Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah pusat mencatatkan total utang naik sekitar Rp 21 triliun dari Rp 2.843,25 triliun hingga Mei 2015 menjadi Rp 2.864,18 triliun hingga Juni 2015. Total utang tersebut outstanding dari 2010 hingga Juni 2015.
Mengutip situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Jumat (24/7/2015), utang pemerintah sebagian besar dari surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 2.171,24 triliun hingga Juni 2015 atau sekitar 76,8 persen dari total utang pemerintah.
Baca Juga
Surat Berharga Negara (SBN) terdiri dari denominasi valas mencapai Rp 554,29 triliun hingga Juni 2015 dari periode Mei 2015 sebesar Rp 548,77 triliun. Kemudian SBN denominasi rupiah mencapai Rp 1.616,95 triliun atau sekitar 56,5 persen dari total utang.
Advertisement
Selain itu, total pinjaman luar negeri mencapai Rp 692,94 triliun hingga Juni 2015 (24,1 persen dari total utang pemerintah) dari periode Mei 2015 sebesar Rp 688,31 triliun.
Dilihat posisi utang berdasarkan kreditor, pinjaman luar negeri secara bilateral terbesar masih dari Jepang dengan nilai Rp 211,6 triliun, Prancis sebesar Rp 24,7 triliun, Jerman sebesar Rp 19,9 triliun, dan lainnya Rp 78,1 triliun.
Sedangkan berdasarkan data Bank Indonesia (BI), utang luar negeri Indonesia sektor swasta tercatat sekitar US$ 168,7 miliar atau 55,8 persen dari total ULN pada Mei 2015 .
Perlambatan pertumbuhan utang luar negeri pada Mei 2015 dipengaruhi baik oleh utang luar negeri sektor swasta mau pun sektor publik. Utang luar negeri sektor swasta tumbuh 10,2 persen YoY, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 13,2 persen YoY. Hal itu terutama dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan kepemilikan surat utang swasta oleh asing. Sedangkan, utang luar negeri sektor publik tumbuh 1 persen YoY melambat dibandingkan pertumbuhan sebelumnya sebesar1,5 persen.
Utang luar negeri sektor swasta pada akhir Mei 2015 terutama terkonsentrasi di sektor keuangan, industri pengolahan, pertambangan, listrik, gas dan air bersih. Pangsa utang luar negeri keempat sektor itu terhadap total utang luar negeri sektor swasta mencapai 75,9 persen.
Pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor keuangan dan sektor listrik, gas dan air bersih tercatat melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya, sedangkan pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor industri pengolahan meningkat. Di sisi lain, pertumbuhan tahunan utang luar negeri sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih dalam dibanding kontraksi yang terjadi pada bulan sebelumnya. (Ahm/Ndw)