Barometer Pekan Ini: Ketika Metro Mini Mogok

Kini Metro Mini dikenal karena ulah sopirnya yang kerap ugal-ugalan dan armadanya yang bobrok.

oleh Liputan6 diperbarui 26 Des 2015, 20:10 WIB
Diterbitkan 26 Des 2015, 20:10 WIB
20151226-Barometer-Jakarta
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Jakarta - Geram karena penumpangnya diangkut Bus Sekolah, puluhan sopir Metro Mini di Terminal Senen, Jakarta Pusat mengusir paksa bus bantuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.

Sopir Bus Sekolah pun tak punya pilihan, mereka terpaksa meninggalkan terminal. Aksi tak berhenti disitu, para sopir Metro Mini lalu menghampiri dan mengerubungi Bus Sekolah lainnya. Meski dijaga aparat Brimob dengan persenjataan lengkap, sopir Bus Sekolah lagi-lagi tak punya pilihan selain membawa busnya pergi.

Sopir Metro Mini pun semakin banyak berkerumun dan terus mengusir Bus Sekolah yang dikerahkan untuk mengangkut penumpang terlantar. 

Walaupun para sopir mengklaim aksinya tidak anarkis, namun akhirnya aparat kepolisian menghentikan ulah para sopir karena mulai muncul aksi provokatif. Dikelilingi Brimob bersenjata, para sopir akhirnya menghentikan aksi pengusiran Bus Sekolah.

Senin 21 Desember 2015 lalu, para sopir bus Metro Mini menggelar aksi mogok beroperasi. Aksi ini sebagai aksi protes karena puluhan armada Metro Mini dikandangkan oleh pihak Dinas Perhubungan (Dishub) Jakarta.

Di Terminal Kalideres dan Grogol, Jakarta Barat, suasana sepi dan penumpang terlantar karena tidak ada Bus Sekolah yang mengangkut mereka. Sedangkan di Terminal Blok M, sebagian Metro Mini masih beroperasi hingga pukul 09.00 WIB.

Sejak pagi, personel Brimob dengan persenjataan lengkap telah berjaga di terminal mengantisipasi terjadinya kericuhan.

Untuk mengangkut penumpang telantar, Pemprov DKI Jakarta mengerahkan 62 armada Bus Sekolah. Namun rupanya masih ada calon penumpang yang telantar.

Puluhan armada bus Metro Mini memang telah dikandangkan Dishub Jakarta karena dinilai tidak laik jalan meski para sopir mengklaim telah lolos uji kendaraan bermotor. Para sopir pun gigit jari tak bisa mencari uang. 

Metro Mini memiliki daftar panjang kecelakaan yang menelan korban jiwa. Penyebabnya adalah faktor kelalaian pengemudi dan ketidak laikan bus.

Tragedi terakhir terjadi di Tambora, Jakarta Barat. Bus Metro Mini B-80 jurusan Kota-Jembatan Lima-Kalideres yang membawa 22 penumpang nekat menerobos palang perlintasan kereta di Jalan Tubagus Angke.

Tak ayal, bus pun tertabrak kereta dan terseret ratusan meter hingga Stasiun Angke. 18 orang penumpang bus tewas termasuk sang sopir.

Hal ini tentu saja membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama geram. Razia Metro Mini tak laik jalan digelar di mana-mana. Bus tak laik dikandangkan, sopir yang tak memiliki SIM ditilang, dan yang berpakaian tak layak dihukum push-up.

52 tahun beroperasi siapa yang tidak kenal Metro Mini? Angkutan murah di Jakarta dengan tarif Rp 4.000 per penumpang dan Rp 2.000 untuk pelajar ini menjadi kebutuhan warga Ibu Kota.

Cikal bakal Metro Mini berawal dari penyelenggaraan pesta olahraga Ganefo tahun 1963 yang dipelopori Presiden Soekarno. Pasca-Ganefo, Bus Merah sebutan untuk nenek moyang Metro Mini dititipkan ke perusahaan swasta sebelum akhirnya disatukan dalam badan PT Metro Mini. Sayangnya, pengelolaan Metro Mini semakin amburadul.

Kini Metro Mini dikenal karena ulah sopirnya yang kerap ugal-ugalan dan armadanya yang bobrok. Sejumlah instrumen busnya kerap tidak berfungsi seperti rem, speedo meter, atau knalpot yang mengumbar polusi.

Saksikan selengkapnya dalam tayangan Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (26/12/2015) di bawah ini.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya