Harga Minyak Kembali Naik ke US$ 46,25 per Barel

Minyak mentah AS untuk pengiriman Oktober ditutup naik 1,85 persen menjadi US$ 46,25 per barel.

oleh Arthur Gideon diperbarui 03 Sep 2015, 05:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2015, 05:00 WIB
Ilustrasi Tambang Minyak 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Tambang Minyak 2 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, New York - Harga minyak ditutup kembali ke level yang lebih tinggi pada perdagangan Rabu (Kamis pagi waktu Jakarta). Kenaikan ini memulihkan kerugian yang sempat dicetak pada beberapa perdagangan sebelumnya.

Mengutip CNBC, Kamis (3/9/2015), minyak mentah AS untuk pengiriman Oktober ditutup naik 1,85 persen menjadi US$ 46,25 per barel, setelah sebelumnya sempat diperdagangkan di level US$ 43,21 karena Departemen Energi Amerika Serikat (AS) mengeluarkan data bahwa pasokan minyak mentah di AS berlebih.

Sedangkan harga miyak Brent untuk pengiriman Oktober, yang merupakan patokan harga dunia, mengalami kenaikan US$ 1 menjadi US$ 51 per barel. Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak Brent sempat menyentuh level US$ 47,74 per barel.

Data mengenai pasokan yang berlebih tersebut menambah kekhawatiran dari pelaku pasar akan banjir pasokan minyak di pasar global setelah China mengurangi permintaan akibat penurunan pertumbuhan ekonomi.

Namun memang, ada beberapa laporan dari Departemen Energi AS yang mampu mendorong harga minyak untuk kembali naik. Salah satunya permintaan akan produk olahan atau bensin yang mengalami peningkatan.

"Memang ada dua sentimen dalam laporan tersebut. Ada yang bisa membuat bearish, namun juga sebaliknya," jelas Analis Again Capital LLC, New York, AS, John Kilduff.

Jika melihat data mengenai persediaan minyak mentah, sentimen yang ada adalah negatif karena terjadi pasokan yang berlebih. Namun jika melihat data permintaan akan bensin maka sentimen yang akan muncul positif karena terus mengalami kenaikan.

Stok minyak mentah AS naik 4,7 juta barel menjadi 455,40 juta barel pada pekan lalu. Analis dalam jajak pendapat yang diadakan oleh Reuters memperkirakan bahwa stok minyak mentah tak akan banyak mengalami perubahan. (Gdn/Ndw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya