nyaris tak membuahkan hasil karena dua sekrup kecil penutup kaleng berisi bebatuan yang sulit untuk dibuka.

oleh Iskandar diperbarui 15 Jan 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2024, 18:00 WIB
Ilustrasi bebatuan asteroid: Credit: NASA Goddard Space Flight Center / University of Arizona
Ilustrasi bebatuan asteroid: Credit: NASA Goddard Space Flight Center/ University of Arizona

Liputan6.com, Jakarta - Misi perjalanan luar angkasa NASA selama tujuh tahun menuju asteroid Bennu nyaris tak membuahkan hasil karena dua sekrup kecil penutup kaleng berisi sampel bebatuan sulit untuk dibuka.

Namun setelah lebih dari tiga bulan mencoba membuka tutup kaleng berisi sebagian besar batu dan debu asteroid, para insinyur NASA akhirnya berhasil melakukannya.

Untuk menghilangkan bagian atas yang tersangkut, mereka membuat dan menguji alat baru yang dapat melepaskan sekrup pengencang dengan aman tanpa merusak sampel babatuan paling langka dan berharga tersebut.

"Sejauh ini tim sains NASA hanya melihat gambar sampel dari ponsel. Kami semua senang dengan apa yang kami lihat di dalamnya,” kata Andrew Ryan, salah satu penyelidik misi NASA kepada Mashable, dikutip Senin (15/1/2024).

Misi bernama OSIRIS-Rex NASA senilai USD 800 juta, kependekan dari Origins, Spectral Interpretation, Resource Identification, and Security Regolith Explorer ini meluncurkan pesawat ruang angkasa robotik dari Cape Canaveral, Florida pada 2016.

Pesawat tersebut menyelesaikan penerbangan sejauh 4 miliar mil ketika turun dari 63.000 mil di atas Bumi menuju sepetak gurun Utah yang terisolasi pada 24 September 2023.

OSIRIS-Rex adalah misi AS pertama yang mengambil sampel asteroid dan mengembalikannya ke Bumi. Sejak batuan bulan Apollo, yang dikumpulkan antara tahun 1969 dan 1972, NASA belum pernah membawa kembali 'suvenir' luar angkasa sebesar ini.

Asteroid Bennu dipilih untuk misi tersebut karena penuh dengan karbon, yang berarti mengandung bahan kimia asal usul kehidupan. Kemungkinannya juga sangat kecil untuk menghantam Bumi pada abad mendatang.

Apa Tujuan NASA Mempelajari Bebatuan Asteroid?

Asteroid Bennu
Asteroid Bennu. (Dok. NASA/Goddard/University of Arizona)

Mempelajari tentang asteroid dapat membantu NASA dalam upaya mencegah asteroid menabrak Bumi di masa depan, jika hal itu diperlukan.

Bennu juga dianggap sebagai tujuan asteroid yang aman karena setiap beberapa tahun ia melintasi orbit Bumi mengelilingi Matahari, sehingga lebih mudah dijangkau dibandingkan beberapa asteroid lainnya.

Melalui pesawat ruang angkasa OSIRIS-Rex, tim melihat apa yang disebut “endapan mineral hidrotermal” di Bennu yang mereka yakini mungkin terjadi pada awal sejarah tata surya.

Lapisan material bersifat asin ini mungkin menunjukkan adanya sistem hidrotermal yang mirip dengan apa yang ada di punggung tengah laut Bumi.

Lapisan itu dinilai sebagai lingkungan menarik di mana para ahli geologi berpikir bahwa kimia asal usul kehidupan mungkin berasal dari planet kita sendiri.

Material semacam ini belum muncul dalam sampel asteroid Ryugu Jepang, yang terbang kembali ke Bumi pada tahun 2020, atau meteorit apa pun yang ditemukan di Bumi.

Itu sebabnya Jim Garvin, kepala ilmuwan di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, sangat percaya diri dengan mengatakan bahwa ini adalah benda paling langka yang pernah ada di Bumi pada September lalu.

 

Kendala Membuka Wadah Bebatuan

Ilustrasi asteroid Bennu
Ilustrasi asteroid Bennu (NASA)

Para ilmuwan NASA sempat menghentikan upaya mereka untuk membuka wadah sampel pada pertengahan Oktober setelah mereka menyadari dua dari 35 sekrup pengencang tidak dapat dilepas dengan alat yang disetujui untuk digunakan di dalam glovebox OSIRIS-Rex.

Untuk mencegah kontaminasi sampel, tim kurasi NASA menetapkan aturan ketat tentang apa yang boleh dimasukkan ke dalam glovebox. Hanya sekitar 15 bahan yang disetujui, seperti baja tahan karat, aluminium, dan kaca. Motor, komputer, dan sirkuit dilarang keras.

Setelah menghadapi masalah tersebut, NASA mulai membuat alat baru. Dua di antaranya dikembangkan dengan baja tahan karat bedah non-magnetik tingkat tertentu--logam paling keras yang disetujui untuk digunakan dalam glovebox kurasi murni.

“Alat-alat baru ini juga perlu berfungsi dalam ruang glovebox yang sangat terbatas, berat, dan potensi pergerakan busur,” kata Nicole Lunning, kurator OSIRIS-Rex, dalam sebuah pernyataan.

"Tim kurasi menunjukkan ketangguhan yang mengesankan dan melakukan kerja luar biasa untuk melepaskan pengencang yang 'bandel' ini," sambungnya.

Para ilmuwan telah mengumpulkan sebagian debu dan pecahan batu yang bocor ke dalam wadah luar untuk dianalisis (hampir 2,5 ons), melebihi target yang ditetapkan NASA. Sebagian dikirim ke institusi di seluruh dunia untuk dipelajari.

Setelah itu, mereka akan segera mengetahui jumlah total material pada Bennu yang mereka tangkap dengan menimbang sisa isinya.

Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Jurus NASA Cegat Asteroid Berpotensi Tabrak Bumi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya