Liputan6.com, New York - Mengawali pekan ini, harga minyak dunia melemah seiring Iran dan enam negara utama bernegosiasi soal pencabutan sanksi atas program nuklir Iran. Hal itu dapat mendongkrak pasokan minyak anggota OPEC kembali membanjiri pasar.
Sentimen negatif itu membuat harga minyak jatuh seiring adanya harapan hasil diskusi terjadi kesepakatan meski batas akhirnya pada 31 Maret.
Baca Juga
Banyak investor percaya kesepakatan mencabut sanksi Iran yang membatasi ekspor minyak. Iran mencatat ekspor harga minyak menjadi 1 juta barel per hari dari 2,5 juta barel per hari pada 2012.
Advertisement
Akan tetapi, batas waktu tinggal sehari, juru bicara pemerintah Amerika Serikat Marie Harf mengatakan, kesempatan terjadi kesepakatan dengan Iran hanya sekitar 50-50.
Harga minyak acuan Brent pun turun 12 sen menjadi US$ 56,29 per barel. Hal ini diikuti harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) melemah 19 sen menjadi US$ 48,68.
"Ketika Anda memiliki waktu 24 jam untuk mengumumkan kesepakatan maka itu tidak terdengar meyakinkan dengan kesempatan 50-50. Saya yakin harga minyak akan tetap rendah. Namun pasar akan bereaksi terhadap berita utama. Apapun bisa terjadi mengangkat harga minyak," ujar John Kilduff, Partner New York Energy Hedge Fund Again Capital seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (31/3/2015).
Selain isu Iran, penguatan dolar Amerika Serikat (AS) juga telah menekan harga komoditas termasuk minyak. (Ahm/)