BI: Tekanan Rupiah Kembali Meningkat pada 2015

Bank Indonesia memperkirakan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.000-13.200 per dolar Amerika Serikat (AS).

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 01 Jul 2015, 22:30 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2015, 22:30 WIB
Ilustrasi Bank Indonesia (2)
Ilustrasi Bank Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.000-13.200 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2015. Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh penguatan mata uang AS terhadap seluruh mata uang global. Serta dampak quantitave easing Eropa dan kondisi perekonomian Yunani.

"Tekanan kembali meningkat terhadap nilai tukar rupiah pada 2015. Dibanding 2013 dan 2014 tidak sekuat tahun sebelumnya," kata dia di Jakarta, Rabu (1/7/2015).

Dia menuturkan, faktor global masih mendominasi pergerakan rupiah. Nilai tukar rupiah diperkirakan berada pada kisaran rata-rata 13.000 sampai 13.400 per dolar AS pada 2016.

"Tahun 2016 tekanan pergerakan nilai tukar dipengaruhi oleh dinamika global terutama penguatan dollar terhadap seluruh mata uang dunia," ujar Perry.

Namun demikian, kemungkinan nilai tukar rupiah tersebut memiliki perbaikan. Optimisme perbaikan ekonomi serta ruang investasi diharapkan dapat menolong nilai tukar rupiah.

"Perbaikan neraca pembayaran akan berlanjut 2016 dan dengan prospek perbaikan didukung surplus transaksi modal keuangan yang meningkat," ujar Perry.

Inflasi Terjaga

Perry mengatakan, inflasi diharapkan tetap terjaga sesuai target sepanjang 2015. Hal itu didukung oleh koordinasi yang dilakukan BI dan pemerintah dalam mengendalikan inflasi.

"Untuk keseluruhan 2015 akan lebih rendah dibanding 2014 di rentang sasaran 4 persen plus minus 1. Didorong permintaan yang terkendali. Koordinasi pemerintah dan BI, termasuk di pusat dan daerah melalui forum TPI dan TPID," kata Perry.

Sementara, inflasi Juni 2015 tercatat 0,54 persen. Dia bilang angka tersebut relatif lebih baik. "Inflasi Juni 2015 tetap terkendali untuk Juni 0,54 persen MoM. Sedikit tinggi dibanding bulan sebelumnya. Inflasi  relatif lebih rendah dari rata-rata Ramadan tahun-tahun sebelumnya," tutur Perry. (Amd/Ahm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya