Liputan6.com, New Delhi - Setelah menjual sejumlah sahamnya di Tanah Air, kini perusahaan pembangkit listrik asal India Tata Power mengambil langkah baru merespons larangan ekspor mineral mentah yang diterapkan Indonesia sejak awal tahun ini.
Tata Power diprediksi akan mengurangi ketergantungannya terhadap batu bara Indonesia dan menjelajahi sumber dari wilayah lain untuk proyek pembangkit listrik Mundra yang berkapasitas 4.000 MegaWatt di Gujarat.
Baca Juga
Mengutip laman Money Control, Senin (1/12/2014), perusahaan tersebut masih memiliki saham di perusahaan tambang KPC Indonesia yang mengoperasikan beberapa blok batu bara di Tanah air.
Advertisement
"Impor batu bara dapat datang dari pasar mana saja di dunia karena setelah rezim Harga Batubara Acuan (HBA) diterapkan, kami tak mendapat manfaat apapun dari seluruh kepemilikan saham kami," ungkap Direktur Pelaksana Tata Power Anil Sardana.
Dia menjelaskan, batu bara untuk proyek perluasan Mundra dapat dipasok dari negara lain dan tambang lain. Negara pemasok tersebut ditentukan berdasarkan harga di pasaran.
HBA di Indonesia adalah tingkat referensi harga batubara bulanan yang dikalkulasikan berdasarkan rata-rata empat indeks batubara internasional.
"Perluasan sumber batu bara berdasarkan asumsi bahwa sejumlah unit Mundra akan berhubungan dengan fenomena pasar dan akan kami akan menggunakan batubara impor," jelas Sardana.
Tata Power juga berencana untuk memperluas kapasitas proyek Mundra sebesar 1.500 MegaWatt dengan menambah dua unit area pembangkit listrik.
Sardana menjelaskan, mengingat air, proses evakuasi dan berbagai fasilitas lain sudah tersedia di India, itu membuat Tata Power dapat memproduksi listrik dengan harga lebih rendah. (Sis/Nrm)